Beranda / Romansa / Gairah Cinta CEO dan Peramalnya / Bab 184: Hari ke-93 Workshop

Share

Bab 184: Hari ke-93 Workshop

Penulis: Aurelia Rahmani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-10 23:01:15

Hari ke-93 Workshop: Mengalir bersama Kesedihan.

Dimulai dengan suasana hati yang syahdu.

Aula workshop sengaja didekorasi lebih tenang—hanya ada lilin-lilin kecil dan bunga mawar putih yang terhampar di tengah ruangan.

Pak Dharma memulai dengan kata-kata sederhana:

“Kesedihan bukan untuk ditolak, tapi untuk dialirkan. Hari ini, kita belajar berdamai dengannya.”

Pagi: “Meditasi Air Mata”.

Para peserta diajak untuk bermeditasi sambil menyadari emosi yang muncul.

Pak Dharma berkata:

“Hari ini, biarkan air mata menjadi aliran yang membersihkan hatimu. Biarkan semua yang kau rasakan keluar dengan jujur.”

Anya duduk bersila, menarik napas panjang, lalu melepaskan.

Di dalam kepalanya, kenangan Rio muncul lagi—wajahnya yang ceria, suaranya yang lembut.

Air mata menetes satu per satu, dan Anya membiarkannya mengalir.

Tanpa beban, tanpa rasa malu.

Siang: “Menulis Surat kepada Kesedihan”.

Sesi berikutnya, peserta diminta menulis surat kepada kesedihan mereka.

Anya menulis:

“Kesedihan, kau datan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 188: Perjalanan yang Tak Direncanakan

    “Kalau kamu butuh teman lagi, aku siap denger. Nggak akan pergi kali ini.”Anya mengangguk, dan kali ini bukan karena formalitas.Karena ia tahu, sekalipun ia harus berjalan sendiri lagi suatu hari, ia akan baik-baik saja.Tapi jika ada yang bersedia menemani… itu adalah berkah.Di Dalam Taksi Pulang.Anya memandangi jalanan yang penuh cahaya dan suara.Hatinya tenang.Tidak ada dendam yang tertinggal. Tidak ada luka yang ia bawa pulang.Hanya dirinya sendiri—yang utuh, yang belajar menerima, dan siap melangkah."Hari ke-102.Memaafkan bukan soal membenarkan masa lalu. Tapi melepaskan beban agar aku bisa berjalan lebih ringan ke masa depan."***“Perjalanan yang Tak Direncanakan”.Langit senja mulai berubah gelap saat Anya duduk di dalam taksi, dalam perjalanan pulang dari pertemuan hangat dengan Lila.Ia bersandar, membiarkan pikirannya mengambang di antara lagu lembut dari radio dan lampu-lampu kota yang berlarian di jendela.Hatinya ringan. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 187: Kehidupan yang Baru

    “Kehidupan yang Baru”.Suasana ApartemenAnya membuka pintu apartemennya perlahan.Udara di dalam masih berbau lavender dari lilin aromaterapi yang pernah dia nyalakan sebelum pergi.Sudut-sudut ruangan yang dulu terasa sepi kini seperti menyambutnya pulang.Ia menatap sofa abu-abu tempat dia dulu menghabiskan malam sambil menangis.Kini, ia mendudukinya sambil menarik napas panjang.Dinding-dinding putih itu—yang dulu memantulkan bayangan duka—kini jadi saksi bahwa dia sudah berani kembali.Anya berjalan ke meja kerja, menata buku catatan dari workshop.Ia menyalakan diffuser, menyemprotkan sedikit parfum ke udara.Semuanya terasa bersih, segar.Ia tahu, ini masih apartemen yang sama. Tapi di sinilah ia akan memulai semuanya lagi—dengan jiwanya yang baru.Rasanya Menghadapi Hari yang Baru.Pagi pertama setelah kembali, Anya bangun dengan perasaan campur aduk.Masih ada sedikit gugup—takut kalau luka lama tiba-tiba muncul lagi.Tapi ada juga semangat yang mengalir.Ia menyadari: sela

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 186: Merayakan Kehidupan Baru

    Hari ke-99 Workshop: “Merayakan Kehidupan Baru”Pagi: “Pagi Penuh Syukur”.Mentari pagi menembus pepohonan, menandakan awal yang baru.Pak Dharma memulai sesi di taman kecil yang dipenuhi bunga bermekaran.Ia meminta para peserta untuk berdiri dalam lingkaran, memejamkan mata, dan mengambil tiga napas dalam.Kemudian, satu per satu diminta mengucapkan:“Terima kasih atas hidupku yang baru.”Anya merasakan kehangatan di dadanya. Ternyata, kata “terima kasih” bukan hanya tentang masa lalu, tapi juga tentang membuka pintu untuk masa depan.Siang: “Tarian Kehidupan”.Sesi siang ini adalah tentang tubuh yang bersyukur—bukan sekadar ritual, tapi selebrasi.Musik gamelan Sunda mengalun lembut, dan para peserta diajak menari bersama.Tidak ada koreografi yang rumit—hanya gerakan bebas yang penuh sukacita.Anya menari sambil tersenyum, membiarkan tubuhnya berbicara tentang semua yang ia alami.Peluh di keningnya terasa seperti butiran berkat, bukan lagi beban.Sore: “Membuat Kolase Harapan”.D

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 185: Hari ke-96 Workshop

    Hari ke-96 Workshop: “Menemukan Kembali Jati Diri”.Pagi hari ini, suasana workshop terasa lebih ringan.Setelah 95 hari menyelami luka dan kenangan, hari ini para peserta diajak kembali ke diri mereka sendiri.Pak Dharma membuka sesi:“Kini saatnya melihat bukan hanya apa yang hilang, tetapi juga siapa yang kita temukan dalam diri kita setelah kehilangan.”Pagi: “Menyelam ke Dalam Diri”Para peserta duduk melingkar di halaman belakang yang rindang.Pak Dharma meminta mereka untuk menuliskan:1️⃣ Hal-hal yang mereka rindukan dari hidup mereka sebelum kehilangan.2️⃣ Hal-hal baru yang mereka temukan pada diri mereka setelahnya.Anya menulis:“Aku merindukan tawa Rio, tapi aku menemukan bahwa aku punya kekuatan yang tak pernah kusangka.”Menulis ini seperti menaburkan cahaya di ruang-ruang gelap di hatinya.Siang: “Tarian Kebebasan”Sesi siang ini berbeda.Para peserta diajak untuk menari diiringi musik tradisional Sunda.Tarian ini bukan tentang indahnya gerakan, tetapi tentang kebebas

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 184: Hari ke-93 Workshop

    Hari ke-93 Workshop: Mengalir bersama Kesedihan.Dimulai dengan suasana hati yang syahdu.Aula workshop sengaja didekorasi lebih tenang—hanya ada lilin-lilin kecil dan bunga mawar putih yang terhampar di tengah ruangan.Pak Dharma memulai dengan kata-kata sederhana:“Kesedihan bukan untuk ditolak, tapi untuk dialirkan. Hari ini, kita belajar berdamai dengannya.”Pagi: “Meditasi Air Mata”.Para peserta diajak untuk bermeditasi sambil menyadari emosi yang muncul.Pak Dharma berkata:“Hari ini, biarkan air mata menjadi aliran yang membersihkan hatimu. Biarkan semua yang kau rasakan keluar dengan jujur.”Anya duduk bersila, menarik napas panjang, lalu melepaskan.Di dalam kepalanya, kenangan Rio muncul lagi—wajahnya yang ceria, suaranya yang lembut.Air mata menetes satu per satu, dan Anya membiarkannya mengalir.Tanpa beban, tanpa rasa malu.Siang: “Menulis Surat kepada Kesedihan”.Sesi berikutnya, peserta diminta menulis surat kepada kesedihan mereka.Anya menulis:“Kesedihan, kau datan

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 183: Hari ke-90 Workshop

    Hari ke-90 Workshop: Mencintai yang Hilang.Pagi itu, suasana di aula workshop lebih tenang daripada biasanya.Hari ke-90 menjadi tonggak penting: 10 hari lagi menuju akhir dari 100 hari perjalanan.Para peserta, termasuk Anya, terlihat lebih rileks—seolah-olah mereka telah berdamai dengan banyak hal.Pagi: “Menulis Puisi Kehilangan”.Sesi pagi ini dipandu oleh Mbak Nisa, seorang penyair yang juga pernah mengalami kehilangan mendalam.Ia meminta semua peserta menulis puisi tentang orang yang telah pergi—bukan untuk meratapi, tetapi untuk merayakan cinta yang pernah ada.Anya menulis perlahan, kata demi kata.Puisinya sederhana, tapi penuh kejujuran:Aku pernah menunggumu pulang,Tapi kini aku tahu: kau telah menetap di dalamku.Aku pernah memeluk bayangmu,Tapi kini aku tahu: pelukan itu adalah doaku sendiri.Aku mencintaimu, walau kini hanya lewat udara yang kuhirup.Mbak Nisa membaca beberapa puisi peserta dengan lembut.Suasana aula penuh haru—air mata yang jatuh bukan lagi tanda k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status