Share

BAB 2

"Siapa juga yang mau tidur dengan pria tua sepertimu, Paman?" pekik Ruby dengan kesal.

Ruby tentu kaget dengan ucapan pria di hadapannya. Kini, Elvano menatap ke arah Ruby yang masih terduduk di atas lantai dengan tatapan yang begitu angkuh. Perasaan Elvano menjadi lebih sensitif saat Ruby memanggilnya dengan sebutan "Paman".

"Berhentilah kamu memanggilku dengan panggilan Paman. Karena aku, tidak menikah dengan tantemu!" pekik Elvano seraya bercekak pinggang.

Sungguh pria yang menolak tua. Jelas-jelas wajahnya sudah seperti bapak-bapak. Masih saja tidak ingin dipanggil Paman. Jika Ruby harus memanggil pria di hadapannya itu dengan sebutan "Kakak", apa tidak kurang ajar namanya? Begitu pikir Ruby.

"Iya, maaf. Tapi, bisakah Paman, e... maksudku, Anda membantuku?" pinta Ruby dengan manik mata mengiba menatap Elvano.

Elvano harus kembali menatap penuh selidik kepada wanita aneh itu. Bisa-bisanya wanita tersebut langsung meminta bantuan kepadanya yang notabenenya adalah pria asing.

"Membantumu?" tanya Elvano memastikan.

"Haa...," Ruby membuang nafas panjang. "Jadi begini, aku diberi obat dan aku kabur dari orang yang ingin menjamah diriku. Maka dari itu, aku dari balkon kamar sebelah melompat ke balkon kamar Paman. Bisakah Paman membiarkanku tetap di sini? Karena aku masih takut jika pria yang membawaku masih berkeliaran di luar dan mencari keberadaanku," ujar Ruby.

Elvano mengamati tubuh Ruby dari kepala hingga ke kaki dengan seksama. "Memang ada pria yang menginginkan wanita rata sepertimu? Lihatlah, dadamu saja seperti biji buah salak. Siapa yang mau?" Elvano mencibir.

Ruby refleks menutupi dadanya dengan tangan menyilang. "Hei, Pak Tua, mulutmu tidak punya filter, ya? Bisa sekali Anda mengataiku rata," kesal Ruby.

Elvano tidak peduli dengan alasan gadis yang masih terduduk di atas lantai yang sama sekali tidak bergerak atau merubah posisinya. Melihat tingkah gadis itu saja, sudah membuat tensi darah Elvano menjadi naik.

"Persetan apa yang kamu alami, itu bukan urusanku. Jadi sekarang, keluar dari kamarku sebelum aku menendangmu keluar dari sini!" sentak Elvano seraya telunjuknya menunjuk ke arah pintu.

Ruby panik. Malam ini, dirinya benar-benar ingin berlindung. Apalagi, pakaian yang dia kenakan sungguh membuat Ruby malu. Karena tidak mungkin, Ruby berkeliaran di sekitar hotel dengan pakaian keji yang kini melekat di tubuhnya.

Ruby pun merangkak, memegangi kaki Elvano. "Paman yang baik hati, tolong... walaupun wajahmu kaku seperti kawat, tapi aku sungguh yakin, Paman pria yang memiliki hati yang dipenuhi cahaya surga! Jadi, kumohon, biarkan aku tetap di sini, ya," rayunya.

Elvano membungkuk lalu meraih dagu gadis itu. Ia memberikan tatapan menusuk ke dalam manik mata Ruby. "Kau ingin merayuku? Dengar, aku sama sekali tidak tertarik denganmu. Jadi, enyahlah, sekarang juga dari kamarku!" Elvano menghempaskan wajah Ruby.

Ruby menggelengkan kepalanya, ingin mengatakan jika dia tidak ingin keluar dari kamar Elvano. "Demi Neptunus, aku tidak sedang merayu Paman. Tapi aku sedang meminta bantuan Paman. Aku benar-benar dalam bahaya sekarang! Aku butuh perlindunganmu, Paman. Tolong," Ruby memohon.

Elvano terdiam beberapa detik, entah gadis ini berbohong atau tidak. Namun, melihat raut wajah Ruby, ada sedikit kepercayaan yang terselip di hati Elvano.

"Kau tidak dikirim oleh seseorang untuk menjatuhkan reputasiku, kan?" tanya Elvano penuh selidik.

"Tidak, Paman, aku hanya ingin bernaung. Aku janji, aku tidak akan membuat masalah," ucap Ruby sambil mengangkat dua jarinya.

Saat Elvano dan Ruby sedang melakukan negosiasi, tiba-tiba saja pintu kamar hotel Elvano terbuka lebar. "Tuan, Wine yang Anda minta sudah kutemukan!" seru seorang bawahan Elvano yang muncul dari ambang pintu sambil memegangi botol wine di tangannya.

Pandangan Elvano dan Ruby mengarah ke arah pintu yang terbuka lebar. "Whoa... Tuan, kenapa ada wanita di kamarmu?" Mark terkejut saat melihat kehadiran Ruby di dalam kamar majikannya.

Di saat yang bersamaan, para wartawan yang entah datang dari mana segera berlari ke arah kamar Elvano ketika melihat pintu kamar Elvano terbuka. Mereka membawa kamera dengan cepat menyoroti Elvano dan Ruby.

"Itu... Lihat, bukankah itu Elvano Patrice, pemimpin Grup Patrice?" seru seorang wartawan yang melihat Elvano dan Ruby.

"Dan wanita itu, bukankah dia Ruby Anderson, anak pertama dari Grup Anderson? Mengapa dirinya bisa bersama dengan pemilik Grup Patrice? Bukankah Ruby Anderson sudah bertunangan?" ricuh para wartawan, bertanya-tanya mengenai hubungan Ruby dan Elvano.

Para wartawan itu tidak menyia-nyiakan kesempatan. Mereka dengan cepat menyoroti kamera mereka ke arah Ruby yang masih menggunakan lingerie transparan yang menempel pada tubuh gadis itu.

Elvano menyadari tubuh Ruby menjadi sorotan media, dengan cepat membentengi tubuh Ruby dengan tubuhnya. Ruby yang tidak tahu dari mana para wartawan itu datang, menjadi ketakutan. Tanpa sadar, dia menelusupkan wajahnya di punggung Elvano yang polos tanpa helai.

Elvano menoleh ke arah Ruby yang berada di belakang tubuhnya. "Dari mana wartawan-wartawan ini? Apa kau ingin menipuku? Kau sengaja menjatuhkanku dengan mengundang media ke mari?" tanyanya tegas.

"Demi Tuhan, Paman! Aku juga tidak tahu dari mana mereka datang," jawab Ruby tegas. Jika bukan dia yang membawa media seperti yang Elvano tuduhkan.

"Kau jangan berbohong! Keberadaanku di sini sangat privasi. Bagaimana bisa mereka tahu ini kamarku? Kalau bukan dari mu yang mengundang mereka ke mari!"

Ruby terdiam. Sepertinya ada yang tidak beres. Kamar di mana dirinya terbangun, tepat bersebelahan dengan kamar Elvano. Apakah wartawan-wartawan ini memang menunggu di depan pintu kamar sebelah? Jika demikian, berarti Ruby benar-benar sedang dijebak.

"Paman, demi Tuhan, aku tidak tahu. Sepertinya, aku dijebak. Karena di sebelah kamarmu ada pria yang ingin meniduriku," Ruby menjelaskan dengan suara serak, dia berbisik.

Mendengar penjelasan Ruby, Elvano yakin jika gadis di belakang tubuhnya ini sedang ketakutan. Itu sangat terasa saat tangan yang memegangi punggungnya kini sedang gemetar.

"Tuan, apakah Ruby Anderson adalah wanita bayaran yang Anda sewa untuk menemani Anda?"

"Tuan, apa hubungan Anda dengan Ruby Anderson? Mengapa kalian berdua bisa berada dalam satu kamar?"

"Nona Ruby, bukankah Anda sudah memiliki tunangan? Kenapa Anda bisa berada di dalam kamar bersama pria lain dengan pakaian yang tidak senonoh?"

Pertanyaan-pertanyaan itu keluar dari mulut para wartawan yang menyoroti mereka berdua. Ruby merasa terpojok, dia tidak tahu harus menjawab apa jika dirinya tertangkap kamera dengan penampilan seperti wanita penghibur.

Elvano yang merasakan kepanikan Ruby pun segera menoleh ke arah asistennya. "Ambilkan selimut!" perintah Elvano.

Mark segera berlari ke arah tempat tidur. Setelahnya, Mark kembali dan memberikan selimut tersebut kepada Elvano.

"Ini, Tuan!"

Elvano meraih selimut tersebut, dia kemudian menutupi tubuh Ruby yang tampak gemetar itu. Setelah membalut tubuh Ruby dengan selimut, Elvano memutar tubuhnya menatap ke arah wartawan.

"Kalian semua salah paham. Aku dan Nona Ruby Anderson bukan hanya melakukan hubungan satu malam. Lebih tepatnya, aku dan Ruby saat ini sedang menjalin hubungan yang lebih serius. Dan saat ini, kami sedang melakukan kencan," Elvano mencoba meyakinkan media.

Ruby tercengang mendengar apa yang diucapkan oleh Elvano. Tidak menyangka jika Elvano membuat pernyataan seperti itu.

"Paman, kau..." ucapan Rubby terpotong.

"Kalian sudah puas dengan jawabanku? Maka dari itu, aku ingin berkencan dengan pacarku. Aku membutuhkan privasi, terima kasih!" tekan Elvano penuh ketegasan kepada media.

Saat ini, Elvano sedang berusaha melindungi reputasinya dan juga reputasi Ruby. Jika dirinya tidak membuat pernyataan seperti tadi, media akan mengatakan jika dirinya tidur dengan Putri Anderson yang merupakan seorang wanita bayaran.

Tentu, reputasi gadis yang masih gemetar itu akan tercoreng, dan bagaimana bisa kedepannya Ruby menjalani kehidupannya setelah berita malam ini?

Dan ketika Elvano hendak menutup pintu kamarnya, tiba-tiba saja, "Ruby Anderson, ternyata kau berselingkuh dengan pria lain!" Seorang pria berteriak dari arah kerumunan wartawan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status