Share

103. Tabrakan

Penulis: Renata Respati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-18 22:10:00

“Karena kau adiknya,” sungutnya kesal.

“Kau sama saja,” balas Julian.

“Sudahlah, sebaiknya kau berkemas. Jangan sampai dia membuat huru-hara di Halberd hanya karena kau tidak pulang besok,” lanjut Julian.

“Menyebalkan sekali.”

Lana menghentakkan kakinya dengan keras ke lantai sebelum berpaling dan pergi meninggalkan Julian sendirian.

***

Mereka sudah hampir tiba di Estrela, pintu gerbang utama sudah lewat, artinya perjalanan untuk sampai di istana hanya tinggal beberapa puluh meter lagi.

Lana masih kesal karena harus pulang dengan cara seperti ini, terlebih lagi dia belum sempat memenuhi undangan dari keluarga Lucas dan malah pergi begitu saja.

“Masih kesal?” tanya Julian yang sejak tadi menyetir di sampingnya.

“Diamlah,” Lana membuka kaca jendela, lalu menyandarkan sikunya di sana dan meletakkan dagunya di atasnya.

Menikmati udara ibukota yan

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Sang Dewa Perang   106. PENANTIAN PANJANG

    “Aku… aku menyukai Louise,” akunya.Dari semua orang di sana, hanya Kai yang sama sekali tidak terkejut mendengar pengakuan Mindy barusan. Lana sendiri meski pun sudah melihat foto kedekatan Mindy dengan Louise, tetap saja merasa terkejut dengan pengakuan cinta yang tiba-tiba itu.“Dan kau tidak harus menikahiku karena aku bukan Lucia. Aku bukan tuan putri Estrela,” lanjutnya.Air matanya benar-benar pecah, dia meremas kedua tangannya yang gemetar hebat. Takut sekaligus was-was dengan respons Louise atas pengakuan cintanya yang mendadak.“Aku tahu,” sahut Lana singkat.Wajahnya benar-benar menunjukkan kalau dia tidak terkejut.“Sejak awal aku sudah mengetahui kalau Mindy bukanlah Lucia. Bukankah aku sudah pernah mengonfrontasimu secara langsung?”Kali ini tidak hanya Mindy, sang raja pun tampak kesulitan menyembunyikan wajahnya dari tatapan tajam Lana yang juga diarahkan padanya.

  • Gairah Cinta Sang Dewa Perang   105. Pengakuan

    Kali ini Raja Alastor maupun Mindy tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Mindy bahkan dua kali lipat lebih terkejut sekarang, wajahnya pucat, terlihat sangat syok. Dia menatap Raja Alastor seolah meminta pertolongan.“Kai, jangan macam-macam,” suara Louise menimpali.Pria itu tak terima karena harus satu kamar dengan Lana, sementara mereka sama-sama tahu tentang perasaannya.“Kenapa? Bukankah ini cukup adil?”“Adil kepalamu. Aku tidak mau,” tolaknya cepat.‘Sebenarnya apa yang sedang kau rencanakan,’ batin Louise selanjutnya.Pria itu benar-benar marah sekarang. Kai sudah terlalu banyak bicara sejak tadi. Adiknya itu bahkan sudah berani menyeretnya ke dalam rencananya yang entah apa.Sementara Louise melirik Lana yang sejak tadi diam. Ya, gadis itu belum mengatakan apapun sejak tadi. Dia hanya berdiri di sana dan diam, seolah sedang… menikmati pertunjukan?“Kau ya

  • Gairah Cinta Sang Dewa Perang   104. Rencana Liburan

    Setelah beberapa kali usaha, otaknya kini berhasil menyadarkannya kembali. Lana membuka mata dan langsung mendorong Kai menjauh, membuat ciuman mereka terlepas. Lana sedikit terengah, ciuman Kai masih sama seperti biasanya, bahkan lumatannya selalu berhasil membuat Lana nyaris gila. “Jangan lakukan itu lagi,” kata Lana setelah berhasil mengendalikan dirinya. “Kenapa?” kali ini gadis itu melotot mendengar pertanyaan singkat Kai. “Kau sudah bertunangan! Aku tidak mau menjadi orang ketiga di hubungan percintaan orang lain.” “Kau ini bicara apa?” “Kau yang kenapa? Sejak kau mengatakan setuju dengan perjodohan itu, kita sudah otomatis berakhir.” Kai mengerutkan kening lalu mengangguk kecil sebelum berbicara lagi. “Ah, jadi itu…” “Terserah.” Lana mendengus kesal melihat sikap Kai yang terlampau santai dan seenaknya. “Dan lagi, jangan coba-coba menjadikanku sebagai selirmu. Aku tidak sudi!” Lana hendak keluar kamar namun tangannya lebih dulu ditahan oleh pria itu. Kai menarik tang

  • Gairah Cinta Sang Dewa Perang   103. Tabrakan

    “Karena kau adiknya,” sungutnya kesal.“Kau sama saja,” balas Julian.“Sudahlah, sebaiknya kau berkemas. Jangan sampai dia membuat huru-hara di Halberd hanya karena kau tidak pulang besok,” lanjut Julian.“Menyebalkan sekali.”Lana menghentakkan kakinya dengan keras ke lantai sebelum berpaling dan pergi meninggalkan Julian sendirian.***Mereka sudah hampir tiba di Estrela, pintu gerbang utama sudah lewat, artinya perjalanan untuk sampai di istana hanya tinggal beberapa puluh meter lagi.Lana masih kesal karena harus pulang dengan cara seperti ini, terlebih lagi dia belum sempat memenuhi undangan dari keluarga Lucas dan malah pergi begitu saja.“Masih kesal?” tanya Julian yang sejak tadi menyetir di sampingnya.“Diamlah,” Lana membuka kaca jendela, lalu menyandarkan sikunya di sana dan meletakkan dagunya di atasnya.Menikmati udara ibukota yan

  • Gairah Cinta Sang Dewa Perang   102. Kau Harus Pulang

    Blush!Julian yakin pipinya pasti sudah semerah kepiting rebus sekarang. Pria itu melihat ke sekeliling, berharap tidak ada satu orang pun yang mendengar ocehan gadis itu.“Diamlah, Lana. Jangan ikut campur apapun. Aku bisa mengurusnya sendiri!”Tawa Lana meledak melihat sikap impulsif Julian. Pria itu merasa salah tingkah saat Lana berhasil menebak dengan tepat tentang gadis yang sedang disukainya.“Apa aku perlu memberitahu kakak-kakakmu juga?”“Lana…”“Baiklah. Baiklah. Kalau begitu aku masuk dulu ke kamarku. Selamat malam, Julian.”“Malam, Lana.”***Sudah satu minggu berlalu sejak Lana pertama kali menginjakkan kakinya di tanah Halberd. Tidak banyak tempat yang dia kunjungi karena musim gugur di sana benar-benar terasa dingin.Membuat Lana lebih banyak menghabiskan waktu di rumah orang tuanya. Membaca buku, berendam air hangat, dan se

  • Gairah Cinta Sang Dewa Perang   101. Mengawasi Diam-Diam

    “Ceritanya sangat panjang, bu.”“Baiklah, ibu mengerti. Ibu tidak akan memaksamu bercerita.”Lana menarik napas dalam dan lama, “mereka memberitahuku kalau Lucia Klaine yang asli sudah ditemukan.”“Lucia Klaine yang asli? Apa maksudnya? Bukankah itu dirimu?”Lana menggeleng, kedua alisnya tertarik ke atas. Dia cukup bingung sekarang untuk menjelaskan pada orang tuanya.“Tadinya iya, tapi sudah tidak lagi.”“Orang-orang di istana salah mengenalimu? Atau bagaimana?”“Entahlah,” Lana memandang lurus ke arah jendela dengan tatapan datar yang tak terbaca.“Lana, kalau kau merasa tidak nyaman dan mereka tidak memperlakukanmu dengan baik, kau bisa kembali pada kami, orang tuamu.”“Aku tahu. Untuk itu aku datang.”“Anakku sayang.”Ibunya berdiri lalu merengkuh Lana dalam pelukan yang hangat dan pe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status