Lana mengangguk.
“Ternyata dia benar-benar ada di sekitar sini saat kejadian itu terjadi.”“Kakek…” panggilnya, masih merasa penasaran karena kakeknya belum menjawab pertanyaannya secara lugas.“Ya, Lana. Ibumu memang meninggal sesaat setelah melahirkanmu.”Lana merasakan udara di sekitarnya menipis, membuatnya kesulitan bernapas dan dadanya sesak. Kai yang mengetahui perubahan di diri Lana segera memberikan segelas air untuk membuat Lana sedikit lebih baik.“Terima kasih.”Lana merasa hatinya benar-benar hancur sekarang, dunianya runtuh dan air matanya tak bisa ditahan lagi.Gadis itu menangis, tapi tak bersuara.“Tapi itu bukan kesalahanmu. Tolong jangan menyalahkan dirimu sendiri.”Raja Alastor menerawang jauh ke depan, menggali kembali kejadian masalalu di ingatannya.“Awalnya pun aku sangat marah saat Althea mengatakan ingin melahirkanmu saat masih menjadi manusia, padahal bisa saja Halvard mengubahnya disaat dirinya sedang hamil. Namun p“Pertunangan kami memang batal, tapi perasaan kami tidak. Aku dan Kai masih saling memiliki satu sama lain.”“Ah, begitu rupanya. Syukurlah, aku hanya tidak ingin orang lain memandangmu sebelah mata karena insiden itu.”“Tidak akan ada yang berani melakukan itu,” ucap Lana tegas.“Kenapa?”“Karena aku Lana, Alana Klaine.” Lana melirik sekilas pada River, lalu mempercepat langkah kakinya hingga gadis itu berada beberapa meter di depan River.“Ternyata kau sungguh mencintainya,” ucapnya dengan nada rendah yang menyedihkan.‘Apa mungkin ada sedikit harapan untukku masuk ke dalam ruang hatimu, Lana?’ lanjutnya dalam hati.River menunduk penuh kesedihan. Dia mencintai Lana, dan bahkan belum sempat mengatakan apa pun untuk menyatakan perasaanya. Namun sepertinya, Kai sudah lebih dulu memiliki hati wanita itu, sepenuhnya.‘Kau sudah kalah telak! Bahkan sebelum bertarung,’ suara hatinya yang lain berseru mencemooh.“Kau sudah kalah telak.”Julian
Henry mengangguk setuju, dan dia bersedia melakukan apa pun asalkan Jarek mau membantunya membawa Alana ke sisinya.‘Bagus, dengan dendam yang meluap serta keinginan memiliki yang sangat tinggi. Henry bisa kugunakan untuk membawa anak dari Klan Frost itu kepadaku. Dengan begitu, tak ada lagi satu pun keturunan si brengsek itu yang akan lolos dari kutukanku.’Jarek menyeringai dalam hati, merasa rencana besarnya ini akan segera terwujud, mengingat betapa besarnya obsesi Henry yang ingin memiliki Lana.Terutama, dia bisa menyatukan lagi Estrela dan Vlorades, serta menyingkirkan Raja Alastor dari singgahsananya. Keinginan yang telah lama dia rencanakan itu akan semakin dekat, tiba-tiba Jarek merasa kalau keputusannya membantu Henry saat itu sangatlah tepat. Sekarang, dia akan segera memanen hasilnya.“Kalau begitu, apa rencanamu selanjutnya?”“Membawa Alana keluar dari istana, lalu menikahinya.”“Kau yakin bisa melanggar larangan it
Ketika tatapan Kai turun ke mulutnya, tanpa sadar dia menyapukan lidah ke bibir untuk bersiap-siap. Lana menurunkan dagu, dan dia menatap Kai dari balik bulu matanya yang tebal.“Aku hanya penasaran, bagaimana rasanya berciuman di pagi hari. Kukira itu akan membuat suasana hatiku menjadi baik sepanjang hari,” kata Lana blak-blakan.Dan dia mengakhirinya dengan sebuah senyuman manis, lalu menjatuhkan tangannya dari leher Kai ke dada pria itu dan mendorong sambil menoleh ke belakang.“Kau adalah gadis paling terus terang yang pernah kutemui,” ucap Kai penuh pujian.“Terima kasih.”Tanpa peringatan, Kai menarik tubuh Lana semakin dekat. Membuat Lana sedikit terhuyung karena gerakan pria itu yang tiba-tiba. Tangan besar Kai menangkup tengkuknya dan dunia bagaikan berhenti berputar.Bibir keras Kai menghujam bibirnya dalam ciuman yang membuat Lana terguncang ke belakang. Lana berseru kaget, membelalakan mata lebar-lebar dan mencengkeram bahu pria itu erat-erat. Dan ketika Kai menelengkan k
“Aku sudah pernah kehilangan Althea, kali ini aku tidak akan kehilangan Alana juga.”“Kau tidak bisa melakukan itu, Henry. Darahnya sudah disentuh oleh—““Persetan dengan hal itu. Dulu juga aku gagal mendapatkan Althea karena peraturan konyol itu. Sekarang aku sudah tidak peduli lagi. Aku hanya ingin Alana, hanya dia.”“Sepertinya Kai memukul kepalamu sangat keras tadi. Kalau aku tidak datang tepat waktu, kau sudah menjadi abu sekarang.”“Aku tidak peduli, asalkan bisa melihatnya lebih lama.”“Cinta memang seringkali membuat orang menjadi tidak waras,” suara seorang perempuan menyahut—Eira Quinn—kekasih Jarek.“Katakan itu padanya,” Jarek menunjuk Henry dengan kedua alisnya.“Kau tahu kau tidak boleh menyentuhnya kan, Henry? Karena kalau kau memaksa, Kai mungkin akan langsung membunuhmu saat itu juga.”“Kai adalah orang yang dingin dan misterius, dia tidak pernah menunjukkan emosinya pada siapa pun, tapi saat bersama putri Althea itu, aku bisa melihat bagaimana Kai memperlakukannya de
Lana mengangguk.“Ternyata dia benar-benar ada di sekitar sini saat kejadian itu terjadi.”“Kakek…” panggilnya, masih merasa penasaran karena kakeknya belum menjawab pertanyaannya secara lugas.“Ya, Lana. Ibumu memang meninggal sesaat setelah melahirkanmu.”Lana merasakan udara di sekitarnya menipis, membuatnya kesulitan bernapas dan dadanya sesak. Kai yang mengetahui perubahan di diri Lana segera memberikan segelas air untuk membuat Lana sedikit lebih baik.“Terima kasih.”Lana merasa hatinya benar-benar hancur sekarang, dunianya runtuh dan air matanya tak bisa ditahan lagi.Gadis itu menangis, tapi tak bersuara.“Tapi itu bukan kesalahanmu. Tolong jangan menyalahkan dirimu sendiri.”Raja Alastor menerawang jauh ke depan, menggali kembali kejadian masalalu di ingatannya.“Awalnya pun aku sangat marah saat Althea mengatakan ingin melahirkanmu saat masih menjadi manusia, padahal bisa saja Halvard mengubahnya disaat dirinya sedang hamil. Namun p
“Tidak mungkin… bagaimana bisa,” kata-kata Lana tercekat di tenggorokan. Dia tidak tahu kesedihan macam apa yang sedang menghampirinya saat ini. Gadis itu terdiam, air matanya mengalir tanpa henti. Ucapan Henry seperti palu besar yang sengaja dilemparkan ke dadanya. Sakit.‘Jadi ini alasan kakek belum memberitahuku hingga saat ini?’‘Apa kelahiranku… menjadi penyebab kematiannya?’ Lana mencoba menyusun segala kemungkinan yang terjadi, semua teka-teki yang bisa saja mengandung kebenaran.‘Kalau iya, apa bisa dikatakan kalau aku adalah pembunuh ibuku sendiri?’ Lana nyaris ambruk ke tanah kalau saja seseorang tidak segera datang dan menopang tubuhnya.Kai, yang baru saja muncul di sana melihat Lana yang terdiam dengan wajah datar dan tatapan kosong, lalu menoleh dan mendapati Henry yang berdiri santai bersandar pada tembok.Pria itu marah, setelah menempatkan Lana di tempat yang aman, Kai segera membuat perhitungan dengan Henry, karena dia menganggap