Share

4 || You Made Me A Bitch

Kia mengguman lirih dengan manik yang masih terpejam seperti seseorang yang sedang mengigau. Namun beberapa saat kemudian, kelopak matanya pun perlahan mulai terbuka.

Uh, pegal sekali. Seluruh tubuhnya bagai habis melakukan olahraga ekstrim yang overexpose. Tapi jika dipikirkan lagi, bukankah memang apa yang ia dan Byan lakukan agak terbilang ekstrim?

Fiuh. Lelaki itu benar-benar membuatnya kelelahan dengan staminanya yang luar biasa seperti kuda jantan liar. Bisa dibilang, servis yang Byan lakukan membuat Kia sangat terpuaskan sekaligus melelahkan.

Ya, sampai sekarang pun Kia sangat yakin jika bartender tampan bernama Byantara itu juga pasti berprofesi ganda sebagai gigolo kelas atas.

Bibir sensual itu melengkungkan senyum, saat mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Byan pasti sedang membersihkan diri.

Kia bermaksud untuk beristirahat selama beberapa saat lagi, ketika mendengar dengung suara ponselnya bergetar pelan. Dengan menghela napas malas, Kia meraih pouch kecilnya yang berada di atas nakas di samping ranjang. Mungkin Byan yang menaruhnya di sana.

Manik indah itu pun seketika berubah dingin, ketika melihat sebuah nama yang tertera di layar ponselnya.

Alex Guntoro.

Kia memang sengaja memberikan nama lengkap formal untuk Alex di ponselnya, sebagai kamuflase untuk menutupi hubungan terlarang mereka selama ini.

Alex adalah atasannya di kantor Jasa Penasihat Hukum Guntoro and Partners Law Firm. Alex juga telah memiliki calon istri, dan Kia tak lebih dari bawahan lelaki itu dengan jabatan Junior Law Firm, sekaligus selingkuhan Alex.

Ya, SELINGKUHAN.

Dengan perasaan kesal, Kia pun menonaktifkan ponselnya, lalu menyimpannya kembali ke dalam pouch miliknya. Ia sengaja menghilang agar Alex bingung mencarinya. Rasakan.

'Seenaknya saja dia meniduriku, lalu malah menikahi perempuan yang sudah dijodohkan dengannya!'

Kia menggigit bibirnya ketika dadanya terasa sesak. Sial. Ia tidak boleh lemah. Ia tidak boleh menangis! Si Alex sialan itu tidak berhak mendapatkan setetes pun air matanya yang berharga.

Lihat saja, ia akan balas dendam dengan tidur bersama banyak lelaki, lalu mengirimkan bukti-buktinya kepada Alex supaya lelaki itu gusar karena cemburu. Kia tahu jika Alex sesungguhnya juga mencintainya, hanya saja lelaki itu terlalu lemah untuk menolak perjodohan yang telah ditetapkan oleh kedua orang tuanya.

Bullshit.

Kia menunduk, menatap tubuhnya yang dipenuhi kissmark merah tua akibat perbuatan beringas Byan. Bibir sensual itu pun melukiskan senyuman tipis. Good job, Byantara. Ini akan menjadi bukti yang akan membuat Alex terbakar dengan dahsyat karena cemburu!

Gadis itu pun menghela napas pelan, lalu beranjak turun dari ranjang untuk memunguti gaun dan pakaian dalamnya yang berserakan di lantai dan mengenakannya dengan cepat.

Terlintas dalam pikirannya untuk berpamitan kepada Byan yang masih berada di dalam kamar mandi, tapi Kia menggeleng pelan. Come on, dia kan cuma gigolo!

Atau kalau pun bukan, tetap saja apa yang terjadi semalam itu hanyalah bersenang-senang semata. Sama-sama saling memuaskan. Lalu untuk apa kalimat ucapan selamat tinggal yang sudah pasti akan rikuh?

Jujur saja, seumur hidupnya baru kali ini Kia melakukan one night stand. Dengan Alex, Kia melakukannya karena cinta, dan karena mengira Alex akan menikahinya kelak. Meskipun ternyata ia cuma dianggap sebagai penghangat ranjang untuk lelaki brengsek itu.

"Ck. Lagipula aku harus bilang apa? Terima kasih untuk semalam? Selamat tinggal? Atau sampai jumpa?" Gerutu Kia sembari mengeluarkan dompet dari pouch-nya. Lebih baik ia pergi sebelum Byan keluar dari kamar mandi, dan lebih baik jika ia bayar saja jasa lelaki itu yang telah memuaskannya berkali-kali semalaman.

Tidak mungkin jika lelaki itu bukan gigolo, kan?

Kia tertawa pelan ketika menaruh black card di atas nakas. Bayaran yang cukup mahal, tapi sepadan. Dan ia juga ingin membuat Alex semakin meradang saat mengetahui bahwa black card yang diberikan kepada Kia malah dipegang oleh lelaki lain.

Gadis itu menatap ke seluruh penjuru kamar sambil berdecak pelan. Selera si gigolo ini tinggi juga. Lihat saja kamar ini! Ruangan seluas dan semewah ini pasti harga sewanya sangat mahal.

Kia mengambil bolpen dan kertas yang tersedia di meja depan televisi, lalu menuliskan sebaris kalimat pesan untuk Byan. Lengkungan senyuman yang menghiasi bibirnya tak lepas meski kertas itu telah ia taruh di atas nakas, dengan sengaja ia timpa dengan black card.

Saatnya untuk pergi.

***

Byan keluar dari kamar mandi dengan membalutkan bath robe ke tubuhnya. Manik gelapnya sontak menatap ke arah ranjang yang telah kosong, dan terkejut saat tidak menemukan gaun serta pakaian dalam milik Kia.

Kakinya yang panjang sontak berlari menuju pintu, dan membukanya dengan cepat. Tak ada siapa pun di luar. Sial.

Lelaki itu kembali masuk ke dalam kamar dan meraih telepon hotel.

"Halo. Saya dari kamar President Suite. Apa Nona bergaun hitam yang baru turun dari kamar ini masih ada di lobby?" Byan bertanya sedetik setelah telepon itu diangkat, tak peduli meski si resepsionis baru saja ingin menyapanya.

"Oh, Nona cantik bergaun hitam maksud Anda, Tuan Byantara? Ya, dia baru saja menaiki taksi beberapa saat yang lalu, Tuan," sahut ramah si resepsionis kepada tamu VVIP-nya.

Byan pun sontak mengumpat dalam hati, merutuki kebodohannya yang tidak awas kepada Kia. Ia tidak menyangka kalau wanita itu telah terjaga dan pergi begitu saja, mengingat betapa nyenyak tidurnya.

Tanpa basa-basi karena kesal setengah mati, Byan pun segera menutup telepon begitu saja. Helaan napasnya menguar keras ke udara, menyuarakan kegusaran hatinya.

Kia. Hanya itu yang Byan tahu tentang wanita itu. Oh, tapi untung saja ia sempat mengambil foto Kia saat wanita itu sedang tertidur. Lihat saja, ia akan menemukan Kia dalam waktu yang sangat cepat!

Byan kembali mendengkus keras dan menyugar rambutnya frustasi. Di saat ia kembali dapat menikmati bercinta, kenapa malah sang wanita hilang begitu saja?

Pandangannya yang nanar mengamati ke seluruh penjuru kamar. Bukti-bukti yang begitu nyata akan panasnya aktivitas di atas ranjang terpampang dengan begitu jelasnya. Byan bahkan tidak menyangka ia akan bersikap seliar itu kepada wanita, bahkan setelah tidak mampu bercinta selama 3 tahun pun.

Kia benar-benar telah memancing animal instinct-nya yang buas keluar dan tak terkendali.

Kasur dengan alasnya yang berantakan itu membuat Byan kembali menghela napas, berusaha menghilangkan bayangan Kia yang merintih dan mengerang memanggil namanya dengan suara menggairahkan.

Fuck this shit.

Baru membayangkannya saja, ia sudan bergairah kembali!

Byan mengernyit ketika melihat benda yang mirip sebuah kartu berwarna hitam di atas nakas. Apa itu?

Kakinya kembali bergerak cepat menuju samping tempat tidur dimana nakas itu berada. Tangannya meraih black card yang ditinggalkan Kia di sana, beserta secarik kertas dengan tulisan tangan yang rapi.

Byan pun membacanya dalam hati.

[Ini untuk bayaranmu, Byan Sayang. Gunakan sesukamu, tapi aku menyewa jasamu selama sebulan. Dan aku tidak menerima jawaban TIDAK. Ingat, selama bersamaku, kamu tidak boleh menerima jasa dari siapa pun. You are mine. ~Kia~]

Rasanya Byan ingin sekali tertawa keras setelah membaca pesan itu. Jadi Kia menganggapnya semacam lelaki penjaja seks? Gigolo??

"Kia. Aku akan segera menemukanmu dan memakanmu hingga habis tak bersisa untuk salah paham yang menggelikan ini," gumannya sambil tersenyum.

Namun keningnya seketika berkerut ketika melihat sederet nama yang tertera di atas black card itu.

ALEX GUNTORO. Alex Guntoro??

Tunggu, apa ini Alex Guntoro si pengacara itu? Byan berusaha mengingat nama yang familier baginya. Ya, rasanya ia pernah menggunakan jasa Guntoro Law Firm untuk menuntut pelaku penyebab kecelakaan lalu lintas yang menewaskan istri dan anaknya.

Lalu... apa sebenarnya hubungan Kia dengan Alex? Kenapa Kia memegang black card milik si pengacara itu?

***

Kia turun dari taksi yang membawanya ke sebuah apartemen mewah di sebuah komplek sentra bisnis. Ia sengaja tetap tidak menyalakan ponselnya, dan langsung mendatangi Penthouse milik Alex tanpa diundang, dan tanpa menelepon lebih dulu seperti yang sebelumnya selalu ia lakukan agar hubungan mereka tidak diketahui oleh siapa pun.

Persetan. Kia bahkan tidak peduli jika di Penthouse Alex ada calon istri lelaki itu. Biarkan saja, mungkin malah akan lebih baik jika ia ketahuan.

"Aku akan bersikap seperti jalang, karena kamulah yang membuatku menjadi seorang jalang, Alex! I am a bitch, and you're the one who made me that way," gumannya dalam tawa tanpa suara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status