Kia mengguman lirih dengan manik yang masih terpejam seperti seseorang yang sedang mengigau. Namun beberapa saat kemudian, kelopak matanya pun perlahan mulai terbuka.
Uh, pegal sekali. Seluruh tubuhnya bagai habis melakukan olahraga ekstrim yang overexpose. Tapi jika dipikirkan lagi, bukankah memang apa yang ia dan Byan lakukan agak terbilang ekstrim?Fiuh. Lelaki itu benar-benar membuatnya kelelahan dengan staminanya yang luar biasa seperti kuda jantan liar. Bisa dibilang, servis yang Byan lakukan membuat Kia sangat terpuaskan sekaligus melelahkan.Ya, sampai sekarang pun Kia sangat yakin jika bartender tampan bernama Byantara itu juga pasti berprofesi ganda sebagai gigolo kelas atas.Bibir sensual itu melengkungkan senyum, saat mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Byan pasti sedang membersihkan diri.Kia bermaksud untuk beristirahat selama beberapa saat lagi, ketika mendengar dengung suara ponselnya bergetar pelan. Dengan menghela napas malas, Kia meraih pouch kecilnya yang berada di atas nakas di samping ranjang. Mungkin Byan yang menaruhnya di sana.Manik indah itu pun seketika berubah dingin, ketika melihat sebuah nama yang tertera di layar ponselnya.Alex Guntoro.Kia memang sengaja memberikan nama lengkap formal untuk Alex di ponselnya, sebagai kamuflase untuk menutupi hubungan terlarang mereka selama ini.Alex adalah atasannya di kantor Jasa Penasihat Hukum Guntoro and Partners Law Firm. Alex juga telah memiliki calon istri, dan Kia tak lebih dari bawahan lelaki itu dengan jabatan Junior Law Firm, sekaligus selingkuhan Alex.Ya, SELINGKUHAN.Dengan perasaan kesal, Kia pun menonaktifkan ponselnya, lalu menyimpannya kembali ke dalam pouch miliknya. Ia sengaja menghilang agar Alex bingung mencarinya. Rasakan.'Seenaknya saja dia meniduriku, lalu malah menikahi perempuan yang sudah dijodohkan dengannya!'Kia menggigit bibirnya ketika dadanya terasa sesak. Sial. Ia tidak boleh lemah. Ia tidak boleh menangis! Si Alex sialan itu tidak berhak mendapatkan setetes pun air matanya yang berharga.Lihat saja, ia akan balas dendam dengan tidur bersama banyak lelaki, lalu mengirimkan bukti-buktinya kepada Alex supaya lelaki itu gusar karena cemburu. Kia tahu jika Alex sesungguhnya juga mencintainya, hanya saja lelaki itu terlalu lemah untuk menolak perjodohan yang telah ditetapkan oleh kedua orang tuanya.Bullshit.Kia menunduk, menatap tubuhnya yang dipenuhi kissmark merah tua akibat perbuatan beringas Byan. Bibir sensual itu pun melukiskan senyuman tipis. Good job, Byantara. Ini akan menjadi bukti yang akan membuat Alex terbakar dengan dahsyat karena cemburu!Gadis itu pun menghela napas pelan, lalu beranjak turun dari ranjang untuk memunguti gaun dan pakaian dalamnya yang berserakan di lantai dan mengenakannya dengan cepat.Terlintas dalam pikirannya untuk berpamitan kepada Byan yang masih berada di dalam kamar mandi, tapi Kia menggeleng pelan. Come on, dia kan cuma gigolo!Atau kalau pun bukan, tetap saja apa yang terjadi semalam itu hanyalah bersenang-senang semata. Sama-sama saling memuaskan. Lalu untuk apa kalimat ucapan selamat tinggal yang sudah pasti akan rikuh?Jujur saja, seumur hidupnya baru kali ini Kia melakukan one night stand. Dengan Alex, Kia melakukannya karena cinta, dan karena mengira Alex akan menikahinya kelak. Meskipun ternyata ia cuma dianggap sebagai penghangat ranjang untuk lelaki brengsek itu."Ck. Lagipula aku harus bilang apa? Terima kasih untuk semalam? Selamat tinggal? Atau sampai jumpa?" Gerutu Kia sembari mengeluarkan dompet dari pouch-nya. Lebih baik ia pergi sebelum Byan keluar dari kamar mandi, dan lebih baik jika ia bayar saja jasa lelaki itu yang telah memuaskannya berkali-kali semalaman.Tidak mungkin jika lelaki itu bukan gigolo, kan?Kia tertawa pelan ketika menaruh black card di atas nakas. Bayaran yang cukup mahal, tapi sepadan. Dan ia juga ingin membuat Alex semakin meradang saat mengetahui bahwa black card yang diberikan kepada Kia malah dipegang oleh lelaki lain.Gadis itu menatap ke seluruh penjuru kamar sambil berdecak pelan. Selera si gigolo ini tinggi juga. Lihat saja kamar ini! Ruangan seluas dan semewah ini pasti harga sewanya sangat mahal.Kia mengambil bolpen dan kertas yang tersedia di meja depan televisi, lalu menuliskan sebaris kalimat pesan untuk Byan. Lengkungan senyuman yang menghiasi bibirnya tak lepas meski kertas itu telah ia taruh di atas nakas, dengan sengaja ia timpa dengan black card.Saatnya untuk pergi.***Byan keluar dari kamar mandi dengan membalutkan bath robe ke tubuhnya. Manik gelapnya sontak menatap ke arah ranjang yang telah kosong, dan terkejut saat tidak menemukan gaun serta pakaian dalam milik Kia.Kakinya yang panjang sontak berlari menuju pintu, dan membukanya dengan cepat. Tak ada siapa pun di luar. Sial.Lelaki itu kembali masuk ke dalam kamar dan meraih telepon hotel."Halo. Saya dari kamar President Suite. Apa Nona bergaun hitam yang baru turun dari kamar ini masih ada di lobby?" Byan bertanya sedetik setelah telepon itu diangkat, tak peduli meski si resepsionis baru saja ingin menyapanya."Oh, Nona cantik bergaun hitam maksud Anda, Tuan Byantara? Ya, dia baru saja menaiki taksi beberapa saat yang lalu, Tuan," sahut ramah si resepsionis kepada tamu VVIP-nya.Byan pun sontak mengumpat dalam hati, merutuki kebodohannya yang tidak awas kepada Kia. Ia tidak menyangka kalau wanita itu telah terjaga dan pergi begitu saja, mengingat betapa nyenyak tidurnya.Tanpa basa-basi karena kesal setengah mati, Byan pun segera menutup telepon begitu saja. Helaan napasnya menguar keras ke udara, menyuarakan kegusaran hatinya.Kia. Hanya itu yang Byan tahu tentang wanita itu. Oh, tapi untung saja ia sempat mengambil foto Kia saat wanita itu sedang tertidur. Lihat saja, ia akan menemukan Kia dalam waktu yang sangat cepat!Byan kembali mendengkus keras dan menyugar rambutnya frustasi. Di saat ia kembali dapat menikmati bercinta, kenapa malah sang wanita hilang begitu saja?Pandangannya yang nanar mengamati ke seluruh penjuru kamar. Bukti-bukti yang begitu nyata akan panasnya aktivitas di atas ranjang terpampang dengan begitu jelasnya. Byan bahkan tidak menyangka ia akan bersikap seliar itu kepada wanita, bahkan setelah tidak mampu bercinta selama 3 tahun pun.Kia benar-benar telah memancing animal instinct-nya yang buas keluar dan tak terkendali.Kasur dengan alasnya yang berantakan itu membuat Byan kembali menghela napas, berusaha menghilangkan bayangan Kia yang merintih dan mengerang memanggil namanya dengan suara menggairahkan.Fuck this shit.Baru membayangkannya saja, ia sudan bergairah kembali!Byan mengernyit ketika melihat benda yang mirip sebuah kartu berwarna hitam di atas nakas. Apa itu?Kakinya kembali bergerak cepat menuju samping tempat tidur dimana nakas itu berada. Tangannya meraih black card yang ditinggalkan Kia di sana, beserta secarik kertas dengan tulisan tangan yang rapi.Byan pun membacanya dalam hati.[Ini untuk bayaranmu, Byan Sayang. Gunakan sesukamu, tapi aku menyewa jasamu selama sebulan. Dan aku tidak menerima jawaban TIDAK. Ingat, selama bersamaku, kamu tidak boleh menerima jasa dari siapa pun. You are mine. ~Kia~]Rasanya Byan ingin sekali tertawa keras setelah membaca pesan itu. Jadi Kia menganggapnya semacam lelaki penjaja seks? Gigolo??"Kia. Aku akan segera menemukanmu dan memakanmu hingga habis tak bersisa untuk salah paham yang menggelikan ini," gumannya sambil tersenyum.Namun keningnya seketika berkerut ketika melihat sederet nama yang tertera di atas black card itu.ALEX GUNTORO. Alex Guntoro??Tunggu, apa ini Alex Guntoro si pengacara itu? Byan berusaha mengingat nama yang familier baginya. Ya, rasanya ia pernah menggunakan jasa Guntoro Law Firm untuk menuntut pelaku penyebab kecelakaan lalu lintas yang menewaskan istri dan anaknya.Lalu... apa sebenarnya hubungan Kia dengan Alex? Kenapa Kia memegang black card milik si pengacara itu?***Kia turun dari taksi yang membawanya ke sebuah apartemen mewah di sebuah komplek sentra bisnis. Ia sengaja tetap tidak menyalakan ponselnya, dan langsung mendatangi Penthouse milik Alex tanpa diundang, dan tanpa menelepon lebih dulu seperti yang sebelumnya selalu ia lakukan agar hubungan mereka tidak diketahui oleh siapa pun.Persetan. Kia bahkan tidak peduli jika di Penthouse Alex ada calon istri lelaki itu. Biarkan saja, mungkin malah akan lebih baik jika ia ketahuan."Aku akan bersikap seperti jalang, karena kamulah yang membuatku menjadi seorang jalang, Alex! I am a bitch, and you're the one who made me that way," gumannya dalam tawa tanpa suara."Byan!" Suara yang memanggilnya itu membuat Byan mengangkat wajahnya yang semula tertunduk dalam kalut. Lelaki itu pun berdiri dari duduknya di atas sofa panjang rumah sakit tempat penunggu pasien yang sedang berada di ruang emergency. Tak terkira betapa leganya dirinya melihat wajah secantik bidadari dengan sosoknya yang akan selamanya sempurna di matanya itu, kini tengah memeluk dirinya dengan erat.Byan menghirup aroma lembut rambut istrinya yang sejenak mengalihkan gelisahnya, memberikan suntikan adrenalin yang kembali memimbulkan asa yang semula telah surut. Byan membuka mulutnya, untuk mengeluarkan suara serak yang dipenuhi kecemasan mendalam. "Kia, ayah..." "Ayahmu akan baik-baik saja," potong Kia. Ia mengeratkan pelukannya sebelum mulai melepasnya perlahan sembari mendongakkan wajahnya, hingga kini ia beradu tatap dengan wajah tampan suaminya yang kini terlihat murung. Satu tangannya terulur untuk mengusap pipi Byan. Seulas senyuman manis ia berikan untuk suaminya, berha
Kedua lelaki itu saling menatap dengan sorot yang dipenuhi oleh permusuhan. Perkataan telak dari Byan barusan sebenarnya cukup membuat batin Alex goyah, namun lelaki itu sepertinya menolak untuk menyerah. Meskipun harapan yang semula hadir karena ia meyakini bahwa janin yang dikandung Kia adalah miliknya, kini menjadi semu. Seiring dengan penyesalan demi penyesalan yang saat ini memenuhi benaknya.Alex mengutuk diri sendiri yang begitu bodohnya karena telah menyia-nyiakan Kia, setelah kehilangan membuatnya sadar bahwa sesungguhnya ia mencintai gadis itu. Alex mengira bahwa Kia hanyalah "ngambek" padanya, karena ia tidak bisa memberi status yang jelas untuk Kia dan malah hendak menikahi Tessa.Ia pun mengira bahwa Kia hanya ingin bermaksud membuat dirinya cemburu dengan mendekati Byan, karena Alex yang berkeyakinan jika Kia juga masih mencintainya.Namun kabar berita yang diberikan oleh Bara membuat Alex sangat terkejut. Ketika berita pertama yang ia dengar adalah Byan yang membawa K
"Morning, my sexy wifey." Suara berat yang berbisik lembut di telinganya itu membuat Kia seketika terbangun. Ia sedang menguap, ketika bibir Byan mengecup dadanya dengan bertubi-tubi dan membuat Kia tertawa pelan. Wanita itu lalu tersenyum dan mengelus rambut lebat lelaki itu yang masih asyik berkelana di dadanya dan tidak terlihat ingin beranjak. "Byan." "Hm?" Kia terdiam sebentar, seperti sedang berpikir untuk menyusun kalimat yang tepat. Namun akhirnya ia pun menyerah, karena kehamilan ini membuat kepalanya terasa agak pusing di pagi hari untuk berpikir terlalu berat. "Uhm... sampai kapan kita di sini?" Kia pun akhirnya menyuarakan pertanyaan yang terus berputar di dalam benaknya secara gamblang. "Di sini?" Ulang Byan yang telah mengangkat kepalanya dari dada Kia dan menatap istrinya sambil menaikkan alis. "Maksudmu di Bali? Atau di resort?" "Di Bali. Maksudku, sampai kapan kita di Bali," sahut Kia cepat. Ia tahu resort ini memiliki arti yang sangat dalam bagi Byan,
Sempurna.Kia tak bisa menemukan kata yang jauh lebih tepat untuk mendeskripsikan semua yang sedang terjadi hari ini... selain tanpa cela.Semua yang ia pandang terlihat begitu indah dan memukau. Bunga-bunga berwarna putih, merah muda lembut, kuning pucat dan biru muda menghias seluruh ruangan yang menjadi dekorasi acara pernikahannya hari ini.Manik coklat sayu itu pun mengerjap pelan seolah tak percaya, karena kalimat yang dalam hati ia ucapkan sendiri barusan.Pernikahannya.Selama seminggu penuh kemarin, dirinya dirawat di rumah sakit karena dokter menyarankan Kia untuk total bedrest, sebagai upaya untuk menjaga kehamilannya yang masih muda dan agak rentan.Lalu ketika ia telah diperbolehkan untuk pulang, tiga hari kemudian Byan pun mengundang Om dan Tantenya Kia yang bernama Burhan dan Ana untuk datang ke Bali. Mereka berdua adalah satu-satunya keluarga Kia yang tertinggal, setelah ayahnya meninggal ketika Kia masih kecil dan ibunya juga telah berpulang beberapa tahun yang lalu.
Kia bernapas pelan sebelum perlahan ia membuka kedua matanya. Posisi kepalanya yang bertumpu di atas lengan Byan terasa sangat nyaman, begitu pun halnya dengan 'selimut hidup' yang semalaman mendekap tubuhnya erat, seolah tak ingin kehilangan. Untuk kali ini, Kia-lah yang lebih dulu terbangun dibandingkan Byan selepas mereka tertidur setelah puas bercinta.Gadis itu pun sontak mendongak, untuk menatap seraut wajah tampan Byan yang masih terlelap dengan pulasnya.Bibir penuh Kia pun melukiskan sebuah senyuman, ketika teringat kembali pada perkataan yang semalam dengan sengaja diucapkan berulang-ulang oleh Byan. "I love you, Kia." Mengingat kembali suara berat dan maskulin Byan berucap lembut menyuarakan isi hatinya, membuat Kia larut dalam kebahagiaan yang merasuk ke dalam sukma.Tahu jika ia tidak akan pernah merasa bosan mendengar kalimat itu. Tidak, selama hanya Byan-lah yang akan selalu mengucapkannya.Apakah boleh jatuh cinta bisa terasa seindah ini?Rasanya seperti seumur hid
Pintu itu terbuka dari luar, berbarengan dengan masuknya kedua sosok dari arah luar ke dalam ruang Presidential Suite.Mereka sama-sama diam tanpa bersuara berjalan menuju ke arah master bedroom, meskipun dengan suara-suara di dalam benak masing-masing yang ribut. "Aku mau menelepon dulu," ucap Byan kepada Kia yang sejak tadi mengekorinya karena tangannya yang terus digenggam.Gadis itu mengangguk perlahan sambil tersenyum. "Aku akan menunggumu di balkon." "Kamu tidak perlu kemana-mana, Kia. Percakapan ini bukanlah rahasia," tegas Byan dengan maniknya yang kelam menatap Kia lekat-lekat, mencoba menggali apa yang sedang dipikirkan oleh gadisnya yang mendadak menjadi pendiam itu."Tidak apa-apa, Byan. Aku cuma mau menghirup udara segar saja," kilah Kia beralasan.Byan terdiam sesaat tanpa lepas mamandang wajah cantik yang dengan senyuman yang memikat, namun lelaki itu sangat menyadari bahwa sesungguhnya dibalik itu Kia sedang menyembunyikan sesuatu. 'Bara sialan! Ini semua gara-gara