Share

5 Dilema Bagus

Desiran halus merambat menuju hati Bagus, pasalnya wanita yang berada di hadapannya ini tengah melumat bibir dengan nikmat, mungkin bagi Nora itu terasa nikmat, namun untuk seorang Bagus, rasanya sangat membingungkan, kedua tangannya tidak dapat bergerak, seakan terikat oleh sesuatu yang tidak bisa ia artikan.

'Oh Nona, kenapa aku baru tahu jika ciuman itu membuat hati berdebar' bisiknya.

Nora merasa puas, senyum manis bibirnya bagaikan obat hati untuk melupakan segala kisah rumit yang sedang ia rasakan.

Wajah Bagus memerah, ia merasa malu, bahkan ia tidak mau menatap Nora dan memilih pergi menuju mobil. Nora tertawa terbahak-bahak, entah mengapa kekesalannya sedikit hilang.

"Ternyata bibir indah Bagus masih perjaka!" celetuknya, diiringi tawa.

Bagus benar-benar salah tingkah, namun Nora kembali bersikap seperti biasa. Melupakan Revan bukanlah impiannya, membangun mahligai rumah tangga yang bahagia adalah impiannya. Selama bersama Revan, Nora benar-benar merasa sempurna, bukan karena Revan orang yang terpandang, melainkan sikap Revan yang begitu memujanya dan sangat mencintainya.

Bagus melirik ke arah Nora, istrinya sudah tertidur pulas dalam keadaan tubuh yang masih basah. Tanpa sadar Bagus meraba bibirnya, bekas bibir Nora masih terasa, hingga membuatnya nyeri jika terbayang kembali.

Sesampainya di rumah, Bagus terpaksa menggendong Nora, Jaki dan Sora pun menghampiri Bagus yang ikut khawatir dengan keadaan Nora.

"Loh, kok bisa basah-basahan begini?" tanya Jaki, lagi-lagi ia perlu mengetahui apa saja yang dilakukan Bagus dengan istrinya itu.

"Hush, bawa ke kamar dulu, mungkin nanti Kak Bagus akan bercerita!"

"Hem, iya deh!" jawab Jaki.

Bagus membawa Nora kekamarnya, ia merebahkan tubuh Nora di sofa. Sora segera mendekati Bagus yang masih mendekati Nora.

"Eit, jangan dekat-dekat Nona, kalian bukan muhrim!" ucap Sora, ia belum mengetahui jika Bagus kini adalah suami Nora.

"Iya, aku akan keluar!" cetus Bagus.

Sora membantu Nora dan mengganti pakaiannya. Setelah selesai Sora pergi keluar, sementara Bagus membersihkan diri di tempat lain.

Air dingin memebasahi tubuh Bagus, ingatan wajah Nora yang menciumnya lagi-lagi terbayang di pikirannya.

"Aku tidak boleh menaruh hati pada majikanku sendiri, pernikahan ini hanya kerja sama ku berdama Nona, aku tidak tahu hal apa yang bisa menguntungkan Nona menikah dengan ku, namun aku harus bisa menyelesaikan pekerjaan ini, jika sudah saatnya Nona menginginkan perceraian maka akan kusanggupi!" pungkasnya, ia sendiri merasa bersalah karena memiliki status dengan majikannya secara sah hukum dan agama.

Di usianya yang sudah menginjak kepala tiga, memang keinginan Bagus adalah menikah, menikah dengan pujaan hati, cintanya bersama seorang wanita yang sudah membuatnya menyembuhkan luka di hati dari wanita yang pernah menjadi pacarnya.

Bagus adalah pria pemegang janji, ia akan menepati janjinya, namun semuanya berubah setelah ia memilih untuk menikahi Nora. Sungguh ia tidak ingin menyakiti hati sang kekasih, namun ia tidak bisa mencari cara lain, karena dirinya sendiri sudah sangat terdesak.

Setelah selesai mandi, Bagus memakai pakaiannya, ia segera mengambil wudhu, untuk melaksanakan solat. Langkahnya terhenti saat mendengar ponselnya berbunyi.

Bagus terkejut, nama Atun sedang menghubunginya.

"Angkat tidak ya? Kalau tidak, nanti aku di cecar terus!" ungkapnya.

Mau tidak mau Bagus menerima panggilan video dari Atun.

"Assalamualaikum Abang!" panggil Atun.

"Wa'alaikumsalam Neng, ada apa? Kok malam-malam begini kamu menelepon?!" tanya Bagus.

"Abang, aku ke Jakarta saja ya menyusul Abang, aku sudah di jodohkan dengan Bapak, Abang tahu tidak, aku harus menikah dengan Pak Sukir!"

"Pak Sukir, juragan empang itu?" tanya Bagus, tak percaya.

"Abang pulang, bawa aku ikut Abang, aku tidak mau menikah dengan pria lain selain Abang, aku cinta sama Abang!" ucapnya lalu menangis terisak.

Bagus terdiam, ia merasa ragu untuk menjawab iya kepada Atun.

"Aku takut Bang!" seru Atun yang panik akan masalah di hidupnya.

"Nanti Abang telepon lagi ya, sudah malam, nanti Abang akan pikirkan!" seru Bagus.

Atun menurut, ia tidak tahu jika sang kekasih sedang mengalami dilema yang mengganjal hatinya.

"Apa yang harus aku lakukan Ya Rabb?" tanyanya, di satu sisi ia masih mencintai Atun, namun di sisi lain, ia tidak mau berurusan kembali untuk membuat Nona majikannya itu marah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status