Share

4 Kenyataan Pahit

Penulis: Chaerani T
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-16 22:22:10

Nora sudah bersiap, ia merias diri secantik mungkin, hari ini ia akan menemui Revan, ia yakin jika kemarin mungkin, Revan hanya bercanda memutuskan hubungan secara sepihak. Dengan kemeja hijau bermotif renda dipadu rok bermotif bunga sepatu berwarna putih-cokelat, dengan panjang sampai di bawah lutut, rambutnya yang curly, tergerai sempurna.

Nora mengambil tas nya, sebelum ia menemui Revan, seperti biasa ia akan membawakan makanan kesukaan Revan. Nora berjalan ceria saat menuruni anak tangga, tidak lupa kebiasaan anehnya yang sering bersiul sesuka hati.

Bagus melirik ke arah suara siulan itu, istrinya terlihat cantik di pagi hari sehingga ia lupa tidak memakan sesendokk nasi uduk yang hampir masuk ke dalam mulutnya.

"Sarapan Non?" tanya Sora, pembantu rumah tangga yang masih belia, dan memilih bekerja karena tidak sanggup membiayai pendidikannya sendiri.

"Tidak, hem, buatkan aku susu saja, aku hanya pergi sebentar!" perintah Nora.

Sora mengangguk, dan melaksanakan perintah Nona majikannya.

Bagus segera melahap kembali makanannya, ia tidak mau jika hari ini Nora menilainya salah, seperti semalam.

"Sudah selesai? Jika sudah, antar aku menuju kantor Revan!" perintah Nora.

Bagus mengangguk, Jaki dan Sora saling berpandangan, melihat sikap Nona mereka.

"Sebenarnya Nona kenapa sih? Katanya sudah putus dengan Pak Revan, loh kok ini di samperin lagi!" tuturnya.

"Kalau kata aku, Nona Nora frustasi kali ya! Ya masa dia mau sih meminta Bagus untuk menikahinya, kalau memang masih punya rasa sama Pak Revan!"

"Sulit dipahami, aku jadi kasihan sama Nona!" pungkasnya, dan berbalik badan melanjutkan tugasnya.

***

Selama dalam perjalanan, Nora terus bersenandung dan sesekali ia bersiul. Jujur itu membuat Bagus tidak nyaman dalam mengemudi.

"Maaf Nona, kalau kata orang tua, pamali jika wanita bersiul terus!" jelas Bagus memberitahu.

"Halah, itu cuma omong kosong! Mau siul apa salto suka-suka hati saya dong!" balas Nora, tak peduli.

Bagus hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat tingkah istrinya itu.

Sesampainya di kantor Revan, dengan ceria Nora masuk ke ke kantor, Bagus memilih memgobrol bersama security yang sedang bertugas. Nora merasa yakin, jika Revan pasti senang dengan kejutannya. Sesampainya di ruangan Revan, Nora masuk dan duduk di sofa besar milik Revan, tidak ada yang berubah, semua seisi ruangan masih sama seperti dulu.

Bagus tengah berbincang dengan Narto, security kantor milik Revan, namun pandangannya berpindah setelah melihat Lesia datang bersama Revan. Keduanya sangat terlihat mesra, Bagus bangun dari duduknya, ia mengingat jika Lesia adalah orang kepercayaan Nora.

"Itu kan Bu Lesia, kenapa mereka begitu mesra sekali?" tanya Bagus.

Bagus tidak mau ambil pusing, ia tidak ingin membuat kesalahan lagi di depan Nora. Lebih baik, ia menunggu di luar, karena tugasnya adalah menjadi Sopir pribadi Nora.

Revan membuka pintu, tidak terduga Nora segera menyambut kedatangan Revan dan memeluknya dengan senang. Lesia terkejut, sosok Nora hadir di hadapannya.

Revan melepas Nora dengan paksa, ia tidak mengerti wanita itu dapat kembali lagi, dan menganggu hidupnya setelah beberapa hari yang lalu ia memutuskan hubungannya secara sepihak.

"Mau apa kamu kesini?" tanya Lesia, kini ia sudah pasang badan agar Nora tidak mendekati Revan.

"Tentu bertemu Revan, kenapa?" tantang Nora.

Lesia tersenyum miris, ia benar-benar malas menghadapi Nora yang begitu keras kepala.

"Kamu tuli? Mas Revan sudah tidak mau sama kamu, paham nggak sih? Lagi pula kamu itu bukanlah wanita yang dicintainya, semua rasa cintanya ke kamu itu sudah pupus alias mati rasa! Paham Nona Nora?" sergah Lesia.

Sekuat hati Nora menahan air matanya, pandangannya hanya tertuju kepada Revan, yang menatapnya tajam dan tidak mau membelanya.

"Semudah itu kamu melupakan aku? Semudah itu kamu lupa semua janji-janji yang pernah kita buat Van? Setitik cinta pun sudah tidak ada lagi untukku? Jawab aku Revan! Dari bagian tubuh mana yang sangat kamu sukai dari Lesia? Perbedaan apa yang membuatmu berpaling dari aku?" tanyanya kesal, menahan rasa emosi yang hampir tidak bisa kendalikan.

Revan meminta Lesia untuk pergi ke luar ruangannya, Lesia terkejut, namun dengan kesal ia keluar dan pergi meninggalkan Revan dan Nora hanya berdua saja di ruang kerjanya.

"Kau tahu bukan, ini tempatku untuk bekerja? Bagaimana jika orang lain tahu jika kau mencari masalah di tempatku? Justru itu akan membuat namaku buruk di mata orang Nora!" pekik Revan.

"Biarkan orang lain tahu, kau itu penghianat, kau lebih memilih wanita tua itu di bandingkan aku yang sudah bersamamu sejak SMA! Kau bo*oh Revan, Lesia hanya memanfaatkanmu jelas ...!"

"Cukup, jangan pernah kau menjelek-jelekkan Lesia, walaupun dia tua, dia tahu bagaimana caranya menghargai seorang pria, dia tahu bagaimana caranya memuaskan aku di segala tempat, dia segalanya sekarang untukku, pergilah, aku sudah memutuskan akan menikah dengan Lesia, dan kau harus enyah dari pandanganku!"

Air mata Nora sudah mendesak ingin keluar, Revan membukakan pintu untuk Nora, agar wanita itu cepat menyingkir dari kehidupannya. Lesia tersenyum senang, hatinya gembira bukan main, ini adalah impiannya sejak dulu, membuat hati Nora hancur berkeping-keping.

"Baik, aku terima jika kau sudah tidak mencintai aku, satu hal yang harus kamu tahu, wanita itu pernah menjadi simpanan ayahmu!" teriak Nora, membuat Revan menelan ludah memandang Kepergiannya.

"Jangan di dengarkan Sayang, kau tahu bukan jika Nora pembohong besar?" Lesia segera mengambil tindakan, agar Revan tidak terhasut dengan ucapan Nora.

"Tidak Lesia ku Sayang, ayo kita lanjutkan yang tertunda tadi di bathup!"

Lesia tersenyum menganguk, dan tanpa arahan Lesia sudah melucuti semua pakaiannya.

Nora berlari hingga keluar kantor, Bagus yang melihatnya segera mengikuti Nora pergi. Hujan turun dengan deras, suasana jalan raya menjadi sepi karena hujan yang turun tiba-tiba.

Nora berhenti di jalan raya, ia menangis di bawah rintik hujan dan ia terus memaki Revan, sehingga Bagus mencoba untuk menenangkannya.

"Nona, ayo kita pulang, tidak baik jika Nona basah dan kehujanan seperti ini!"

"Apa pedulimu? Aku ini wanita yang sebatangkara, tidak ada satu orang yang mencintaiku dengan tulus, tidak ada, mereka hanya menginginkan semua yang aku miliki, terlebih Lesia, wanita tua yang sudah merusak impianku dengan Revan!" teriaknya, mengeluarkan segalankekesalan di hati.

Bagus menarik lengan Nora, ia membawa Nora ke pelukannya.

"Jangan bicara lagi! Nona pantas untuk dicintai, Nona pantas bahagia, Nona berhak untuk mendapatkan yang lebih baik dari orang-orang yang menghianati Nona, jangan kecewa Nona, ada aku yang akan membuat Nona tidak pernah sendiri lagi!" ujar Bagus, ia sendiri ikut merasa sedih melihat Nora memeliki masalah pelik, yang orang lain tidak pernah tahu.

Nora memejamkan matanya, aroma tubuh Bagus membuatnya begitu nyaman berada di pelukannya.

"Sekali saja, aku mencium bibir mu, boleh kan?" tanya Nora, membuat Bagus diam mematung tidak bereaksi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    53 Kembalilah Padaku

    Semalaman Nora tidak bisa tidur, menjelang acara ijab qabul ia hanya mampu berdoa agar semua pelaksanaan pernikahannya lancar. Namun satu hal yang membuatnya merasa aneh saat ini. Temy tidak mengabarinya sama sekali sejak kemarin, dan hanya Rion yang rela menjaga dan menunggunya sampai malam. Jemarinya mengusap layar ponsel, ia akan mencoba menghubungi Temy sekali lagi, dan lagi-lagi hanya suara operator wanita yang menjawab panggilannya. "Kemana kamu Tem?" Rasa takut dan cemas menjadi satu dalam lubuk hatinya. Pasrah karena sudah lelah menghubungi Temy, akhirnya rasa kantuk menghampirinya dan membuatnya terlelap pagi hari ini. Sementara itu di tempat lain, Bagus baru saja menyelesaikan solat subuhnya. Kemarin Temy sudah pergi, pria itu benar-benar pergi ke Korea dan menyerahkan segalanya pada Bagus. Pakaian pengantinnya yang berwarna putih begitu indah bagi Bagus. Sekilas, ia mengingat bagaimana pernikahannya bersama Nora dulu, pakaian seragam sopirnya. Ia hanya tersenyum kecil

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    52 Menjelang Pernikahan

    Pagi-pagi buta sekali Nora sudah bersiap untuk hari ini. Sudah tiga hari ini Nora tidak pergi ke rumah Temy. Ia terpaksa, karena dengan begini, ia bisa fokus pada Temy, calon suaminya. Dan dua hari lagi adalah hari pernikahannya bersama Temy, saat itu juga ia akan melepas statusnya sebagai seorang janda. Ia menatap dirinya di depan cermin, perlahan ia membuang napasnya. Walaupun Bagus hadir sebagai Rion, ia tidak mungkin meninggalkan Temy. Temy adalah pria yang selalu baik kepadanya, tiada salahnya jika ia pun berkorban demi membalas semua kebaikan Temy. Agenda hari ini adalah mencoba gaun pengantin di butik, dengan rancang desain terkenal. Temy sudah menyiapkan segalanya dengan cepat. Acara ijab qabul akan dilakukan di rumah Nora, dan Temy berjanji akan memberi kejutan pada pesta malam pernikahan mereka. Suara deru mobil terdengar jelas memasuki halaman. Nora bergegas untuk turun dan menemui Temy. Nora berlari ke pintu utama, di sana sudah terlihat Rion yang berdiri dengan tangan k

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    51 Melupakan Aku

    "Nora berhenti, dengarkan aku dulu!" teriak Temy. Nora terus berlari menjauh, ia tidak mau berhubungan kembali dengan Temy atau Bagus lagi. "Ini semua bisa kita bicarakan baik-baik, jangan pergi lagi Nora." Temy tidak putus asa, ia akan terus mengejar Nora dan tidak akan pernah membiarkannya menghilang. Nora berhenti dan napasnya tersengal, ia baru menyadari jika sudah berlari jauh sekali. Dan ia tampak terkejut melihat Temy tengah berlari mengejarnya. "Kenapa kamu mengikutiku?" Nora memandang kesal ke arah Temy, namun pria itu tetap tersenyum dan berjalan menghampirinya. "Aku ingin menjelaskan semuanya Nora! Maaf aku tidak memberitahumu sejak awal, tapi memang ia adalah adikku!""Kamu bohong, apa ini rencana kamu? Kamu mau membuat aku lebih tidak bisa melupakan dia?""Dengar dulu! Dia adikku Nora, bertahun-tahun kami berpisah. Apa kau lebih tega, membiarkan saudara kandungku terus menjadi orang lain, dia lupa siapa dirinya yang sebenarnya!"Nora terdiam, Temy pun terdiam."Kemba

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    50 Rion

    Seperti kata dokter, sesekali Bagus menginggau dan berteriak dalam tidak sadarkan diri. Temy rasa, Bagus sedang bermimpi tentang masa lalu, hingga terkadang ia harus diberi obat penenang oleh perawat yang menjaganya. Nora tidak pernah bosan untuk menghubungi Temy, sayangnya Temy belum siap menceritakan tentang Bagus kepada Nora. Jemari Bagus bergerak perlahan, kedua matanya terbuka perlahan. Terlihat jelas langit-langit kamar berwarna putih. Temy bangkit dari duduknya, menyambut suka cita Bagus sudah siuman. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Temy, tak sabar. Bagus terdiam, ia menatap Temy dengan jelas. Senyumnya merekah, ia mengenali Temy dan berusaha bangun untuk melihat sekelilingnya. "Hati-hati!"Temy membantu Bagus, ia merasa bingung dengan sikap Bagus sesaat setelah siuman. "Dimana aku?" Bagus melihat ke sekelilingnya. "Kau di rumah sakit, kepalamu terbentur, dan kau merasakan sakit kepala yang begitu hebat, hingga membuatmu tidak sadarkan diri selama lima hari!""Kau tetap s

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    49 Doa untuk adikku

    Temy memejamkan kedua matanya, lalu menghembuskan napasnya kasar. Kedua bahunya bersandar pada daun pintu ruangan di mana Bagus tengah di periksa oleh dokter. Kini segalanya harus bisa ia terima jika takdir mempertemukannya dengan Bagus, adik kandung yang selalu ia cari sejak dulu. "Tak ku sangka jika kamu adikku! Bibi Rusi membohingiku, entah mengapa sebabnya!"Temy mengambil ponselnya, senyumnya mengembang seketika melihat gambar Nora yang terlihat bahagia di layar ponselnya. "Haruskah aku membiarkan Nora bersama Bagus? Padahal, hubungan ini sudah lama ku nantikan!"Air mata Temy menetes perlahan, ia hanya ingin berkumpul dengan orang-orang yang ia cintai. Sampai ia harus bisa menerima pria yang ia anggap sebagai penganggu hubungannya kini adalah adik yang sangat ia rindukan. "Pak Temy!"Mendengar seseorang memanggilnya, Temy segera menghapus air matanya dan berdiri menghadap dokter yang menangani Bagus. "Bagaimana dengan dia?""Tenang saja, keadaan kini membaik, dia merasakan sa

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    48 Kabar Bahagia

    Air matanya mengalir perlahan, memori indah bersama Bagus terulang jelas kini, ada rasa rindu menelusuk di dalam hatinya pada sang mantan suami. Air hujan perlahan membasahi gelapnya ibu kota malam ini. Lima jarinya menghapus air mata di pipi, dan tak lama senyum terukir ketika pria disebelahnya menatap penuh cinta. "Kau suka hujan Nora? Sejak tadi pagi sampai malam, kau tidak pernah lepas untuk melihat hujan deras ini!"Wanita berambut panjang itu menampilkan senyum manisnya. “Karena hujan mengingatkanku pada Bagus!” Suasana menjadi hening sekejap. "Nora, kamu melamun?""Oh, ya Tem! Aku menyukai hujan, terkadang cuacanya membuat hatiku tenang dan damai!"Temy mengangguk, secangkir cappucino ia berikan untuk calon istrinya. "Untukmu, supaya kau tetap hangat!""Terima kasih!"Nora tersenyum sipu, pandangannya menyelidik ke arah Temy, yang terlihat gagah dan berwibawa. Entah mengapa wajah dari dekatnya begitu persis dengan wajah Bagus. “Ayolah Nora, kau sudah berjanji untuk melupa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status