Share

6 Mengenal Bagus

Penulis: Chaerani T
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-19 13:29:25

Saat langit masih gelap, Nora membuka ponselnya, kini ia ingin menghapus semua memori tentang Revan, pria yang dicintainya menolak dirinya, mencinta saja tidak boleh, apalagi melihatnya secara dekat.

Nora menghela napas, hari ini semua berita di media sosial mengabarkan kisah Revan dan Lesia, mereka akan menikah dalam waktu dekat, hatinya semakin retak, pupus semua harapan Nora, ia sudah berusah merebut cintanya kembali, karena is merasa yakin, jika Revan masih memiliki hati padanya.

Semua teman berbondong-bondong menghubungi Nora, merek bertanya tentang status hubungannya dengan Revan sebenarnya seperti apa. Sayangnya ia sudah muak, ia tidak mau menjawab itu semua, tanpa rasa peduli, ia lebih memilih ponselnya di non-aktifkan.

Nora mendengar suara berisik di luar, ia pun segera bangkit dan melihat ke arah jendela, setelah menyingkap horden miliknya.

"Bagus, mau kemana dia?" tanya Nora.

Bagus keluar rumah, dan pergi hanya berjalan kaki, ia memakai baju koko berwarna hitam dan sarung berwarna coklat. Rasa penasaran telah menggelitik benaknya.

Nora segera turun ke bawah, ia melihat suasana masih sepi nampaknya Sora dan Jaki belum bangun, karena jarum jam masih menunjukkan pukul tiga pagi.

"Mau kemana dia? Apa dia mau kabur? Apa dia lupa tentang janjinya padaku? Memang semua laki-laki tidak akan bisa di percaya," pungkasnya.

Nora merasa lapar, namun ia tidak bisa membuat makanan yang biasa Sora masak, ia tidak pandai memasak, ia pun tidak pandai memasak mie instan, mai tidak mau ia harus menunggu Sora bangun dan memintanya untuk membuatkan makanan.

Nora menyalakan televisi, tidak lama suara adzan menggema dengan indah.

"Kok, aku merasa kenal dengan suara itu ya?!" ucapnya.

Nora memilih untuk tidak ambil pusing, saat ini ia sudah merasakan lapar yang sangat mengganggu perutnya dan memaksakannya untuk segera di isi.

"Ah, perutku!" keluhnya.

Bagus masuk ke dalam rumah, ia berniat untuk membuat kopi untuk dirinya, namun langkahnya terhenti saat mendengar suara rintihan yang ternyata Nora yang sudah tidak tahan lagi menahan rasa laparnya.

"Nona, Nona kenapa?" tanya Bagus, yang ikut terkejut melihat Nora meringkuk kesakitan.

"Ahh, tolong aku Bagus!" seru Nora.

"Tolong apa? Kita ke rumah sakit saja ya!" ajak Bagus.

"Jangan, aku tidak mau!" sergah Nora.

"Kenapa? Nona butuh pertolongan!" seru Bagus, ia sedikit khawatir.

"Tidak, buatkan aku makanan, aku lapar!" tutur Nora, membuat Bagus terdiam seribu bahasa.

"Baiklah, Nona mau kubuatkan apa?" tanya Bagus, ia malas berdebat jika alhasil yang ia buat selalu salah di mata Nora.

"Nasi goreng, yang enak ya!" pinta Nora.

Bagus masih memakai baju koko dan sarung, ia terlihat lihai dalam meracik bumbu, Nora sedikit terhibur melihat Bagus yang pandai memasak.

"Seperti seorang ustadz kalau di lihat-lihat," pungkasnya.

Setelah selesai, Bagus memberikan makanan yang sudah buat untuk sang majikan.

"Hem, wangi banget, duh nggak tahan lagi, aku makan ya!" ucap Nora.

"Tunggu dulu! Baca doa dulu Nona, apa Nona tidak di ajarkan membaca doa sebelum makan?" tanya Bagus.

"Doa apa? Tidak perlu, yang penting perutku kenyang!" jawab Nora.

Bagus hanya diam, dan Nora sudah melahap penuh nikmat nasi goreng buatan Bagus.

Bagus beranjak dari kursi, namun dengan sigap Nora menahan lengan Bagus.

"Temani aku, aku takut sendirian!"

"Hari sudah pagi, tidak perlu takut!" jawab Bagus.

"Apa salahnya menemani istri yang sedang sarapan?" tanya Nora menggoda membuat Bagus menoleh dan al hasil mampu membuat Bagus salah tingkah.

"Duduk di sebelahku, aku ingin bicara!" pinta Nora.

Bagus menuruti perintah Nora, namun entah mengapa jantungnya terus berdebar tidak karuan.

"Bagaimana kabar ibumu?" tanya Nora.

"Alhamdulillah, sudah pulih!" jawab Bagus.

"Syukurlah, aku turut senang!" jawab Nora, sambil mengunyah.

"Jika sudah tidak ada yang ditanyakan lagi, saya permisi ...!"

"Tidak, duduk saja disini!" pinta Nora paksa.

Bagus mengalah, ia berniat untuk mengganti pakaiannya dengan seragam sopir andalannya.

"Gus, kenalkan aku pada orang tuamu!" pinta Nora.

Bagus terjengkit, ia tidak percaya Nora mengucapkan kalimat tersebut.

"Untuk apa?!" tanya Bagus.

"Kok untuk apa? Aku istrimu loh, sah secara negara dan agama!"

Bagus menelan salivanya, ia tidak tahu harus menjawab apa, jika membantah mungkin nyawa yang akan menjadi taruhan karena semua uang yang ia terima sudah diberikan untuk operasi sang ibu.

"Kok diam sih? Kamu tahu kan bagaimana seharusnya suami dan istri itu saling mengenal lebih dalam?"

Wajah Bagus mulai memerah, benar yang dikatakan Nora, mereka sah secara negara dan agama, lalu untuk apa lagi jika mereka tidak melakukan hal yang sewajarnya tentang kehidupan rumah tangga suami dan istri.

Pikiran Bagus berkecamuk, ia melirik Nora yang sudah tandas menghabiskan makanannya.

"Pikirkan itu untukku, jika kau keberatan mengenalkan aku kepada orang tuamu, baiklah, aku tidak akan memaksa!" jelas Nora dan berlalu meninggalkan Bagus yang terdiam mematung bimbang.

***

Nora mendengar suara ketukan pintu di lantai bawah, Sora dan Jaki tengah pergi entah kemana, namun kali ini ia bersedia membukakan pintu untuk tamu yang datang siang hari seperti ini.

"Lesia?" panggil Nora.

"Hai, apa kabar? Bagaimana perasaan hatimu saat ini? Apa sudah membaik?" tanya Lesia.

"Mau apa? Aku tidak mau bertemu dengan wanita tua penghianat seperti kamu, pintu rumah ini pun menolak kedatangan mu!" seru Nora.

"Aku datang hanya untuk memberitahu jika sabtu depan, aku dan mantan terindah mu itu akan menikah, aku harap kamu datang dan menyaksikan betapa bahagianya kami di singasana pengantin!" seru Lesia.

"Oh ya? ternyata kamu masih membutuhkan kehadiranku?" tanya Nora.

Lesia merasa kesal, Nora memang selalu pandai membalikkan perkataannya.

"Baik terserah kamu saja, yang terpenting sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Alexander, dan kau semoga cepat mendapatkan pengganti Revan, aku pamit!"

Nora menutup pintunya dengan keras, Lesia sudah menghancurkan semuanya, namun ia tidak boleh gentar, ia harus kuat menghadapi semuanya, jika ia terus bersedih, maka Lesia akan bahagia, seperti sekarang ini.

"Lihat Lesia, aku akan membawa suamiku ke pernikahan kamu dengan Revan!" ucapnya dengan tatapan amarah yang membuncah di dadanya.

Bukan Nora namanya, jika ia tidak bisa membungkam segala cacian sang musuh besarnya. Saat ini dirinya tengah mencari keberadaan Bagus, namun sayang sosok pria itu tidak ditemukan di mana-mana.

Nora pergi ke kamar Bagus, ia mendengar suara berisik dari kamar mandi.

"Apa Bagus sedang mandi?" tanyanya ragu.

Nora menutup pintu kamar Bagus, ia duduk di ranjang Bagus dan melihat beberapa barang bawaan Bagus, ada tas besar, seperangkat alat solat, dan barang-barang lainnya.

Namun, Nora terpaku saat dirinya melihat foto seorang anak perempuan yang berada di atas ranjang.

"Bukankah ini fotoku?" tanya Nora.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    53 Kembalilah Padaku

    Semalaman Nora tidak bisa tidur, menjelang acara ijab qabul ia hanya mampu berdoa agar semua pelaksanaan pernikahannya lancar. Namun satu hal yang membuatnya merasa aneh saat ini. Temy tidak mengabarinya sama sekali sejak kemarin, dan hanya Rion yang rela menjaga dan menunggunya sampai malam. Jemarinya mengusap layar ponsel, ia akan mencoba menghubungi Temy sekali lagi, dan lagi-lagi hanya suara operator wanita yang menjawab panggilannya. "Kemana kamu Tem?" Rasa takut dan cemas menjadi satu dalam lubuk hatinya. Pasrah karena sudah lelah menghubungi Temy, akhirnya rasa kantuk menghampirinya dan membuatnya terlelap pagi hari ini. Sementara itu di tempat lain, Bagus baru saja menyelesaikan solat subuhnya. Kemarin Temy sudah pergi, pria itu benar-benar pergi ke Korea dan menyerahkan segalanya pada Bagus. Pakaian pengantinnya yang berwarna putih begitu indah bagi Bagus. Sekilas, ia mengingat bagaimana pernikahannya bersama Nora dulu, pakaian seragam sopirnya. Ia hanya tersenyum kecil

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    52 Menjelang Pernikahan

    Pagi-pagi buta sekali Nora sudah bersiap untuk hari ini. Sudah tiga hari ini Nora tidak pergi ke rumah Temy. Ia terpaksa, karena dengan begini, ia bisa fokus pada Temy, calon suaminya. Dan dua hari lagi adalah hari pernikahannya bersama Temy, saat itu juga ia akan melepas statusnya sebagai seorang janda. Ia menatap dirinya di depan cermin, perlahan ia membuang napasnya. Walaupun Bagus hadir sebagai Rion, ia tidak mungkin meninggalkan Temy. Temy adalah pria yang selalu baik kepadanya, tiada salahnya jika ia pun berkorban demi membalas semua kebaikan Temy. Agenda hari ini adalah mencoba gaun pengantin di butik, dengan rancang desain terkenal. Temy sudah menyiapkan segalanya dengan cepat. Acara ijab qabul akan dilakukan di rumah Nora, dan Temy berjanji akan memberi kejutan pada pesta malam pernikahan mereka. Suara deru mobil terdengar jelas memasuki halaman. Nora bergegas untuk turun dan menemui Temy. Nora berlari ke pintu utama, di sana sudah terlihat Rion yang berdiri dengan tangan k

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    51 Melupakan Aku

    "Nora berhenti, dengarkan aku dulu!" teriak Temy. Nora terus berlari menjauh, ia tidak mau berhubungan kembali dengan Temy atau Bagus lagi. "Ini semua bisa kita bicarakan baik-baik, jangan pergi lagi Nora." Temy tidak putus asa, ia akan terus mengejar Nora dan tidak akan pernah membiarkannya menghilang. Nora berhenti dan napasnya tersengal, ia baru menyadari jika sudah berlari jauh sekali. Dan ia tampak terkejut melihat Temy tengah berlari mengejarnya. "Kenapa kamu mengikutiku?" Nora memandang kesal ke arah Temy, namun pria itu tetap tersenyum dan berjalan menghampirinya. "Aku ingin menjelaskan semuanya Nora! Maaf aku tidak memberitahumu sejak awal, tapi memang ia adalah adikku!""Kamu bohong, apa ini rencana kamu? Kamu mau membuat aku lebih tidak bisa melupakan dia?""Dengar dulu! Dia adikku Nora, bertahun-tahun kami berpisah. Apa kau lebih tega, membiarkan saudara kandungku terus menjadi orang lain, dia lupa siapa dirinya yang sebenarnya!"Nora terdiam, Temy pun terdiam."Kemba

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    50 Rion

    Seperti kata dokter, sesekali Bagus menginggau dan berteriak dalam tidak sadarkan diri. Temy rasa, Bagus sedang bermimpi tentang masa lalu, hingga terkadang ia harus diberi obat penenang oleh perawat yang menjaganya. Nora tidak pernah bosan untuk menghubungi Temy, sayangnya Temy belum siap menceritakan tentang Bagus kepada Nora. Jemari Bagus bergerak perlahan, kedua matanya terbuka perlahan. Terlihat jelas langit-langit kamar berwarna putih. Temy bangkit dari duduknya, menyambut suka cita Bagus sudah siuman. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Temy, tak sabar. Bagus terdiam, ia menatap Temy dengan jelas. Senyumnya merekah, ia mengenali Temy dan berusaha bangun untuk melihat sekelilingnya. "Hati-hati!"Temy membantu Bagus, ia merasa bingung dengan sikap Bagus sesaat setelah siuman. "Dimana aku?" Bagus melihat ke sekelilingnya. "Kau di rumah sakit, kepalamu terbentur, dan kau merasakan sakit kepala yang begitu hebat, hingga membuatmu tidak sadarkan diri selama lima hari!""Kau tetap s

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    49 Doa untuk adikku

    Temy memejamkan kedua matanya, lalu menghembuskan napasnya kasar. Kedua bahunya bersandar pada daun pintu ruangan di mana Bagus tengah di periksa oleh dokter. Kini segalanya harus bisa ia terima jika takdir mempertemukannya dengan Bagus, adik kandung yang selalu ia cari sejak dulu. "Tak ku sangka jika kamu adikku! Bibi Rusi membohingiku, entah mengapa sebabnya!"Temy mengambil ponselnya, senyumnya mengembang seketika melihat gambar Nora yang terlihat bahagia di layar ponselnya. "Haruskah aku membiarkan Nora bersama Bagus? Padahal, hubungan ini sudah lama ku nantikan!"Air mata Temy menetes perlahan, ia hanya ingin berkumpul dengan orang-orang yang ia cintai. Sampai ia harus bisa menerima pria yang ia anggap sebagai penganggu hubungannya kini adalah adik yang sangat ia rindukan. "Pak Temy!"Mendengar seseorang memanggilnya, Temy segera menghapus air matanya dan berdiri menghadap dokter yang menangani Bagus. "Bagaimana dengan dia?""Tenang saja, keadaan kini membaik, dia merasakan sa

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    48 Kabar Bahagia

    Air matanya mengalir perlahan, memori indah bersama Bagus terulang jelas kini, ada rasa rindu menelusuk di dalam hatinya pada sang mantan suami. Air hujan perlahan membasahi gelapnya ibu kota malam ini. Lima jarinya menghapus air mata di pipi, dan tak lama senyum terukir ketika pria disebelahnya menatap penuh cinta. "Kau suka hujan Nora? Sejak tadi pagi sampai malam, kau tidak pernah lepas untuk melihat hujan deras ini!"Wanita berambut panjang itu menampilkan senyum manisnya. “Karena hujan mengingatkanku pada Bagus!” Suasana menjadi hening sekejap. "Nora, kamu melamun?""Oh, ya Tem! Aku menyukai hujan, terkadang cuacanya membuat hatiku tenang dan damai!"Temy mengangguk, secangkir cappucino ia berikan untuk calon istrinya. "Untukmu, supaya kau tetap hangat!""Terima kasih!"Nora tersenyum sipu, pandangannya menyelidik ke arah Temy, yang terlihat gagah dan berwibawa. Entah mengapa wajah dari dekatnya begitu persis dengan wajah Bagus. “Ayolah Nora, kau sudah berjanji untuk melupa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status