Share

8 Dia Suamiku

Tidak main-main, pesona Bagus menjadi pusat perhatian di acara pesta pernikahan Revan dan Lesia. Penampilannya bak pangeran yang jatuh dari langit ke tujuh.

Beberapa wanita bergilir mendekati Bagus, dan itu membuat Bagus merasa risi dan cepat-cepat untuk memilih kembali ke rumah saja.

"Gila ya Nora, belum ada satu bulan, sudah dapat yang keren begitu, nyesel gak ya si Revan?!" tanya seorang tamu undangan seorang wanita yang saat ini tengah memandangi Nora dengan Bagus.

"Hem, kalau aku sih, Nora cocok banget sama pacar barunya, dan masih nggak nyangka kalau Lesia yang merebut Revan dari Nora!"

"Ya tahu dong, pagar makan tanaman, kasihan juga ya Nora, padahal ia sudah begitu baik menolong Lesia!"

"Iya, nggak apa-apa, mungkin memang jodohnya Revan adalah Lesia, bukan Nora!"

Nora sedikit tergelitik mendengar perbincangan tamu undangan itu, ia tidak peduli jika hari ini, ia akan mengumkan jika Bagus adalah suaminya saat ini.

Pernikahan Revan dan Lesia, terlihat begitu meriah, suasana begitu religius saat Revan mengucapkan ijab kabul dengan Lesia.

Hati Nora bergetar, melupakan Revan ada masa sulit yang harus ia lalui. Kini Lesia sudah berhasil membuat hatinya hancur, pengantin perempuan itu ternyata musuh dalam selimut, sudah enam tahun lebih ia mempercayai Lesia, ia masih merasa kecewa. Ia tidak pernah mengungkit masa lalu Lesia, ia juga tidak membeberkan rahasia Lesia yang menjadi wanita simpanan.

"Aku harus sabar, aku harus kuat!" ucap Nora, dan langsung menundukkan pandangannya.

Bagus, pria itu mengenggam erat jemari Nora, ia tahu bagaimana rasanya sakit di khianati oleh seseorang yang dicintai.

"Genggam saja, aku tahu kau sedang berpura-pura tegar untuk datang melihat ini!" ujar Bagus, membuat Nora menghapus air matanya.

Setelah acara inti dilakukan, tentu para tamu undangan yang hadir datang  memberi selamat kepada kedua pengantin itu.

Nora tidak ingin berlama-lama, dengan cepat ia merangkul lengan Bagus dan mengajaknya untuk bertemu sang mantan kekasih dan mantan asistennya.

"Wah, kamu datang juga Nora, bagaimana perasaanmu melihat aku menikah dengan Revan?!" sergah Lesia. Melihat kehadiran Nora, ia ingin membuat wanita itu menangis dihadapan banyak orang yang hadir di acara pesta pernikahannya.

Nora menyambutnya dengan senyuman, "Selamat Lesia, selamat juga untuk kamu Revan, aku harap kamu benar-benar bahagia memilih wanita yang kamu gilai ini, semoga cepat diberi momongan ya, kalau ujungnya kamu tidak bahagia bersama Lesia, jangan dipaksakan!" celetuk Nora, ingin sekali rasanya kedua tangannya menjambak rambut Lesia yang tersanggul itu.

"Aku yakin, kami pasti bahagia Nora, dan aku tidak peduli lagi dengan perhatianmu ini!" jawab Revan, dengan mengalihkan pandangannya kepada Lesia.

"Ini bukan perhatian Revan, ini hanya secercah doa dari diriku yang sudah kamu khianati ini, jadi sekali lagi selamat dan semoga kalian bahagia!"

"Eit--tunggu, siapa pria yang berada disampingmu? Pacar sewaan?" tanya Revan, pandangannya kini berpindah melirik bagus yang sangat kikuk di depannya.

"Oh ya, pria disebelahku ini namanya Bagus Atmaja, dia suamiku, kami sudah menikah, sudah tidak ada yang ditanyakan kembali, kalau begitu kami pamit!"

"Halah! Kau mau membalas dendam'kan? Tentu, kau pasti masih belum bisa berpindah lain hati dari diriku, bukannya aku cinta pertamamu?" ejek Revan.

"Cinta pertama? Setelah apa yang kau lakukan padaku, sudah tidak pantas lagi aku mengangapmu cinta pertama! Percaya atau tidak, aku benar-benar sudah menikah dengan dia, Bagus adalah suamiku, dia lebih baik daripada orang yang sudah lama mengisi waktuku selama ini!"

"Hey, lihat, ternyata Nora sudah memiliki suami, dan pria yang bersama dengannya saat ini adalah suaminya, dan kau harus menjelaskan ini semua kepada orang-orang yang sudah hadir disini!" teriak Lesia.

Bagus merasa kesal, Nora tetap saja melayani ejekan Revan dan Lesia, dengan terpaksa ia menarik lengan Nora dan membawanya pergi dari acara tersebut, sebelum banyak orang-orang dan media yang mendekati mereka.

'Heh, seorang Nora tidak mungkin menikah tiba-tiba tanpa suatu alasan!' bisik Lesia.

"Sakit Gus!" pekik Nora.

Bagus menghentikan langkahnya, "Maaf" ucap Bagus.

"Maaf Nona jika aku lancang ikut campur urusan Nona, tolong jawab pertanyaanku, apa benar Nona meyakiniku sebagai suami Nona?" tanya Bagus. Pertanyaan itu membuat Nora diam seribu bahasa.

"Jawab Nona! Aku ingin jawaban Nona saat ini! Apa kebaikan Nona kemarin mengajakku ke tempat ini, karena malu memiliki suami seperti aku? Apa aku dijadikan sebagai alat, agar Nona mampu terlihat kuat dihadapan mereka? Jawab Nona!"

"B--Buk--Bukan seperti itu, aku hanya mencoba untuk ...."

"Untuk apa Nona? Aku tidak tahu urusan Nona dengan pria tadi, tapi aku tidak suka jika harus dijadikan alat untuk membalas dendam Nona akan rasa sakit hati Nona!" jerit Bagus, sungguh ia benar-benar tidak menyukai sikap Nora yang begitu picik.

"Secepatnya aku akan mengembalikan uang Nona, tolong Nona, Nona memang memiliki segalanya, semuanya bisa Nona beli dengan uang, tapi aku punya harga diri Nona, saya sudah bersedia untuk menjadi suami Nona, kalau memang tujuan Nona hanya untuk balas dendam, lebih baik pernikahan ini kita selesaikan baik-baik, saya tidak mau mempermainkan pernikahan!" tutur Bagus, ia

"Dengarkan aku dulu Gus, bisakah kau mengerti perasaanku? Bisakah sedikit saja kau berada di posisiku? Apa yang harus aku lakukan Gus? Jika harga diriku di injak-injak oleh mereka? Mereka tega Gus, karena mereka aku terus merasa sedih, katakan siapa lagi yang bisa membantuku Gus?" jawab Nora.

Bagus menghela nafasnya perlahan, Nora memang wanita yang mandiri, ia tidak membutuhkan siapapun. Semua sesuai jalan pemikirannya.

"Ini kunci mobilnya, aku akan pulang dengan caraku sendiri!" ucap Bagus, pergi meninggalkan Nora yang masih berdiri, terdiam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status