"Apa yang kamu inginkan?!" tanya Nora panik. "Nona, dengan perceraian kau tidak akan menyelesaikan masalah. Kau siap untuk menjadi seorang janda? Apa yang kau khawatirkan jika menjadi istriku? Apa karena kita berbeda kasta? Kau kaya raya sementara, aku hanya pria biasa yang mencari uang demi keluarga?!" tanya Bagus, ia ingin mendengar jawaban Nona majikannya. "Bagus, menyingkirlah, aku tidak suka kau berbuat sesuka hatimu, kau ingin mengancamku'kan? Berapa nilai uang yang kau butuhkan, maka akan aku berikan, asal kita selesai disini!" ujar Nora, membuat pria yang ada dihadapannya mengenggam kedua lengannya dengan erat. "Tidak semua yang kau pikirkan dapat kau selesaikan dengan uang Nona! Aku tidak butuh uangmu, aku hanya butuh kepastianmu, jika kau menginginkan aku sebagai suamimu, maka aku menginginkanmu sebagai istriku, kita tidak bisa bercerai semudah yang kau pikirkan!""Aku menolakmu, Gus!" jawab Nora. "Tidak! Kau istriku, jika kau masuk ke kamar ini, itu berarti kau adalah is
Di kantor Nora, suasana tempat itu begitu ramai, banyak sekali para pelamar yang datang dan berkerumun untuk melamar pekerjaan sebagai karyawan di perusahaan yang berbasis manufaktur kosmetik. Jelas hari ini ia begitu sibuk, sehingga jam istirahat Nora masih menyempatkan waktunya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Rasa lelah dan penat membuatnya menyerah, sejenak ia pergi mencari angin segar untuk menjernihkan otak kanan dan kirinya. Langit yang ditatapnya begitu memikat hati, warna biru langit seolah memberi obat dari segala rasa lelahnya. Seketika kedua matanya beralih ke arah Bagus yang ternyata sedang menunggunya di bawah, bersandar di samping pintu mobil. Ia terus memandang Bagus dari kejauhan, pria yang berbeda, pria yang sebenarnya berkharisma, namun kesederhanaan mampu menutupi kepribadiannya sehingga Nora merasa jika Bagus adalah sosok pria yang begitu misterius. Semalaman suntuk ia terus memikirkan pria itu, Bagus mampu membuat hatinya ketar-ketir, mampu membuatnya dile
Nora terkejut mendengar suara Bagus yang saat ini sudah berada disampingnya. Pria itu datang menemuinya tanpa arahan. "Apa yang membuatmu datang kepadaku, aku sedang tidak membutuhkanmu!" seru Nora, wanita itu mencoba menutupi rasa gugupnya. "Aku suamimu, jadi aku bebas untuk menemuimu!""Hah, haruskah statusmu itu menjadi alasan agar kita bisa bertemu?!" tanya Nora, melirik ke arah Bagus. Bagus tersenyum "Tentu, lebih baik aku yang datang ke ruanganmu, daripada kau kelelahan sesekali menatapku dari jendela!" jawab Bagus. Nora menelan ludah mendengar kalimat Bagus, sontak saja ia merasa salah tingkah. "A--aku sedang sibuk, mungkin nanti saja kita bertemu lagi!""Baiklah, aku tidak akan mengganggumu, ini kubawakan nasi bungkus, baru saja aku membelinya di warung depan, dan tolong dihabiskan ya!" seru Bagus. "Tidak, aku sedang diet! Kau saja yang menghabiskannya?!" sahut Nora.Bagus menghela napasnya, langkah kakinya segera mendekati Nora."Mau aku suapi?" tanya Bagus, saat wajah
Tidak ada yang bisa menggantikan sosok Atun bagi Bagus, gadis soleha yang selalu menolongnya. Cintanya pada Atun begitu tulus dan murni, bahkan ia berusaha bekerja siang dan malam hanya untuk mengumpulkan pundi-pundi uang, agar bisa meminang sang pujaan hati. Lima tahun yang lalu, Bagus siap meminang sang pujaan hati. Laila, seorang janda yang begitu menggoda, pernikahan sudah di ambang matanya, suasana ramai memenuhi pesekitaran rumah sang janda yang sebentar lagi akan dipinang olehnya. Namun pernikahan itu seketika terdengar riuh dari kejauhan, Bagus dilarang bertemu dengan pengantin wanita itu, oleh seorang ibu tua yang mengetahui kejadian di dalam rumah Laila. Rasa penasaran membuatnya nekat untuk melihat apa yang terjadi di dalam kamar calon pengantin wanita. Semua orang berlari, tidak mau mendekati rumah pengantin wanita itu, sementara Bagus terus berjalan masuk ke dalam rumah mencari kamar wanita itu. Pintu kamar tidak tertutup, sepasang wanita dan pria tengah asik bercumbu.
Semalaman penuh adalah malam yang indah menurut Nora, perlakuan Bagus mampu membuat hatinya melayang jauh, sayangnya pria itu berubah bersikap dingin pagi ini, seakan tidak pernah terjadi sesuatu. Tidak ada senyuman dan sapaan, melainkan tatapan Bagus yang semakin tajam kepada Nora.Jantung Nora berdegup kencang, saat dirinya mencoba memberanikan diri untuk lebih dulu membuka suara. "Gus, soal semalam, jangan pernah katakan pada siapapun ya!" tutur Nora. "Semalam? Ah, aku minta maaf, aku tidak bisa menahan itu!" jawab Bagus santai. Mendengar itu Nora tersenyum malu, entah mengapa pria itu terlihat tampan saat memperlihatkan otot-otot lengannya. Hari ini Nora memilih untuk bekerja dirumah, ia begitu bosan dan penat jika harus mengerjakannya di kantor. Trttt .... Suara ponsel Nora bergetar, seketika dirinya terkesiap melihat nama seseorang di layar gawainya. Tanpa pikir panjang Nora segera menjawab panggilan itu. "Hallo!" seru Nora dan memutar balik tubuhnya membelakangi Bagus.
"Apakah kau tuli? Aku menyuruhmu untuk memberitahu Nora!" cetus Temy, membuat Bagus segera melakukan perintah pria itu. Temy tersenyum puas, sudah sangat lama ia merindukan Nora, wanita pujaan hatinya. Kini perasaannya begitu berbunga-bunga, pasalnya Nora sudah batal menikah dengan Revan. Ia sudah tidak memiliki saingan yang handal untuk merebut hati Nora. Pria berusia 35 tahun itu, sangat antusias untuk mengejar cinta Nora, ia adalah seorang duda beranak satu, Miliarder yang tampan dan tidak pernah luput dari skandal dengan wanita-wanita malamPernikahannya kandas karena mantan istrinya memiliki kelainan penyuka sesama jenis. Kehadiran Nora mampu menyembuhkan luka di hatinya. Saat itu mereka bertemu disebuah kapal pesiar yang besar, Nora memiliki tujuan untuk pergi kw makam orang tuanya yang berada di negara Singapura. Dalam perjalanan, tidak disengaja Nora bertemu Temy Kim, pria blaster Indonesia dan Korea. Ia pernah menyatakan cinta kepada Nora, sayang seribu sayang, cintanya t
Setelah kejadian malam itu, Nora semakin merasa giat untuk membuktikan pada Bagus, jika cintanya tulus dan tidak ada unsur kebohongan dalam hatinya. Rasanya begitu sulit mendapatkan kepercayaan Bagus. Namun, di dalam hati kecilnya Nora sangat yakin jika Bagus adalah pria yang ditakdirkan hanya untuknya. Begitu pun Bagus, sebagai seorang pria ia harus bisa menepati janjinya. Seketika perhatian-perhatian Nora selama menjalani pernikahan bersamanya, tentu membuat Bagus dilema, wanita itu seakan memiliki sihir, karena mampu membuat degup jantungnya berdebar kencang. "Kenapa memandangiku seperti itu atau kau memang terpesona denganku?!" goda Nora. Bagus tersenyum kecil, Nora memang terlihat cantik malam ini. Dua manusia itu tengah berkencan di sekitar pantai, suara gulungan ombak yang menyapa pasir. Keindahan suasana malam yang diterangi bulan dan bintang dan hembusan angin kencang, setelah beberapa menit yang lalu keduanya merasa puas melihat pesona matahari yang terlihat tenggelam di
Suara bising mampu membuat Nora terbangun, perlahan kedua matanya terbuka, lalu mengamati gerak-gerik orang-orang yang lalu lalang melewati mobilnya. "Di mana Bagus? Kenapa banyak sekali orang di depan rumahku?!" tanyanya ragu. Nora bergerak cepat untuk turun dari mobilnya, kedua netranya melihat jelas mobil Lesia yang terparkir di pekarangan rumahnya. "Wanita itu lagi!" gerutunya, dan menutup pintu mobil dengan kencang. Dengan penuh emosi Nora masuk ke dalam rumahnya. Terlihat Lesia tengah berbicara dengan Bagus. "Untuk apa kau datang ke tempatku? Apa apaan ini?!" bentak Nora. "Surprise, akhirnya kamu datang Nora! Aku mau kasih tahu kamu, semua aset kedua orang tuamu detik ini juga sudah menjadi milikku!""Wanita kep*rat! Jangan kau ambil semua harta kedua orang tuaku! Apa tujuanmu sebenarnya? Aku sudah mengikhlaskan Revan untukmu, dan sekarang kau mencoba mengambil semua peninggalan harta Almarhum ayahku!""Ssstt! Dengar ya Nora, sepuluh tahun yang lalu, aku masih sah menjadi i