Share

9 Inilah awalnya

Langit sudah gelap, namun sosok Bagus belum sampai ke rumah Nora. Sesekali Nora membuka tirai jendela kamarnya, berharap ada seseorang yang membuka pintu pagarnya, dan ia berharap Bagus akan segera pulang.

Senyumnya terukir kala melihat Bagus masuk dengan membawa bingkisan. Dengan cepat Nora berlari menuruni anak tangga demi menyambut Bagus yang pulang.

Bagus terkesiap melihat Nora yang berada di balik pintu masuk.

"Bagus, apa kau masih marah?" tanya Nora memastikan.

Bagus memilih untuk berlalu pergi dan tidak menanggapi pertanyaan Nora.

"Gus, aku sedang bertanya padamu! Jawab Gus, apa kau masih marah denganku? Aku tahu aku salah, aku minta maaf!" tutur Nora, membuat langkah Bagus terhenti.

Bagus menoleh ke arah Nora, wajah Nora terlihat begitu kacau, entah ini hanya sebagian dari rencananya, atau ia benar-benar merasa bersalah telah memanfaatkan Bagus.

"Maaf, aku permisi masuk dulu!" sahut Bagus.

Nora tidak mau menyerah, ia tetap mengejar Bagus ke kamarnya.

"Gus, aku masih majikanmu ya, tolong hormati aku, aku disini yang menawarkan kebaikan dan bantuan untukmu, tolong dengarkan aku Gus!" pekik Nora.

Sayangnya Bagus mengunci pintu kamarnya dan tidak melayani teriakan Nora yang semakin keras.

"Sial! Bagus, kenapa kau begitu menyebalkan?!" ucapnya.

Bagus menarik napasnya dengan perlahan, dan menghembuskannya. Tubuhnya terasa lelah karena sudah berjalan jauh untuk pulang. Ingin rasanya ia terbebas dari Nona majikannya, ternyata perjanjian yang sudah ia terima begitu menjadi beban untuknya.

Kedua orang tuanya mengetahui jika ia sudah menikah dengan Nora. Dalam perjalan pulang, sang ibu menghubunginya karena merindukannya, ia berpesan ingin bertemu dengan Nora, wanita yang sudah menjadi menantunya.

Rasa sakit di kepala Bagus terus menghantamnya, sudah hampir satu hari Bagus belum memakan sesuatu , hanya karena memikirkan bagaimana caranya memperkenalkan Nora kepada sang ibunda.

Bungkusan kresek hitam segera diraih Bagus, perutnya sudah keroncongan. Kepalanya tidak bisa diajak bekerja sama, setelah membaca doa, Bagus segera melahap Nasi pecel, yang terpaksa ia berhutang kepada pemilik warung pecel, sebab dompetnya tertinggal di kamarnya.

Setelah merasa kenyang, Bagus segera meminum obat warung yang menurutnya obat tersebut bisa membantu menghilangkan rasa sakit di kepalanya.

Tok ... Tok ....

"Gus, bisa kita bicara sebentar, aku mohon Gus!" teriak Nora.

Bagus yang mendengar itu hanya mampu menggerakkan kepalanya, Nora adalah wanita keras kepala, keinginan harus tercapai saat ini juga.

"Sebentar!" sahut Bagus, membuat Nora terdiam dan menunggu Bagus keluar dari kamar.

Pintu terbuka lebar, tanpa permisi Nora masuk ke dalam kamar Bagus.

"Nona, bagaimana jika ada yang melihat?!" tanya Bagus.

"Sudah, tenang saja, Sora dan Jaki sedang ku tugaskan mereka untuk pergi jalan-jalan!" ucapnya santai.

"Apa sebenarnya yang ingin Nona katakan?!" sergah Bagus.

Nora berdeham "Jadi, kau masih marah? Aku hanya ingin menuntaskan semuanya, ya aku salah, dari awal aku merasa frustasi jika pernikahanku gagal, aku akan mendapatkan malu yang begitu luar biasa, makanya aku memintamu untuk menjadi suamiku, karena aku tidak mau mempermalukan diriku di depan semua kerabat, teman, juga keluarga besarku, aku minta maaf Gus! Seperti yang kau katakan, pernikahan bukanlah sesuatu yang dapat dipermainkan sesuka hati, aku hanya ingin hubungan kita seperti biasa lagi, aku majikanmu dan kau Sopirku, aku akan melupakan semua ini, aku akan mengakhiri semuanya, jadi aku mohon padamu, jangan beritahu jika kita akan bercerai!" tutur Nora dengan canggung.

Bagus memejamkan kedua matanya, Majikannya itu selalu membuat keputusan sesuka hatinya.

"Kamu setuju Gus? Semua surat akan aku urus, jadi kau akan terima hasilnya saja!"

Bagus berjalan mendekati Nora, kedua matanya menatap tajam kedua netra Nora. Nora merasa takut akan ekspresi raut wajah Bagus, dan berjalan mundur untuk menghindar tatapan Bagus.

'Aduh, Bagus kenapa? Apa ia akan membunuhku? Kenapa dia be--begitu? Ya Tuhan tolong aku' bisik Nora panik.

Kedua lengan Bagus mengukung Nora, sementara Nora sudah tidak dapat berkutik, tubuhnya terhenti setelah menabrak dinding kamar Bagus.

Senyum Bagus terukir, wajahnya terus mendekati wajah Nora. Nora menutup kedua matanya, ia pasrah jika Bagus akan menciumnya, mencium yang terakhir kalinya sebagai tanda perpisahan status halal mereka.

Cup.

Wajah Nora memerah merona saat Bagus hanya mengecup bibirnya.

"Ini bukanlah akhir dari semuanya Nona! Ini awal saat kau sudah sah menjadi istriku, istri Bagus si sopir pribadi!"

"A--apa maksudnya? A--aku tidak mengerti?!" tanya Nora dengan merasakan hatinya yang berdesir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status