Share

9 Inilah awalnya

Penulis: Chaerani T
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-01 19:18:39

Langit sudah gelap, namun sosok Bagus belum sampai ke rumah Nora. Sesekali Nora membuka tirai jendela kamarnya, berharap ada seseorang yang membuka pintu pagarnya, dan ia berharap Bagus akan segera pulang.

Senyumnya terukir kala melihat Bagus masuk dengan membawa bingkisan. Dengan cepat Nora berlari menuruni anak tangga demi menyambut Bagus yang pulang.

Bagus terkesiap melihat Nora yang berada di balik pintu masuk.

"Bagus, apa kau masih marah?" tanya Nora memastikan.

Bagus memilih untuk berlalu pergi dan tidak menanggapi pertanyaan Nora.

"Gus, aku sedang bertanya padamu! Jawab Gus, apa kau masih marah denganku? Aku tahu aku salah, aku minta maaf!" tutur Nora, membuat langkah Bagus terhenti.

Bagus menoleh ke arah Nora, wajah Nora terlihat begitu kacau, entah ini hanya sebagian dari rencananya, atau ia benar-benar merasa bersalah telah memanfaatkan Bagus.

"Maaf, aku permisi masuk dulu!" sahut Bagus.

Nora tidak mau menyerah, ia tetap mengejar Bagus ke kamarnya.

"Gus, aku masih majikanmu ya, tolong hormati aku, aku disini yang menawarkan kebaikan dan bantuan untukmu, tolong dengarkan aku Gus!" pekik Nora.

Sayangnya Bagus mengunci pintu kamarnya dan tidak melayani teriakan Nora yang semakin keras.

"Sial! Bagus, kenapa kau begitu menyebalkan?!" ucapnya.

Bagus menarik napasnya dengan perlahan, dan menghembuskannya. Tubuhnya terasa lelah karena sudah berjalan jauh untuk pulang. Ingin rasanya ia terbebas dari Nona majikannya, ternyata perjanjian yang sudah ia terima begitu menjadi beban untuknya.

Kedua orang tuanya mengetahui jika ia sudah menikah dengan Nora. Dalam perjalan pulang, sang ibu menghubunginya karena merindukannya, ia berpesan ingin bertemu dengan Nora, wanita yang sudah menjadi menantunya.

Rasa sakit di kepala Bagus terus menghantamnya, sudah hampir satu hari Bagus belum memakan sesuatu , hanya karena memikirkan bagaimana caranya memperkenalkan Nora kepada sang ibunda.

Bungkusan kresek hitam segera diraih Bagus, perutnya sudah keroncongan. Kepalanya tidak bisa diajak bekerja sama, setelah membaca doa, Bagus segera melahap Nasi pecel, yang terpaksa ia berhutang kepada pemilik warung pecel, sebab dompetnya tertinggal di kamarnya.

Setelah merasa kenyang, Bagus segera meminum obat warung yang menurutnya obat tersebut bisa membantu menghilangkan rasa sakit di kepalanya.

Tok ... Tok ....

"Gus, bisa kita bicara sebentar, aku mohon Gus!" teriak Nora.

Bagus yang mendengar itu hanya mampu menggerakkan kepalanya, Nora adalah wanita keras kepala, keinginan harus tercapai saat ini juga.

"Sebentar!" sahut Bagus, membuat Nora terdiam dan menunggu Bagus keluar dari kamar.

Pintu terbuka lebar, tanpa permisi Nora masuk ke dalam kamar Bagus.

"Nona, bagaimana jika ada yang melihat?!" tanya Bagus.

"Sudah, tenang saja, Sora dan Jaki sedang ku tugaskan mereka untuk pergi jalan-jalan!" ucapnya santai.

"Apa sebenarnya yang ingin Nona katakan?!" sergah Bagus.

Nora berdeham "Jadi, kau masih marah? Aku hanya ingin menuntaskan semuanya, ya aku salah, dari awal aku merasa frustasi jika pernikahanku gagal, aku akan mendapatkan malu yang begitu luar biasa, makanya aku memintamu untuk menjadi suamiku, karena aku tidak mau mempermalukan diriku di depan semua kerabat, teman, juga keluarga besarku, aku minta maaf Gus! Seperti yang kau katakan, pernikahan bukanlah sesuatu yang dapat dipermainkan sesuka hati, aku hanya ingin hubungan kita seperti biasa lagi, aku majikanmu dan kau Sopirku, aku akan melupakan semua ini, aku akan mengakhiri semuanya, jadi aku mohon padamu, jangan beritahu jika kita akan bercerai!" tutur Nora dengan canggung.

Bagus memejamkan kedua matanya, Majikannya itu selalu membuat keputusan sesuka hatinya.

"Kamu setuju Gus? Semua surat akan aku urus, jadi kau akan terima hasilnya saja!"

Bagus berjalan mendekati Nora, kedua matanya menatap tajam kedua netra Nora. Nora merasa takut akan ekspresi raut wajah Bagus, dan berjalan mundur untuk menghindar tatapan Bagus.

'Aduh, Bagus kenapa? Apa ia akan membunuhku? Kenapa dia be--begitu? Ya Tuhan tolong aku' bisik Nora panik.

Kedua lengan Bagus mengukung Nora, sementara Nora sudah tidak dapat berkutik, tubuhnya terhenti setelah menabrak dinding kamar Bagus.

Senyum Bagus terukir, wajahnya terus mendekati wajah Nora. Nora menutup kedua matanya, ia pasrah jika Bagus akan menciumnya, mencium yang terakhir kalinya sebagai tanda perpisahan status halal mereka.

Cup.

Wajah Nora memerah merona saat Bagus hanya mengecup bibirnya.

"Ini bukanlah akhir dari semuanya Nona! Ini awal saat kau sudah sah menjadi istriku, istri Bagus si sopir pribadi!"

"A--apa maksudnya? A--aku tidak mengerti?!" tanya Nora dengan merasakan hatinya yang berdesir.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    53 Kembalilah Padaku

    Semalaman Nora tidak bisa tidur, menjelang acara ijab qabul ia hanya mampu berdoa agar semua pelaksanaan pernikahannya lancar. Namun satu hal yang membuatnya merasa aneh saat ini. Temy tidak mengabarinya sama sekali sejak kemarin, dan hanya Rion yang rela menjaga dan menunggunya sampai malam. Jemarinya mengusap layar ponsel, ia akan mencoba menghubungi Temy sekali lagi, dan lagi-lagi hanya suara operator wanita yang menjawab panggilannya. "Kemana kamu Tem?" Rasa takut dan cemas menjadi satu dalam lubuk hatinya. Pasrah karena sudah lelah menghubungi Temy, akhirnya rasa kantuk menghampirinya dan membuatnya terlelap pagi hari ini. Sementara itu di tempat lain, Bagus baru saja menyelesaikan solat subuhnya. Kemarin Temy sudah pergi, pria itu benar-benar pergi ke Korea dan menyerahkan segalanya pada Bagus. Pakaian pengantinnya yang berwarna putih begitu indah bagi Bagus. Sekilas, ia mengingat bagaimana pernikahannya bersama Nora dulu, pakaian seragam sopirnya. Ia hanya tersenyum kecil

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    52 Menjelang Pernikahan

    Pagi-pagi buta sekali Nora sudah bersiap untuk hari ini. Sudah tiga hari ini Nora tidak pergi ke rumah Temy. Ia terpaksa, karena dengan begini, ia bisa fokus pada Temy, calon suaminya. Dan dua hari lagi adalah hari pernikahannya bersama Temy, saat itu juga ia akan melepas statusnya sebagai seorang janda. Ia menatap dirinya di depan cermin, perlahan ia membuang napasnya. Walaupun Bagus hadir sebagai Rion, ia tidak mungkin meninggalkan Temy. Temy adalah pria yang selalu baik kepadanya, tiada salahnya jika ia pun berkorban demi membalas semua kebaikan Temy. Agenda hari ini adalah mencoba gaun pengantin di butik, dengan rancang desain terkenal. Temy sudah menyiapkan segalanya dengan cepat. Acara ijab qabul akan dilakukan di rumah Nora, dan Temy berjanji akan memberi kejutan pada pesta malam pernikahan mereka. Suara deru mobil terdengar jelas memasuki halaman. Nora bergegas untuk turun dan menemui Temy. Nora berlari ke pintu utama, di sana sudah terlihat Rion yang berdiri dengan tangan k

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    51 Melupakan Aku

    "Nora berhenti, dengarkan aku dulu!" teriak Temy. Nora terus berlari menjauh, ia tidak mau berhubungan kembali dengan Temy atau Bagus lagi. "Ini semua bisa kita bicarakan baik-baik, jangan pergi lagi Nora." Temy tidak putus asa, ia akan terus mengejar Nora dan tidak akan pernah membiarkannya menghilang. Nora berhenti dan napasnya tersengal, ia baru menyadari jika sudah berlari jauh sekali. Dan ia tampak terkejut melihat Temy tengah berlari mengejarnya. "Kenapa kamu mengikutiku?" Nora memandang kesal ke arah Temy, namun pria itu tetap tersenyum dan berjalan menghampirinya. "Aku ingin menjelaskan semuanya Nora! Maaf aku tidak memberitahumu sejak awal, tapi memang ia adalah adikku!""Kamu bohong, apa ini rencana kamu? Kamu mau membuat aku lebih tidak bisa melupakan dia?""Dengar dulu! Dia adikku Nora, bertahun-tahun kami berpisah. Apa kau lebih tega, membiarkan saudara kandungku terus menjadi orang lain, dia lupa siapa dirinya yang sebenarnya!"Nora terdiam, Temy pun terdiam."Kemba

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    50 Rion

    Seperti kata dokter, sesekali Bagus menginggau dan berteriak dalam tidak sadarkan diri. Temy rasa, Bagus sedang bermimpi tentang masa lalu, hingga terkadang ia harus diberi obat penenang oleh perawat yang menjaganya. Nora tidak pernah bosan untuk menghubungi Temy, sayangnya Temy belum siap menceritakan tentang Bagus kepada Nora. Jemari Bagus bergerak perlahan, kedua matanya terbuka perlahan. Terlihat jelas langit-langit kamar berwarna putih. Temy bangkit dari duduknya, menyambut suka cita Bagus sudah siuman. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Temy, tak sabar. Bagus terdiam, ia menatap Temy dengan jelas. Senyumnya merekah, ia mengenali Temy dan berusaha bangun untuk melihat sekelilingnya. "Hati-hati!"Temy membantu Bagus, ia merasa bingung dengan sikap Bagus sesaat setelah siuman. "Dimana aku?" Bagus melihat ke sekelilingnya. "Kau di rumah sakit, kepalamu terbentur, dan kau merasakan sakit kepala yang begitu hebat, hingga membuatmu tidak sadarkan diri selama lima hari!""Kau tetap s

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    49 Doa untuk adikku

    Temy memejamkan kedua matanya, lalu menghembuskan napasnya kasar. Kedua bahunya bersandar pada daun pintu ruangan di mana Bagus tengah di periksa oleh dokter. Kini segalanya harus bisa ia terima jika takdir mempertemukannya dengan Bagus, adik kandung yang selalu ia cari sejak dulu. "Tak ku sangka jika kamu adikku! Bibi Rusi membohingiku, entah mengapa sebabnya!"Temy mengambil ponselnya, senyumnya mengembang seketika melihat gambar Nora yang terlihat bahagia di layar ponselnya. "Haruskah aku membiarkan Nora bersama Bagus? Padahal, hubungan ini sudah lama ku nantikan!"Air mata Temy menetes perlahan, ia hanya ingin berkumpul dengan orang-orang yang ia cintai. Sampai ia harus bisa menerima pria yang ia anggap sebagai penganggu hubungannya kini adalah adik yang sangat ia rindukan. "Pak Temy!"Mendengar seseorang memanggilnya, Temy segera menghapus air matanya dan berdiri menghadap dokter yang menangani Bagus. "Bagaimana dengan dia?""Tenang saja, keadaan kini membaik, dia merasakan sa

  • Gairah Cinta Sopir Pribadi    48 Kabar Bahagia

    Air matanya mengalir perlahan, memori indah bersama Bagus terulang jelas kini, ada rasa rindu menelusuk di dalam hatinya pada sang mantan suami. Air hujan perlahan membasahi gelapnya ibu kota malam ini. Lima jarinya menghapus air mata di pipi, dan tak lama senyum terukir ketika pria disebelahnya menatap penuh cinta. "Kau suka hujan Nora? Sejak tadi pagi sampai malam, kau tidak pernah lepas untuk melihat hujan deras ini!"Wanita berambut panjang itu menampilkan senyum manisnya. “Karena hujan mengingatkanku pada Bagus!” Suasana menjadi hening sekejap. "Nora, kamu melamun?""Oh, ya Tem! Aku menyukai hujan, terkadang cuacanya membuat hatiku tenang dan damai!"Temy mengangguk, secangkir cappucino ia berikan untuk calon istrinya. "Untukmu, supaya kau tetap hangat!""Terima kasih!"Nora tersenyum sipu, pandangannya menyelidik ke arah Temy, yang terlihat gagah dan berwibawa. Entah mengapa wajah dari dekatnya begitu persis dengan wajah Bagus. “Ayolah Nora, kau sudah berjanji untuk melupa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status