Share

SERVICE TERBAIK

Cahaya matahari menerobos masuk melewati celah kecil jendela kaca kamar, sepertinya matahari sudah terbit dari tadi. Berbeda di dalam ruangan, tepatnya kamar itu. Tirai yang tebal menutupi kamar dari jendela kaca yang lebar dan besar yang hanya memiliki sedikit celah untuk dimasuki cahaya.

Kamar itu remang, membuat orang yang tidur di dalam kamar dan di atas kasur empuk itu enggan untuk bangun.

Salah satu pintu di dalam kamar itu terbuka, nampak Teo keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk putih.

"Segarnya," ucapnya saat keluar dari kamar mandi.

Tubuhnya yang kekar dan wajahnya yang tampak segar setelah habis mandi. Teo berjalan menuju meja hias milik istrinya, di sana terdapat banyak peralatan make up milik istrinya. Sebelum berkaca, Teo melihat istrinya yang sedang tidur berselubung tanpa mengenakan sehelai benang pun.

"Anes, istriku." Teo tersenyum, mengingat kejadian panas dengan perpaduan suara hujan dari luar semalam. Begitu liar dan penuh dengan gairah.

Teo kemudian berkaca, rambutnya masih meneteskan air bekas ia keramas yang belum kering. Teo melihat tubuhnya di cermin, ia  berdiri dan melihatkan perut six pack-nya. Melihat mata tajam dan dalamnya jika sedang memandang seseorang, hidung mancung  dan bibir tipis.

"Aku ini ganteng, beruntung sekali Anes mendapatkanku," kata Teo membanggakan diri sendiri.

Umur Teo baru memasuki 28 tahun, di umurnya yang semakin bertambah, Teo sangat mengharapkan memiliki keturunan yang bisa membuat ia tidak terlalu kesepian jika pulang ke rumah. Teo ingin seperti teman-temannya yang lain yang sudah memiliki anak.

Teo memutuskan untuk tidak mengenakan pakaian terlebih dahulu, dia ingin membangunkan Anes yang masih tertidur pulas.

"Sepertinya tidak ada niat untuk bangun," katanya sambil geleng-geleng kepala.

Kini dia sedang duduk di tepi tempat tidur, menyingkap pelan selimut istrinya sampai batas bahu. Memperlihatkan bahu mulus dan putih milik Anes, Teo tersenyum melihat itu.

"Istriku, ini sudah mau siang. Ayo, bangun!" Suara lembut Teo terdengar oleh Anes, tadi ia merasakan pergerakan seseorang, ia tahu jika itu adalah Teo.

Anes membuka matanya perlahan, ia sangat kelelahan. Anes baru saja tertidur, dia ingin tidur lagi. Gara-gara memberi obat kuat kepada suaminya membuat dia merasa kecapean sendiri, ia merasa lemah karena permainan panas dan dengan waktu yang cukup lama.

"Mas, aku capek banget. Dua jam lagi, capek banget loh," kata Anes dengan suara yang pelan.

Umur Anes 25 tahun, rambutnya tidak terlalu panjang dan di bawah bahu sedikit. Wajahnya cantik dengan memiliki mata besar dengan bulu mata yang lentik, juga hidung yang agak mancung dan memiliki bibir tebal yang menawan. Teo sangat terpikat dengan istrinya, baginya istrinya lah yang paling cantik di dunia ini.

Tangan dingin Teo memegang pipi istrinya, itu membuat Anes sedikit kaget dan hendak menjauhkan tangan suaminya. Namun, saat ia ingin menepisnya, tiba-tiba saja Teo membaringkan tubuhnya dan menyingkap selimut dengan kasar sampai terjatuh di lantai. Teo segera berbaring di samping istrinya dan memeluk Anes dengan kuat.

"Ah, Mas. Kamu dingin sekali! Jangan peluk aku, Mas!" ucap Anes yang menggeliat ingin melepaskan pelukan suami.

Anes tidak memakai pakaian, sementara Teo hanya memakai handuk saja. Itu yang membuat dia merasakan suhu tubuh suaminya. Anes rasanya ingin memberontak, tapi suaminya memeluknya dengan erat.

"Kamu kedinginan, heum? Kalau mau kita bisa main panas-panasan lagi," ucap Teo dengan pelan di telinga istrinya.

Anes dengan cepat menggelengkan kepalanya, ia melihat wajah suaminya yang begitu dekat dengannya. Bahkan, deru nafas suaminya dapat ia rasakan.

"Aku capek banget, Mas. Jadi jangan dilanjutkan lagi. Bisa-bisanya nanti aku sampai pingsan, udah deh, kamu kan sudah puas juga."

"Kalau sama kamu, Mas mana bisa puas, kamu adalah yang terbaik. Mana ada wanita yang memberikan service sebaik kamu."

Anes cukup senang mendengar, itu tapi hanya sebentar saja, ia pun memanyunkan bibirnya melihat suaminya.

"Ada apa? Kenapa bibir kamu seperti mulut ikan lele begitu?" tanya Teo sembari bercanda.

"Ish, aku bukan ikan lele! Lagian kenapa kamu bilang tadi tidak ada wanita yang memberikan service seperti aku, berarti kamu sudah pernah merasakan milik wanita lain?"

Teo tertawa mendengar itu, melihat suaminya itu tertawa di hadapannya membuat Anes sangat kesal. Entah apa yang ingin dikatakan suaminya itu.

"Karena aku hanya pernah merasakan punya kamu, makanya aku bilang begitu. Kalau aku sudah merasakan milik orang lain, lain lagi jawabanku, hahaha." Teo makin geli hati sendiri, ia merasa sangat lucu melihat wajah istrinya yang cemberut.

"Kalau kamu coba-coba merasakan punya orang lain, aku akan memotong sosismu itu. Awas saja, aku tidak main-main!"

Teo yang tadinya tertawa langsung menghentikan tawanya setelah mendengar itu, ia tidak berani lagi berkutik. Walaupun ia tahu jika istrinya tidak terlalu serius, tapi jika seperti itu, ia yakin jika Anda sudah terlalu kesal dengannya.

"Lepaskan aku, Mas! Aku mau ke kamar mandi," ucap Anes sambil mendorong tubuh Teo darinya.

Sudah Teo katakan, ia tahu jika Anes saat ini benar-benar marah. Ia pun menjauhkan tubuhnya, membiarkan Anes untuk duduk. Sebelum beranjak, Anes melihat lagi ke arah Teo. Kini tatapannya datar, Teo menelan ludahnya melihat itu, ia hanya memilih diam.

"Mas, kamu tidak akan dapat jatah sebulan!" Setelah mengatakannya, Anes kemudian beranjak dari sana.

Teo yang mendengar itu langsung ikutan duduk, ia tidak terima setelah mendengar itu. Tidak tahan ia jika tidak bermain panas dengan istrinya.

"Sayang. Istriku, jangan begitu. Tadi Mas hanya bercanda, cuma punya kamu yang paling enak, jangan begitu."

Anes yang sudah berjalan tidak meladeninya, ia malah berjalan ke kamar mandi.

Teo yang melihat itu hanya bisa menghela nafasnya saja, Teo pun turun dari tempat tidur sambil memperbaiki selimutnya. Teo ingin memakai pakaian, ia merasa dingin karena kamar itu sangat dingin. Istrinya memang suka dingin.

Saat Teo turun dari tempat tidur, tiba-tiba ia terpandang dengan handphonenya di atas nakas. Ia teringat saat mendapat panggilan semalam. Dari ia bangun ia langsung ke kama mandi, kali ini ia akan mengecek handphonenya.

Teo mengambil handphonenya, ia duduk di tepi ranjang. Menyalakan handphone yang ia matikan, membuat ia harus menunggu beberapa saat agar handphone itu menyala.

"Kenapa harus diwaktu seperti ini sih?"

Handphone itu sudah menyala, sebelum ia memeriksa handphonenya, ia melihat ke arah kamar mandi terlebih dahulu. Ia melihat pintu kamar mandi tertutup, membuat ia agak leluasa memeriksa handphonenya.

Teo kembali melihat handphoneya, namun ia kaget saat mendapat panggilan kembali dari orang yang subuh tadi. Sebenarnya Teo malas mengangkatnya, tapi ia tidak ingin selalu diteror.

"Halo, selamat pagi," sapa Teo dengan malas.

Teo memejamkan mata saat mendengar suara tawa dari balik handphonenya.

"Hahaha, kau mengabaikanku dan bercinta dengan istrimu. Apakah dia sudah hamil? Jika belum, ingat perjanjian kita. Aku tidak sabar menanti hari itu, hari di mana keringat saling bercucuran dan panas membara, hingga membuat salah satu dari hati manusia rasanya ingin terbakar."

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status