Keputusan yang benar Dion, siapa nih yang setuju Vera dan Dion pisah, yuk komen di kolom komentar ya bestie💕
Bola mata Vera menatap Dion yang juga menatapnya, dirinya sungguh shock mendengar permintaan pisah dari Dion. Menurutnya Dion sangat keterlaluan, dirinya hanya pergi ke luar negeri kenapa harus meminta sebuah perpisahan? "Apa mas, coba ulangi lagi," pinta Vera. "Aku rasa kamu sudah mendengarnya Vera, aku ingin kita pisah," sahut Dion. Vera mundur selangkah kakinya tiba-tiba melemas sehingga tidak mampu menopang tubuhnya, permintaan kisah dari Dion benar-benar membuat mental Vera down. "Kenapa kamu menginginkan sebuah perpisahan Mas? padahal aku tidak mempermasalahkan hubunganmu dengan Renata selama ini," kata Vera. Dion tertawa mendengar ucapan Vera, jelas Vera tidak mempermasalahkan hubungannya dengan Renata, karena dia sendiri tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. "Apa yang kamu pertahankan dari hubungan kita Vera?" tanya Dion. "Kita ini seperti orang asing yang tinggal satu rumah," sambungnya. Vera menggelengkan kepala, lagi-lagi dia mengungkit janji Dion se
Bukannya melarang anaknya terserah Pak Ferdi justru ingin merayakan perpisahan Dion dengan Vera. Dimanapun tempatnya seorang ayah pasti menginginkan kebahagiaan anaknya, jika pernikahan anaknya tidak bahagia tentu seorang ayah pasti mendukung sebuah perpisahan. Disisi lain Vera seakan tak peduli dengan ancaman Dion, dirinya tetap pergi ke luar negeri dan mengabaikan apa yang terjadi nanti. Entah apa yang membuat Vera sangat terobsesi dengan karirnya sehingga rela mengorbankan pernikahannya dan juga orang yang dicintainya. "Maafkan aku mas, tapi aku harus tetap pergi keluar negeri," batin Vera. Dirinya yang tahu akan konsekuensi jika tetap pergi ke luar negeri adalah sebuah perpisahan seakan tidak peduli bahkan dia menganggap ancaman Dion hanya sebuah gertakan saja. Setelah makan malam di rumah Papanya Dion kembali ke rumah, saat dia masuk kamarnya dia tidak menemukan Vera yang artinya Vera memang berniat berpisah dengannya. "As you wish Vera," ucap Dion dengan tersenyum. Meskipu
Pak Ferdi tersenyum menatap Pak Rangga seakan beliau sudah memikirkan hal itu. Apa yang direncanakan pak Ferdi tidak ada yang tau, entah beliau akan menyiapkan jodoh yang lain untuk Renata atau menjodohkan Renata dengan bapak dari anak yang dikandungnya. "Tenang saja Rangga, aku sudah memikirkan hal itu jauh-jauh hari. Renata adalah wanita yang baik pengorbanannya untuk anak-anakku sangatlah besar terlebih Andika, andaikan waktu itu dia tidak meminjam uang pada Dion mungkin Andika sudah meninggal dan aku tidak akan bisa bertemu lagi dengan anakku," ungkap Pak Ferdi. Pak Rangga nampak mengangguk paham, memang pengorbanan Renata sangat besar meski dia sendiri yang menanggung akibatnya kini. "Oleh karena itu jaga baik-baik dia Rangga, jangan sampai dia dan calon cucuku kekurangan apapun," sambung pak Ferdi. "Jangan mengkhawatirkan hal itu Tuan, saya selalu mengawasi nona Renata, ya walaupun terkadang saya melihat dia menangis tapi nona Renata iklas menerima apa yang terjadi pada dirin
Sesampainya di rumah Andika menceritakan keanehan Dion kepada papanya, Pak Ferdi yang mendengar cerita Andika tampak tersenyum entah apa yang hinggap dipikiran Pak Ferdi sehingga beliau meminta Andika untuk menuruti permintaan kakaknya. "Sudahlah Andika turuti saja keinginan kakak kamu," pinta papannya dengan mengelus pundak Andika. Andika menghela nafas kemudian dia menuju dapur untuk memasak makanan buat kakaknya. Andika yang bingung tak tahu ingin memasak apa sehingga tanpa sadar dia membuat makanan kesukaan Renata untuk Dion dan benar saja setelah makanan itu siap Dion sangat lahap memakan masakan Andika. "Kak pelan-pelan kalau makan, nih masakannya masih banyak," kata Andika. Dion terus makan tanpa menggubris ucapan Andika, entah mengapa memakan makanan Andika terasa nikmat tersendiri sehingga dia tidak mau makan dengan pelan. Pak Rangga dan Pak Ferdi saling bertatapan seolah kedua pria tua ini memikirkan sesuatu. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Dion? dan apa pula yang d
"Renata, aku merindukanmu. Mungkin saat ini kita jauh di mata tapi dekat di doa," gumam Dion saat dirinya memandangi foto wanita yang saat ini mendominasi hatinya. Dion hidup dengan kenangan Renata, sungguh dia ingin sekali memeluk wanitanya tersebut dan bercerita banyak hal tentang dirinya dan juga Andika. "Kak," panggil Andika. Dion yang terkejut menjatuhkan ponselnya dan Andika bisa melihat jika Dion melihat foto mantan istrinya. "Kak Dion merindukan Renata?" tanya Andika. "Maafkan kakak Andika," sahut Dion lalu membalik ponselnya. Andika hanya tersenyum lalu menepuk bahu kakaknya. semenjak Renata pergi dari hidupnya, Andika memang merasakan kehilangan namun seiring berjalannya waktu perlahan dia bisa melupakan Renata meski mantan istrinya tetap ada di hatinya. Andika terdiam hingga pertanyaan Dion membuyarkan lamunannya. "Ada apa Andika?" tanya Dion. "Itu ada beberapa mahasiswa yang mengajukan magang ke kantor kita," jawab Andika. "Apa wanita waktu itu juga datang?" tany
Tak terasa sebulan telah berlalu, Renata yang sibuk dengan aktivitasnya bercocok tanam hampir melupakan kalau dirinya tengah hamil besar. Dirinya terus duduk dan terkadang dia juga lupa istirahat. Suatu ketika saat dia asik dengan tanamannya tiba-tiba perutnya terasa sakit, awalnya Renata pikir ini adalah sakit biasa namun lama-kelamaan perutnya semakin sakit. "Auw, auw, kamu kenapa sayang?" Renata bermonolog dengan calon bayinya. Renata terus mengelus perutnya berharap kalau sakitnya reda tapi sakitnya tak kunjung reda. Beberapa menit telah berlalu sakitnya malah semakin terasa sehingga membuat Renata terduduk di tanah. Pelayan yang mengetahui hal ini langsung memanggil pelayanan lainnya untuk membantu Renata, karena bingung bodyguard Renata segera membawa Renata ke rumah sakit terdekat dan yang lainnya melaporkan hal ini kepada Pak Rangga. Mendapatkan laporan dari bodyguard Renata tentu membuat pak Rangga panik, beliau sangat khawatir jika ada apa-apa dengan kandungan Renata.
Pak Ferdi dan Pak Rangga saling pandang lalu keduanya meminta Dion dan Andika untuk masuk.Mereka berdua semakin bingung dan bertanya-tanya siapa yang sebenarnya sakit. "Masuklah Nak, nanti kalian akan tau. Cepat kita tidak memiliki banyak waktu," titah Pak Ferdi. Tak ingin banyak pertanyaan video dan Andika bertugas masuk ke dalam ruangan UGD, dan benar saja saat melihat Renata kesakitan di ranjang pasien Dion dan Andika langsung mendekati Renata. "Renata," ucap Dion dan Andika barengan. Renata melihat Dion dan Andika bergantian kemudian dia tersenyum. "Mas Dika," panggil Renata. "Mas Dion," sambungnya. Dengan mata yang berkaca Renata menggenggam tangan Andika, dia ingin meminta maaf pada Andika atas dosa yang telah dia lakukan. "Renata kenapa kamu meminta maaf berulang kali, aku sudah memaafkan kamu," kata Andika. "Aku takut mas, takut kalau malaikat maut akan menghampiriku," sahut Renata. Dion yang masih sangat mencintai Renata langsung memeluknya, dia tidak ingin Renata k
Renata terus saja memejamkan matanya padahal sudah beberapa jam telah berlalu. Dion terus saja memegangi tangan Renata berharap wanita yang kini dia cintai segera membuka matanya. Tim dokter yang dipanggil juga tidak tau kenapa malah seperti ini, seharusnya Renata sudah bangun mengingat pengaruh bius telah habis. Dion yang tidak mau terjadi apa-apa mendesak para dokter untuk bertindak, dia tidak perduli apapun caranya yang penting Renata bangun dari tidurnya. Pak Ferdi dan pak Rangga berharap semua baik-baik saja karena dia tidak ingin kehilangan Renata maupun bayi Renata. "Lebih baik kita lihat keadaan cucuku Rangga," ajak pak Ferdi. Akhirnya harga dan Pak Ferdi pergi ke ruang bayi, disana nampak bayi kecil di dalam inkubator.Bayi Renata tidak sebesar bayi-bayi pada umumnya mengingat dia lahir lebih dulu sebelum waktunya. "Kecil sekali Rangga," kata pak Ferdi. "Sudah pasti kecil Pak karena dia lahir prematur," sahut pak Rangga. Tanpa sadar air mata Pak Ferdi mengalir keluar,