Home / Romansa / Gairah Liar Istriku / Bab 80. Vonis Kematian

Share

Bab 80. Vonis Kematian

last update Last Updated: 2025-07-26 01:25:52

Suasana di kantor Rama sore itu tidak lagi seperti biasanya. Tidak ada musik lembut, tidak ada suara tuts keyboard dari sekretaris di luar ruangan. Hanya sunyi. Sunyi yang terasa berat, seperti udara yang menolak untuk bergerak.

Soraya berdiri di depan jendela besar, memandangi langit kota yang kelabu. Jemarinya menggenggam segelas air mineral yang sudah hampir habis, tapi tidak pernah benar-benar ia minum. Tatapannya kosong. Dalam pikirannya, pesan misterius semalam—“Kau selanjutnya”—masih bergema seperti alarm yang tak mau berhenti.

Pintu ruang kerja Rama berderit terbuka.

"Soraya."

Suara Rama berat. Datar. Tidak tinggi, tapi justru itu yang membuat Soraya kaku. Ia menoleh.

Rama berdiri di ambang pintu, melepas jasnya, menggantungnya di stand coat. Lalu berjalan pelan ke arah meja kerjanya. Tatapannya tajam, tak berkedip.

“Aku ingin bicara serius,” ujarnya.

Soraya menarik napas, lalu memaksakan senyum tipis. “Tentu. Tentang apa?”

Rama duduk. Jarinya menyatukan ujung-ujungnya di atas
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Liar Istriku   Bab 86. Rencana Dita Terungkap

    Di sebuah ruangan bawah tanah yang dipenuhi layar monitor, Dita duduk sendirian. Pendar cahaya biru dari monitor-monitor itu menimpa wajahnya yang tenang, dingin, seperti topeng marmer.Di hadapannya, puluhan kamera memperlihatkan berbagai sudut:Nara di ruangan isolasi, terduduk, seperti tubuh tanpa jiwa.Reno, terikat, menunduk di kursi besi.Soraya… bersama salah satu anak buahnya, yang kini ia amati tanpa berkedip.Dita memutar perlahan gelas anggur di tangannya.“Semua berjalan sesuai rencana,” gumamnya pelan, seperti sedang menenangkan diri sendiri.Ia bangkit, berjalan mendekati dinding monitor.“Sekarang, waktunya mereka tahu siapa yang benar-benar mengendalikan semuanya.”Suara langkah sepatu hak tingginya bergaung di lantai semen. Ia menekan tombol interkom di meja besinya, dan berbicara dengan nada suara yang tidak bisa ditawar:“Rekam ini. Untuk Rama, Reno, Soraya… dan terutama untukmu, Nara.”Sebuah kamera otomatis berputar, mengarah ke wajahnya. Dita berdiri di tengah ru

  • Gairah Liar Istriku   Bab 85. "PIilih Aku Atau Tugasmu"

    Udara apartemen Soraya terasa berat, mengandung wangi anggur dan parfum samar yang bercampur dengan sesuatu yang jauh lebih liar.Pisau di tangan pria itu sudah turun. Tapi bukan berarti ancaman lenyap. Justru bahaya kini berdiri di antara keduanya, tipis seperti batas antara nafsu dan kematian.Soraya menempelkan tubuhnya. Panas kulitnya bertemu dingin kulit sarung tangan.“Lepas,” bisiknya.Pria itu tidak bergerak. Soraya mengambil inisiatif. Satu per satu, ia menarik sarung tangan itu, membiarkan jari-jari kasar laki-laki itu menyentuh kulitnya.“Kalau kau memang datang untuk mengakhiri hidupku,” ucap Soraya lirih sambil menelusuri rahang pria itu dengan jemari, “biarkan aku yang memutuskan bagaimana aku mengakhiri malam ini.”Ada jeda sunyi. Dan kemudian bibir mereka bertemu—bukan lembut, tapi rakus. Soraya sengaja mencium seperti orang yang tenggelam mencari udara. Tidak ada rasa cinta, hanya hasrat yang mendesak waktu.Soraya mendorong tubuh pria itu ke dinding, lalu melepas gau

  • Gairah Liar Istriku   Bab 84. Percintaan Maut

    Ketukan itu berhenti.Sunyi kembali turun di apartemen. Tapi bagi Soraya, kesunyian itu justru lebih berisik daripada suara tembakan.Ia berdiri diam beberapa detik, menahan napas. Otot lehernya menegang. Lalu, perlahan, ia bergerak mundur, mengambil sebuah gunting panjang dari meja rias. Jari-jarinya berkeringat, menggenggam gunting itu erat.erat.Siapa?Pikiran itu berputar.Rama? Tidak mungkin. Rama tidak mengetuk seperti itu.Polisi? Mustahil, mereka akan datang dengan cara yang lebih kasar.Dita.Soraya tahu jawabannya bahkan sebelum bayangan itu muncul.Dita tidak akan datang sendiri. Selalu ada “tangan panjang” yang ia gunakan untuk membersihkan jejak.Ia mendekat ke pintu, tidak membuka, hanya mendengar.Ada suara napas pelan dari balik sana. Berat, jantan.Hmm Anak buahnya…Ketika kenop pintu berputar pelan dari luar, Soraya bergerak mundur cepat. Pintu itu terbuka. Bayangan seorang pria tinggi muncul di ambang. Wajahnya sebagian tertutup masker hitam. Jaket kulit gelap, sar

  • Gairah Liar Istriku   Bab 83. POV: Soraya Di Bawah Tekanan

    Malam sudah sangat larut. Kota di luar jendela apartemen tampak seperti lautan lampu yang tak berarti. Di lantai tinggi ini, Soraya seharusnya merasa aman. Tapi udara terasa berat, seolah dinding-dinding apartemen menyusut, terasa seperti menghimpit tubuhnya.Ia berdiri di depan cermin kamar, menatap wajahnya sendiri yang tampak asing. Make-up mahal yang ia poles dengan sempurna sejak sore tadi kini luntur di sudut mata. Lipstik memudar, menyisakan garis bibir pucat. Jemari yang biasanya mantap saat memegang pena atau gelas anggur, kini bergetar halus.Di meja rias, segelas wine sudah hampir habis. Tapi alkohol tidak begitu banyak membantu.Sejak telepon Rama beberapa jam lalu, pikirannya tidak berhenti berputar. Pertanyaan-pertanyaan itu kembali terngiang:"Apa kau tahu di mana Nara? Kenapa semua CCTV hilang rekamannya? Kau jangan main-main denganku, Sora."Nada suara Rama kali ini berbeda. Tidak lagi hanya sekadar curiga. Tapi mendesak, menekan, dan jelas mengancam.Soraya menelan l

  • Gairah Liar Istriku   Bab 82. POV: Rama Di Ruang Tekanan

    Gelap. Pekat.Reno menahan napas. Hanya beberapa menit lalu, suara napas berat itu datang dari sudut ruangannya.Kini, tidak ada siapa pun di sana. Tidak ada suara langkah. Tidak ada pergerakan. Tidak ada asap.Namun sesuatu berubah. Udara menjadi lebih berat. Setiap tarikan napasnya seperti menghirup kabut yang lengket, mengisi paru-paru dan otaknya.Reno sadar: ini bukan sekadar ruang pengurungan. Ini ruang permainan pikiran.Pelan-pelan, cahaya samar muncul di hadapannya—bukan dari lampu, melainkan dari proyeksi di dinding.Sebuah gambar.Tidak, bukan gambar. Tapi Sebuah rekaman video.Nara.Bukan seperti yang ia lihat tadi.Di video ini, Nara duduk di lantai, matanya sembab. Lalu terdengar suaranya, serak:"Aku... lelah... Aku mau menyerah..."Reno mengepalkan tangan terikatnya, rahangnya mengeras.“Aku tidak percaya ini,” gumamnya. “Ini rekayasa.”Tapi video itu tidak berhenti."Reno... kenapa waktu itu kau membiarkan aku menikah dengan Rama?"Napas Reno tercekat. Kata-kata itu m

  • Gairah Liar Istriku   81. "Kenapa Aku Disini?"

    Gelap.Senja, malam, dan pagi kehilangan warna bentuknya di ruangan ini.Nara tidak tahu sudah berapa lama ia berada di sini. Satu hari? Dua? Tiga? Ia hanya merasa bahwa waktu tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya. Tidak seperti biasanya.Dinding krem pucat yang awalnya bersih kini tampak seperti memudar di matanya. Bukan karena catnya berubah, tapi karena pikirannya sendiri yang mulai kehilangan warna.Ia duduk di lantai, punggung bersandar pada dinding yang dingin. Lututnya ditarik, kedua lengannya melingkari tubuhnya sendiri, seolah memeluk sesuatu yang sudah lama hilang.Suaranya parau saat berbisik, “Aku... kenapa aku di sini?”Tidak ada jawaban.Cermin hitam di seberang ruangan itu masih berdiri di sana. Diam. Sejak pria berseragam putih itu datang, ia tidak pernah melihat siapapun lagi. Hanya cermin dan suara musik yang sesekali berubah nada.Dan musik itu... semakin lama, semakin menipis.Tidak lagi terdengar seperti musik klasik. Lebih mirip bisikan. Seperti ada yang menye

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status