Share

GLPM105

Penulis: Chocoberry pie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-08 22:45:23

Rey tak menjawab. Tapi cemburu dan luka yang mengendap di matanya tak bisa disembunyikan. Hanya diam, tapi diam yang penuh ledakan. Ia menggenggam tangan Aura, menariknya cepat menuruni tangga darurat.

“Aku bisa jalan sendiri,” desis Aura sambil mencoba melepaskan cengkeraman itu.

Tapi Rey tak peduli. Langkahnya cepat, penuh kemarahan yang ditahan. Ia membawanya masuk ke dalam mobil, tak berkata sepatah kata pun sepanjang perjalanan. Hanya rahang yang mengeras, dan mata yang tak mau melihat ke arah Aura sama sekali.

Aura memalingkan wajah ke jendela, diam. Tapi jantungnya berdetak keras. Ia tahu arah jalan ini. Ia tahu Rey sedang tidak rasional. Dan ia tahu, rumah itu, bukan tempat yang seharusnya mereka datangi sekarang.

Mobil berhenti dengan hentakan tajam. Pintu dibuka. Rey menggenggam lengan Aura, menyeretnya masuk ke rumah besar itu. Tak peduli pada lampu yang masih menyala atau para staf yang buru-buru menunduk begitu melihat Rey lewat dengan sorot mata yang tak biasa.

Lalu, pin
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM135

    Langit sudah mulai gelap saat Aura dan Jessy keluar dari lounge hotel. Mereka berjalan cepat ke arah parkiran basement. Tak ada yang bicara selama beberapa detik, sampai akhirnya Jessy menghentikan langkah, memaksa Aura berbalik.“Kau serius?” tanya Jessy dengan napas memburu. “Kau serius panggil dia ‘Mama’ lagi?”Aura menghela napas dengan perasaan lelah. “Aku cuma ... aku butuh waktu untuk memahami semuanya. Dia datang, bawa bros peninggalan Papa, dia nangis, dan ….”“Dan kamu langsung percaya?” potong Jessy, nyaris berteriak. “Aura, come on! Ini Linda! Wanita yang menguasai semua harta Dinata bertahun-tahun tanpa sedikit pun mencarimu! Bahkan di saat kau tinggal di apartemen sempit, hidup sendirian tanpa perlindungan!”Aura mengatup bibirnya. Hatinya kacau.“Aku tahu semua itu, Jess,” jawabnya akhirnya, pelan tapi keras. “Tapi aku juga tahu ... ada sisi yang aku belum dengar. Aku terlalu lama hidup dalam asumsi. Aku capek membenci. Capek mempertanyakan motif orang tanpa pernah bena

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM134

    Cuaca mendung menyelimuti sore itu. Di dalam lounge hotel yang tenang, Aura duduk membelakangi jendela, tangan menggenggam segelas air putih, matanya kosong menatap dinding cermin yang memantulkan bayangan dirinya, namun ia nyaris tak mengenali pantulan dirinya itu sekarang.Satu minggu berlalu sejak kecelakaan. Satu minggu sejak janin dalam perutnya dinyatakan tak dapat lagi dipertahankan. Tubuhnya memang berusaha bangkit dan ia mulai menyibukkan diri di dapur. Tapi di dalam jiwanya masih berantakan.Langkah kaki terdengar. Pelan, ragu, namun elegan. Wanita itu muncul dengan setelan lembut berwarna gading. Rambut disanggul sederhana. Ia menghampiri tanpa suara, lalu berdiri tepat di depan meja Aura.“Terima kasih ... sudah mau menemuiku, sayang,” ucapnya lirih.Aura hanya menatap. Dingin. Waspada.Linda menarik napas, lalu duduk pelan. Suasana hening sesaat. Hanya suara hujan pertama yang menyentuh atap kaca di atas mereka.“Aku tidak ingin bicara soal Dinata,” ucap Linda. “Boleh ...

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM133

    “Bayinya ...?” tanyanya, suara itu lirih, namun begitu tajam menghantam dada Rey.Rey menunduk. Butuh waktu lebih lama dari seharusnya untuk menjawab. Bibirnya terbuka, tapi suaranya hilang di ujung lidah. Ia mengecup punggung tangan Aura sekali lagi, lalu menatap mata istrinya.“Dokter ... sudah berusaha,” ucapnya pelan. “Tapi pendarahanmu terlalu parah, Sayang. Mereka ... mereka tidak bisa menyelamatkannya.”Seketika napas Aura tercekat. Matanya membelalak. Seperti baru saja ditikam dari dalam. Tangannya perlahan ditarik dari genggaman Rey, menutupi perutnya sendiri.“Tidak … tidak mungkin …” bisiknya. “Aku masih merasakannya di sini ….” Tangannya menyentuh perut yang terasa kosong. “Aku masih merasakannya .…”Air mata mulai menggenang di matanya. Hatinya berguncang hebat, seperti badai yang ditahan terlalu lama kini meledak bersamaan.“Aku … sudah bayangkan semuanya … Rey … aku … bahkan belum sempat bicara padanya … belum sempat minta maaf karena sempat ragu .…”Tangisnya pecah.“A

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM132

    Rey merengkuh tubuh Aura yang lemas dalam pelukannya. Dunia di sekelilingnya terasa lambat, bising suara klakson dan teriakan orang-orang menjadi gema jauh di dasar kepalanya. Mata Aura tertutup, kulitnya dingin, dan darah merembes dari bawah tubuhnya, merah pekat seakan mengoyak jiwanya.Sementara itu, dari sudut jalan yang sama, suara benturan lain terdengar.Braakk!Rey menoleh cepat. Sedan hitam yang tadi mencoba menabrak Aura menabrak pembatas jalan dengan keras. Kap mobil ringsek parah, dan kaca depannya retak seperti sarang laba-laba. Kepanikan mulai menyebar di antara warga yang berkumpul.Arga muncul berlari tergopoh mendekatinya, napasnya memburu."Pak Rey, saya sudah lihat pelat nomornya. Itu mobil milik Clarissa," katanya cepat.Rey hanya menunjuk mobil itu, wajahnya pucat namun penuh amarah. "Laporkan ke polisi sekarang. Ini pembunuhan berencana. Kirim rekamannya dari CCTV rumah juga. Aku ingin dia diadili. Seumur hidup.""Siap."Sirine polisi sudah terdengar. Arga menunj

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM131

    Mentari baru saja merayap malu di balik kaca langit-langit ruangan. Sinar jingganya melukis siluet lembut di dinding-dinding pastel, membelai kulit Aura yang masih bersandar di dada Rey. Aroma mawar segar dari sudut ruangan berpadu dengan napas hangat dua insan yang baru saja melewati malam penuh cinta.Pelan, Aura membuka mata. Ia mendapati Rey masih tertidur, wajahnya teduh dengan garis kelelahan samar, namun senyuman kecilnya tidak pernah pergi. Jari-jarinya mengusap pelan dahi Rey, lalu berpindah ke rambut, membelainya seolah ingin menyimpan setiap detik dalam ingatan.“Aku masih hidup, ya?” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar.Dan saat ia hendak bangkit untuk bersiap, lengan Rey menahan pinggangnya, mencium bahunya.“Kamu terlalu cepat meninggalkanku, Sayang,” gumam Rey dengan suara serak, memejamkan mata sejenak. “Setidaknya izinkan aku mengucap selamat pagi yang pantas.”Aura tersenyum kecil, menunduk dan mengecup pipi suaminya. “Selamat pagi, suamiku.”Sebelum pagi itu terlal

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM130

    Lampu-lampu temaram berpendar lembut, memantul di dinding yang kini berwarna pastel muda, menyatu dengan aroma mawar dan lavender yang menyelinap dari sudut ruangan. Di langit-langit kaca, bintang-bintang tampak malu-malu menyapa. Cahaya bulan jatuh samar ke atas ranjang besar berkanopi, di mana Aura dan Rey baru saja berbaring untuk pertama kalinya sejak ruangan itu diubah.Aura mengusap seprai halus di bawahnya, meraba permukaannya yang wangi dan sejuk. Matanya bergerak ke arah dinding yang dipenuhi kolase foto mereka, beberapa momen kecil yang tak pernah ia duga direkam Rey diam-diam. Ia tersenyum lirih.“Ini ruangan paling gila yang pernah aku lihat,” bisiknya sambil menoleh ke Rey yang duduk bersandar di sandaran ranjang, masih dengan kemeja tidur tipis dan rambut acak yang membuatnya terlihat jauh lebih muda.Rey menoleh padanya, menyentuh ujung rambut Aura yang tergerai di bantal. “Gila karena terlalu manis, atau terlalu penuh kamu?”Aura tertawa kecil, lalu menggenggam tangan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status