Share

GLPM106

Penulis: Chocoberry pie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-09 23:12:06

“Aura!”

Tubuh itu jatuh ke lantai dengan suara lembut yang justru menghantam hati Rey lebih keras dari apapun. Air shower masih mengalir ketika ia segera berjongkok dan mengangkat tubuh Aura yang lunglai dalam pelukannya.

Wajah Aura pucat. Bibirnya membiru. Nafasnya lemah.

Tanpa membuang waktu, Rey membopongnya keluar dari kamar mandi. Setiap langkahnya tergesa dan penuh kecemasan. Ranjang besar dengan seprai putih menyambut tubuh istrinya. Dengan tangan gemetar, Rey segera melepas gaun basah yang melekat pada tubuh Aura, lalu menarik selimut tebal dan menyelimutinya.

Namun, tubuh Aura masih menggigil.

Rey menyentuh pipinya. Dingin. Terlalu dingin.

“Tidak … tidak …” desisnya panik. Ia meraih handuk dan mengeringkan rambut Aura, lalu mengecek suhu tubuhnya yang tak kunjung membaik.

Tanpa pikir panjang, Rey mulai melepaskan kemeja dan celana panjangnya yang basah. Tubuhnya kini sama menggigil, namun hanya satu yang penting baginya, Aura.

Ia masuk ke bawah selimut dan segera menarik tub
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM134

    Cuaca mendung menyelimuti sore itu. Di dalam lounge hotel yang tenang, Aura duduk membelakangi jendela, tangan menggenggam segelas air putih, matanya kosong menatap dinding cermin yang memantulkan bayangan dirinya, namun ia nyaris tak mengenali pantulan dirinya itu sekarang.Satu minggu berlalu sejak kecelakaan. Satu minggu sejak janin dalam perutnya dinyatakan tak dapat lagi dipertahankan. Tubuhnya memang berusaha bangkit dan ia mulai menyibukkan diri di dapur. Tapi di dalam jiwanya masih berantakan.Langkah kaki terdengar. Pelan, ragu, namun elegan. Wanita itu muncul dengan setelan lembut berwarna gading. Rambut disanggul sederhana. Ia menghampiri tanpa suara, lalu berdiri tepat di depan meja Aura.“Terima kasih ... sudah mau menemuiku, sayang,” ucapnya lirih.Aura hanya menatap. Dingin. Waspada.Linda menarik napas, lalu duduk pelan. Suasana hening sesaat. Hanya suara hujan pertama yang menyentuh atap kaca di atas mereka.“Aku tidak ingin bicara soal Dinata,” ucap Linda. “Boleh ...

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM133

    “Bayinya ...?” tanyanya, suara itu lirih, namun begitu tajam menghantam dada Rey.Rey menunduk. Butuh waktu lebih lama dari seharusnya untuk menjawab. Bibirnya terbuka, tapi suaranya hilang di ujung lidah. Ia mengecup punggung tangan Aura sekali lagi, lalu menatap mata istrinya.“Dokter ... sudah berusaha,” ucapnya pelan. “Tapi pendarahanmu terlalu parah, Sayang. Mereka ... mereka tidak bisa menyelamatkannya.”Seketika napas Aura tercekat. Matanya membelalak. Seperti baru saja ditikam dari dalam. Tangannya perlahan ditarik dari genggaman Rey, menutupi perutnya sendiri.“Tidak … tidak mungkin …” bisiknya. “Aku masih merasakannya di sini ….” Tangannya menyentuh perut yang terasa kosong. “Aku masih merasakannya .…”Air mata mulai menggenang di matanya. Hatinya berguncang hebat, seperti badai yang ditahan terlalu lama kini meledak bersamaan.“Aku … sudah bayangkan semuanya … Rey … aku … bahkan belum sempat bicara padanya … belum sempat minta maaf karena sempat ragu .…”Tangisnya pecah.“A

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM132

    Rey merengkuh tubuh Aura yang lemas dalam pelukannya. Dunia di sekelilingnya terasa lambat, bising suara klakson dan teriakan orang-orang menjadi gema jauh di dasar kepalanya. Mata Aura tertutup, kulitnya dingin, dan darah merembes dari bawah tubuhnya, merah pekat seakan mengoyak jiwanya.Sementara itu, dari sudut jalan yang sama, suara benturan lain terdengar.Braakk!Rey menoleh cepat. Sedan hitam yang tadi mencoba menabrak Aura menabrak pembatas jalan dengan keras. Kap mobil ringsek parah, dan kaca depannya retak seperti sarang laba-laba. Kepanikan mulai menyebar di antara warga yang berkumpul.Arga muncul berlari tergopoh mendekatinya, napasnya memburu."Pak Rey, saya sudah lihat pelat nomornya. Itu mobil milik Clarissa," katanya cepat.Rey hanya menunjuk mobil itu, wajahnya pucat namun penuh amarah. "Laporkan ke polisi sekarang. Ini pembunuhan berencana. Kirim rekamannya dari CCTV rumah juga. Aku ingin dia diadili. Seumur hidup.""Siap."Sirine polisi sudah terdengar. Arga menunj

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM131

    Mentari baru saja merayap malu di balik kaca langit-langit ruangan. Sinar jingganya melukis siluet lembut di dinding-dinding pastel, membelai kulit Aura yang masih bersandar di dada Rey. Aroma mawar segar dari sudut ruangan berpadu dengan napas hangat dua insan yang baru saja melewati malam penuh cinta.Pelan, Aura membuka mata. Ia mendapati Rey masih tertidur, wajahnya teduh dengan garis kelelahan samar, namun senyuman kecilnya tidak pernah pergi. Jari-jarinya mengusap pelan dahi Rey, lalu berpindah ke rambut, membelainya seolah ingin menyimpan setiap detik dalam ingatan.“Aku masih hidup, ya?” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar.Dan saat ia hendak bangkit untuk bersiap, lengan Rey menahan pinggangnya, mencium bahunya.“Kamu terlalu cepat meninggalkanku, Sayang,” gumam Rey dengan suara serak, memejamkan mata sejenak. “Setidaknya izinkan aku mengucap selamat pagi yang pantas.”Aura tersenyum kecil, menunduk dan mengecup pipi suaminya. “Selamat pagi, suamiku.”Sebelum pagi itu terlal

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM130

    Lampu-lampu temaram berpendar lembut, memantul di dinding yang kini berwarna pastel muda, menyatu dengan aroma mawar dan lavender yang menyelinap dari sudut ruangan. Di langit-langit kaca, bintang-bintang tampak malu-malu menyapa. Cahaya bulan jatuh samar ke atas ranjang besar berkanopi, di mana Aura dan Rey baru saja berbaring untuk pertama kalinya sejak ruangan itu diubah.Aura mengusap seprai halus di bawahnya, meraba permukaannya yang wangi dan sejuk. Matanya bergerak ke arah dinding yang dipenuhi kolase foto mereka, beberapa momen kecil yang tak pernah ia duga direkam Rey diam-diam. Ia tersenyum lirih.“Ini ruangan paling gila yang pernah aku lihat,” bisiknya sambil menoleh ke Rey yang duduk bersandar di sandaran ranjang, masih dengan kemeja tidur tipis dan rambut acak yang membuatnya terlihat jauh lebih muda.Rey menoleh padanya, menyentuh ujung rambut Aura yang tergerai di bantal. “Gila karena terlalu manis, atau terlalu penuh kamu?”Aura tertawa kecil, lalu menggenggam tangan

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM129

    Langit di luar mulai berganti warna. Senja menyusup lembut melalui kaca jendela, mewarnai meja tempat Aura duduk dengan Jessy dan Ricko. Cangkir-cangkir kopi yang mulai menghangat, bercampur dengan aroma vanilla dari pastry yang belum sempat disentuh.“Aku masih nggak bisa percaya si Clarissa bisa setega itu,” gumam Jessy sambil menekuk alisnya, menatap Aura dengan prihatin. “Dia hampir berhasil merusak semuanya, Aura. Termasuk kepercayaan lo ke Rey.”Aura menunduk. “Iya … aku tahu,” jawabnya pelan. “Dan yang paling menyakitkan, dia salah gunain kepercayaan sahabatnya sendiri, Manda, buat kepentingannya sendiri.”Ricko mendengus. “Kita masih belum bisa buktiin seratus persen, tapi dari data yang gue dapet, nama Manda memang muncul di rekam medis asli dari klinik itu. Clarissa cuma jadi topeng. Cerdas sih. Tapi jijik kan.”Aura menatap kosong cangkir kopinya. “Kalau itu benar, berarti Clarissa nggak pernah hamil. Dia cuma numpang dosa buat nut

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status