Dengan gerakan terampil, Valdi menggosokkan kejantanannya di antara paha Anya, merasakan kelembapan yang menggoda. Lubang kenikmatannya sudah basah, siap untuk menerima kehadirannya. Valdi perlahan mendorong, memasuki tubuh Anya, merasakan ketatnya dinding kewanitaannya.
Anya mendengus, tubuhnya mengejang saat Valdi memasuki dirinya. Namun, ia membiarkan Valdi mengambil kendali, membiarkan tubuhnya digoyang oleh gerakan pria di belakangnya. Kedua tangan Anya bersandar di cermin, kepalanya menunduk, menyembunyikan ekspresi wajah yang pasti penuh gairah.
Valdi mulai bergerak, menggenjot dengan penuh tenaga. Setiap hentakan tubuhnya membuat Anya terdorong ke depan, tubuhnya berguncang seiring dengan irama yang diciptakan Valdi. Lubang kenikmatannya terasa sempit, menjepit kejantanan Valdi dengan kuat, seolah tak ingin melepaskan.
Valdi meletakkan tangannya di perut Anya, merasakan kehangatan kulitnya. Ia ingin
Ella meraih kejantanan Valdi dengan tangannya, mengelusnya dengan lembut. Ia merasakan urat-uratnya yang menonjol dan teksturnya yang kasar namun halus saat disentuh. Kehangatan benda itu menjalar ke telapak tangannya. Dengan sedikit keberanian, ia menjilat ujung kejantanan Valdi, lidahnya menyentuh kepala yang basah, membuatnya mendesah panjang, sebuah erangan yang dalam dan memuaskan.Valdi membiarkan Ella bermain-main dengan kejantanannya sebentar, membiarkan gadis itu merasakan setiap lekukan dan kehangatan. Kemudian, ia perlahan mendorongnya ke dalam mulut Ella. Ella adalah murid yang cepat, ia menghisap kejantanan Valdi dengan penuh nafsu, melumat, menggesekkan lidahnya, dan mengisap dengan ritme yang semakin cepat, membuat Valdi mengerang kenikmatan, kepalanya terangkat.Sementara Ella menghisap kejantanannya, Valdi tidak tinggal diam. Tangannya kembali
Di antara temaram cahaya kamar yang remang, aroma keringat, dan pengaruh perangsang yang masih memabukkan, Valdi mengamati Ella yang terbaring telungkup di ranjang. Punggung mulusnya berkilauan oleh keringat, uap tipis masih mengepul dari kulitnya yang memerah, dan napasnya tersengal-sengal, irama jantungnya berpacu seolah baru saja menyelesaikan maraton yang panjang. Sebuah senyum tipis, nyaris tak terlihat namun begitu tajam, terukir di bibir Valdi. Senyum seorang predator yang merasa puas dengan mangsanya, namun juga sadar bahwa permainannya baru saja dimulai. Itu adalah seringai yang menjanjikan lebih banyak, sebuah undangan ke dalam jurang kenikmatan yang lebih dalam."Kamu sungguh nikmat, Ella," bisiknya, suaranya rendah, serak, berbisik dekat telinga gadis itu. Kata-kata itu melesat seperti anak panah panas, menembus setiap sel dalam diri Ella. "Kau tahu itu?"Ella menggeliat kecil, berusaha menyembunyikan wajahnya yang merona di balik bantal. Gerakannya kikuk, penuh rasa malu
Udara dingin Puncak itu sangat menusuk kulit, menyelimuti area villa pribadi Valdi dengan kabut tipis yang merayap dari pepohonan pinus di sekelilingnya. Namun, di dalam vila mewah itu, kehangatan yang memabukkan terpancar dari sebuah jacuzzi semi-terbuka di kamar mandi utama. Uap mengepul tebal, menciptakan selubung misterius yang menyelimuti tubuh Valdi yang kekar. Ia bersandar nyaman di pinggir jacuzzi, matanya terpejam, menikmati sensasi air hangat yang memijat setiap ototnya, melarutkan segala penat dan ketegangan hari. Aroma melati dan kayu cendana samar-samar tercium dari uap air, menambah nuansa relaksasi yang sensual."Tuan..."Suara lembut Ella memecah keheningan yang syahdu, membelai telinga Valdi seperti melodi paling indah. Valdi membuka matanya, kilatan gairah langsung menyala di sana saat melihat Ella berdiri di ambang pintu. Tubuhnya dibalut kimono sutra tipis, kainnya melambai lembut mengikuti setiap hembusan napasnya. Rambut hitam legamnya tergerai indah, membingkai
Hentakan Valdi semakin dalam, semakin beringas. Ia memompa tubuhnya tanpa ampun, mendorong ke seluruh panjang kejantanannya ke dalam lubang sempit Ella. Setiap dorongan adalah desahan, setiap tarikan adalah rintihan. Ella, di bawahnya, merasakan perpaduan aneh antara sensasi terkoyak yang membakar dan desakan dahsyat yang memenuhi setiap lekuk terdalam dirinya. Ia mencengkeram lantai dengan jari-jarinya, punggungnya melengkung secara tidak wajar, kepalanya terlempar ke belakang. Air mata bercampur keringat mengalir dari pelipisnya, tapi di balik itu, ada geliat tubuh yang tak bisa ditahan, sebuah kejang yang mulai memuncak.Farah, dengan mulut penuh, merasakan setiap getaran dari pangkal kejantanan Valdi. Lidahnya memutar, bibirnya mengulum kuat, berusaha meremas setiap tetes kenikmatan dari batang yang kini bekerja keras di dalam tubuh Ella. Ia mendengar jeritan Ella, melihat tubuh itu bergetar hebat di atasnya, namun fokusnya hanya pada satu hal: memuaskan Valdi, dan merasakan kemba
Hawa panas menyesakkan ruangan itu berasal dari aura tegang yang menggantung pekat. Aroma keringat, wine, dan aroma s*x bercampur, menciptakan suasana memabukkan yang merasuk hingga ke sumsum tulang. Di tengah pusaran gairah itu, Farah tidak menyia-nyiakan waktu.Kepalanya menunduk patuh, rambut hitamnya yang ikal menjuntai menutupi wajahnya, menyembunyikan kilatan mata yang bercampur antara kepasrahan dan keinginan membara. Tangannya yang mungil, dengan kuku-kuku terawat, bergerak nyaris robotik, mengitari pangkal kejantanan Valdi. Jemarinya melingkar erat, merasakan denyut nadi di sana, sebelum bibir merahnya yang basah—masih membawa jejak wine dan ciuman sebelumnya—menyelubungi ujungnya. Ia mengisap dalam-dalam, dengan sentuhan lidah yang luwes dan penuh keahlian, menarik dan mendorong, memutar dan menjilat. Setiap gerakannya dihitung, seolah mencari sisa-sisa Celine, wanita yang baru saja Valdi puncaki, ingin menghapus jejak itu dengan sentuhan bibirnya sendiri. Rasa asinnya kerin
Tepat saat kejantanan kecil Ella menembus liang sempit Farah, dunia di ruangan itu meledak dalam simfoni desahan. Jeritan tertahan Farah menjadi satu dengan pekikan melengking Mayang yang tubuhnya kejang hebat di bawah Valdi. Di sampingnya, Celine tersentak, punggungnya melengkung seperti busur panah saat jari-jari Valdi yang tanpa ampun menghancurkan pertahanannya, mengirimkan gelombang kejut kenikmatatan yang brutal dan tak terduga ke seluruh tubuhnya.Puncak itu datang seperti sambaran petir. Keras, cepat, dan tanpa basa-basi. Matanya terbelalak, napasnya tercekat di tenggorokan, dan seluruh ototnya menegang hingga terasa sakit. Valdi tidak berhenti. Bahkan saat tubuh Celine masih gemetar hebat, ia menarik jarinya keluar, meninggalkan rasa kosong yang menyiksa.Dengan satu gerakan penuh kekuatan, Valdi menarik kejantanannya keluar dari tubuh Mayang yang kini terkulai lemas, terengah-engah dalam kepuasan total. Gadis lugu itu terbaring tak berdaya, matanya sayu menatap langit-langit