Share

Bab 151

Author: kodav
last update Last Updated: 2025-06-03 11:00:54

Hawa lembap kamar mandi masih terasa dingin di kulit, namun suhu di ruangan itu perlahan naik, membara karena sentuhan yang bukan sekadar sentuhan. Valdi mengusap kepala Mayang yang basah, jemarinya menyusuri helai rambut lembut itu, merayap turun ke pipi yang kini basah bukan lagi karena air, melainkan karena rona tipis yang mulai muncul. Senyum perlahan terukir di bibir Valdi, senyum yang penuh arti, senyum kemenangan seorang predator yang telah menguasai mangsanya. Ini bukan sekadar pelepasan ketegangan fisik setelah sekian lama terbaring koma. Ini adalah permainan kekuasaan yang halus, mematikan.

"Mayang," bisiknya, suaranya serak, dalam, dan membius. Ada nada perintah yang tersembunyi di balik kelembutan itu. "Om kasih tau gimana caranya Mayang bantu Om lebih dari yang tadi siang ya?"

Mayang mengangguk, matanya sedikit membulat. Bukan karena takut, tapi di

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 156

    DRRRTTT! DRRRTTT!Dering ponsel yang keras dan berulang dari nakas di samping ranjang itu seketika merobek gelembung intim yang baru saja membungkus Valdi dan Mayang. Valdi tersentak, tubuhnya kaku mendadak. Mayang membeku di pelukannya, desahannya yang murni terhenti di tenggorokan, mata polosnya mengerjap-ngerjap kaget oleh suara mendadak itu.Wajah Valdi seketika berubah masam, rahangnya mengeras menahan kekesalan yang membuncah. Betapa bodohnya ia membiarkan ponsel itu di sana. Tapi Mayang, dengan polosnya yang tak terusik oleh emosi kusut Valdi, justru terkikik geli melihat ekspresi Valdi yang tiba-tiba seperti anak kecil direbut permen."Om, angkat dulu aja," ucap Mayang lembut, suaranya sedikit serak oleh sensasi yang masih tersisa, "Takutnya penting, hihihi." Dia berusaha terlihat tenang, meski tubuhnya masi

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 155

    Di tengah kepanikan sesaat itu, pandangan Mayang justru tertuju pada wajah Valdi. Wajah yang kini tampak jauh lebih tenang, napasnya masih memburu namun ada semacam kelegaan. Melihat itu, entah bagaimana, rasa cemas Mayang perlahan sirna, terganti oleh perasaan aneh... ya, ada semacam kepuasan yang ikut merayap di dadanya. Dia berhasil membuat Valdi merasa lebih baik. Dia berhasil! Rasa bangga, sekali lagi, menyusup ke dalam hatinya.Lalu, perhatiannya kembali pada sensasi hangat dan kental di mulutnya. Cairan ini... cukup banyak. Apa yang harus dia lakukan? Pemikiran yang sederhana adalah... membuangnya? Tapi di mana? Dia tidak mau mengotori Valdi dia juga tidak mau mengotori seprai putih bersih yang baru diganti semalam.Tanpa sadar, lidahnya sedikit mengecap cairan itu. Oh. Rasanya... aneh. Agak asin, hangat, dan... ternyata tidak begitu buruk seperti yang d

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 154

    Ketika Mayang menutup matanya dan menenggelamkan wajahnya di bantal, dunia seakan berhenti berputar baginya. Jantungnya masih berdegup kencang, serasa ingin melompat keluar dari rongga dada. Malu. Rasa panas menjalar dari pipi hingga ke seluruh tubuhnya. Ia benar-benar tidak berani menatap lagi ke arah Valdi setelah melontarkan pengakuan paling jujur dan paling memalukan seumur hidupnya.Malu, ya Tuhan, ia sangat malu. Ia tidak sanggup membayangkan bagaimana raut wajah Valdi setelah mendengar pengakuannya tadi. Apa Valdi akan menolaknya? Menertawakannya? Atau malah...Pikiran Mayang terhenti ketika ia merasakan gerakan lain. Perlahan, sebuah kehangatan lembut menyelimuti mereka. Selimut. Valdi menarik selimut untuk menutupi mereka berdua. Cahaya di kamar terasa semakin pudar, meredup, menciptakan suasana yang intim dan... entah kenapa, terasa sakral bagin

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 153

    "Om...?" bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar, pasrah. Mata polosnya menatap Valdi yang kini mengulurkan tangan.Valdi meraih pergelangan tangan Mayang. Sentuhannya lembut, namun tarikannya begitu pasti. Mayang terdorong, terduduk di sisi ranjang, di sampingnya. Kehangatan tubuh Valdi terasa di kulitnya."Mayang... temenin Om ya..." bisik Valdi, tatapannya mengunci mata Mayang, menciptakan gelembung intim di antara mereka. Ada nada rapuh dalam suaranya yang membuat Mayang sedikit luluh."Hmmm...?" Mayang hanya bisa bergumam, otaknya masih mencerna. Menemani? Di sini? Dengan keadaan seperti ini?Sebelum Mayang sempat bertanya, Valdi menariknya lagi, kali ini lebih kuat. Mayang kehilangan keseimbangan, ambruk di ranjang, berbaring di sampingnya. Tangan Valdi yang lain c

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 152

    Mayang, dengan mata sayu yang masih berkaca-kaca menahan sisa gelombang sensasi, menatap Valdi. Bibir mereka sangat berdekatan, napas panas saling bertukaran, memantulkan debar jantung yang masih menggila."Om... Om..." Desahan lirih itu lolos dari kerongkongan Mayang, suaranya basah dan parau.Dan entah keberanian dari mana, keberanian yang lahir dari kebingungan yang nikmat, dorongan asing yang baru pertama kali ia rasakan, Mayang memberanikan diri. Ia mencondongkan tubuhnya sedikit lagi, membasuh bibir Valdi dengan bibirnya sendiri, lalu menghisapnya. Di saat yang sama, seluruh tubuhnya menegang hebat di pangkuan Valdi, pinggulnya bergerak liar seolah mencari pusat sensasi tadi. Sebuah lenguhan tertahan keluar dari bibirnya yang semakin dalam menghisap bibir Valdi – sebuah lenguhan murni pelepasan, pengakuan tak terucap bahwa ia telah menemukan 'puncak

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 151

    Hawa lembap kamar mandi masih terasa dingin di kulit, namun suhu di ruangan itu perlahan naik, membara karena sentuhan yang bukan sekadar sentuhan. Valdi mengusap kepala Mayang yang basah, jemarinya menyusuri helai rambut lembut itu, merayap turun ke pipi yang kini basah bukan lagi karena air, melainkan karena rona tipis yang mulai muncul. Senyum perlahan terukir di bibir Valdi, senyum yang penuh arti, senyum kemenangan seorang predator yang telah menguasai mangsanya. Ini bukan sekadar pelepasan ketegangan fisik setelah sekian lama terbaring koma. Ini adalah permainan kekuasaan yang halus, mematikan."Mayang," bisiknya, suaranya serak, dalam, dan membius. Ada nada perintah yang tersembunyi di balik kelembutan itu. "Om kasih tau gimana caranya Mayang bantu Om lebih dari yang tadi siang ya?"Mayang mengangguk, matanya sedikit membulat. Bukan karena takut, tapi di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status