Valdi menatap Celine dengan rasa penasaran yang semakin besar. Senyum kecil Celine dan tingkahnya yang terlihat berbeda sejak tadi membuat Valdi semakin ingin tahu.
“Senyum lagi, apa? Penasaran gue sepanjang hari,” ujar Valdi dengan nada lembut namun mendesak.
Celine menggigit bibir bawahnya, tampak sedikit ragu namun akhirnya berbicara dengan suara pelan. “Hmm… gue… gue telat…” bisiknya sambil menyandarkan kepalanya di dada bidang Valdi, membiarkan kata-katanya tenggelam dalam keintiman mereka. Lalu, dengan gerakan lembut, dia mematikan shower.
“Telat?” Valdi mengernyit, masih mencoba mencerna maksud dari ucapan Celine.
Celine hanya tersenyum, mengambil handuk dan mulai mengeringkan tubuh mereka berdua. Sambil sesekali mencuri pandang ke arah Valdi, dia terlihat lebih tenang, namun jelas ada sesuatu yang besar di pikirannya.
Di antara kedua kakinya, kepala Valdi terbenam, bibirnya bergerak lembut namun rakus, melahap setiap lipatan sensual Celine dengan keinginan yang tak tertahankan. Lidahnya menjelajahi lubang kenikmatan Celine, menemukan titik-titik sensitif yang membuat Celine menggeliat perlahan, napasnya menjadi lebih berat, dan desahan pertama keluar dari bibirnya yang setengah terkatup.“Valdi…” Celine berbisik pelan, suaranya patah oleh kenikmatan yang merambat di tubuhnya. Erangan lembut keluar saat Valdi semakin dalam, lebih rakus. Tangannya menyentuh rambutnya, jemarinya menggenggam pelan di antara helaian rambut Valdi, seolah tak ingin dia berhenti.Valdi mendongak sebentar, tatapan matanya bertemu dengan Celine yang kini sepenuhnya terjaga, matanya masih penuh gairah dan sedikit linglung dari sensasi yang baru saja mulai. “Morning, gorgeous,” gumamnya dengan senyum nakal, sebelum kembali menenggelamkan wa
Keesokan harinya, meski tubuhnya diterpa keletihan setelah malam yang begitu panjang dan intens, Valdi tetap tampil dengan profesionalisme yang luar biasa. Pemotretan berjalan dengan lancar, dan meskipun matanya sedikit lelah, dia tak membiarkan hal itu mengganggu kinerjanya. Setiap pose yang ia lakukan di depan kamera tampak sempurna, gerakan tubuhnya tegas dan memikat, memperlihatkan mengapa ia berada di puncak industrinya.Serafina memperhatikan dari samping, kagum pada Valdi yang mampu menjaga fokusnya setelah malam sebelumnya yang begitu liar. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar kekaguman profesional di matanya; Valdi tidak hanya membuat pemotretan berjalan mulus, tetapi juga menunjukkan ketenangan dan kontrol yang menegaskan kepribadiannya yang kuat. Serafina tersenyum kecil setiap kali Valdi berpose sempurna, menyadari bahwa ia telah menemukan lebih dari sekadar subjek kerja—ia menemukan seseo
Valdi menyeringai, menikmati setiap gerakan Serafina yang semakin berani. Kocokan jemarinya yang lembut tapi kuat di tubuhnya membuat napasnya sedikit tertahan. Namun, ia tetap tenang, membiarkan Serafina terus menggoda sambil merasakan genggaman erat jemari Celine di tangan kanannya—sebuah penghubung yang seolah memberinya kendali penuh atas situasi ini."It's depends," balas Valdi dengan senyum licik, suaranya rendah dan penuh godaan. Mata tajamnya tidak lepas dari Serafina, yang sepertinya semakin penasaran dan tak sabar menunggu jawabannya.Serafina mendesah kecil, menggigit bibirnya sambil menatap Valdi dengan mata penuh tantangan. "Ishh... Valdi, kamu bener-bener bikin aku penasaran... Depend on what, Valdi?" tanyanya, kali ini dengan suara yang lebih rendah dan penuh hasrat. Dia mengubah posisinya, tubuhnya semakin dekat, lalu tanpa ragu, wajahnya
Valdi masuk dengan lembut namun pasti, membiarkan Celine merasakan setiap inci dirinya. Napas Celine tertahan, kepalanya terlempar ke belakang saat tubuhnya merespons masuknya Valdi. Dia menggeliat sedikit, merasakan sensasi yang begitu dalam dan intens, tubuhnya menerima Valdi dengan hangat. Valdi mulai bergerak perlahan, memulai ritme baru di dalam Celine, sementara Serafina masih terkulai lemas di atasnya, tubuh mereka bertiga kini terhubung dalam pusaran gairah yang semakin liar dan tak terbendung.Serafina kini berbaring di sebelah Celine, napasnya masih belum sepenuhnya teratur setelah puncak kenikmatan sebelumnya. Celine, yang masih merasakan intensitas dari setiap gerakan Valdi, memutuskan untuk mengubah posisi mereka. Dengan lembut, dia merangkak di atas tubuh Serafina, menempatkan dirinya dalam posisi menungging, sementara Serafina memeluk tubuhnya erat, tangan mereka saling bertaut seolah ingin menyatukan setiap inci kulit mereka.
Serafina mendorong Celine perlahan ke tempat tidur dengan kontrol penuh, senyum penuh arti yang tak pernah lepas dari wajahnya. Kain sprei yang lembut di bawah tubuh Celine seolah menjadi panggung untuk permainan sensual yang semakin memanas. Dengan anggun, Serafina mengarahkan tubuh Celine untuk membuka kedua kakinya, jemari lentik Serafina menyusuri paha halus Celine dengan lembut namun penuh kendali, seolah mengukir jejak yang membara di kulitnya.Valdi, yang berdiri tak jauh, memperhatikan dengan intens, tatapan matanya semakin dalam saat Serafina mulai mendominasi, mengambil alih seluruh dinamika. Suara napas berat Celine mulai memenuhi ruangan saat tubuhnya terentang di bawah Serafina, sepenuhnya terbuka dan rentan, namun dipenuhi oleh gairah yang tak bisa ia abaikan. Jemari Serafina mengelus paha Celine dengan gerakan lembut, lalu mendekatkan tubuhnya, merapatkan tubuh telanjangnya ke tubuh Celine.Tanpa ragu, Serafina me
Serafina menarik napas dalam, senyum misterius masih melekat di wajahnya. "Alright, sweetie, let's get down to brass tacks before we dive into the juicy details," katanya dengan nada menggoda, matanya beralih dari Valdi ke Celine, lalu kembali ke Valdi."Kamu sudah dengar pesanku dari Kirana?" tanya Serafina, suaranya rendah namun penuh kontrol.Valdi mengangguk ringan. "Tentang endorsement?" balasnya dengan tenang.Serafina mengangkat alis dan tersenyum lebih lebar. "This long-term contract is all about that fat cash and getting mad famous! I'm gonna blow you up and make you a freakin' legend, sweetie," ucapnya dengan nada penuh percaya diri, seolah ia tak pernah mengalami penolakan sebelumnya.Valdi terkekeh pelan, menoleh ke arah Celine yang tersenyum tipis, mengetahui bahwa sepupunya ini bukan orang biasa. Valdi memiliki kekayaan yang jauh melampaui apa yang ditawarkan Serafina, bahk
Setelah pemotretan selesai, Kirana menghampiri Valdi dengan senyum penuh profesionalisme. "Mas, jam 7 malam, ditunggu Miss Serafina di hotel untuk membicarakan kontrak, tapi mungkin hanya dengan Miss Serafina aja," katanya sambil menyampaikan pesan dengan nada serius."Ok, no problem," jawab Valdi dengan senyum ringan sambil merapikan pakaiannya setelah berganti.Evan yang berdiri tak jauh ikut menambahkan, "Mas, semoga ke depannya masih terus ya... Pemotretan ini paling singkat loh mas, biasanya fotografer Spanyol, Mateo Serrano, paling rese. Sering marah-marah, kalau belum dapet hasil, bisa sampai malem pake lampu segala. Tapi tadi beda banget, senyam-senyum terus."Valdi tertawa kecil. "Kebetulan aja, bro. Cuman gue nggak janji ya," balasnya dengan santai."Siap, mas," Evan mengangguk sambil tersenyum, walau jelas ada harapan terselip di balik ekspresinya.Setelah
Pagi itu, Valdi terbangun dan mendapati Celine masih terlelap, memeluk tubuhnya erat seakan enggan terlepas. Valdi tersenyum kecil, memikirkan betapa dalam hubungan mereka telah berkembang, jauh melebihi apa yang pernah ia bayangkan. Dengan lembut, dia mendekatkan bibirnya, menghisap bibir bawah Celine perlahan.Celine mengerjap halus saat merasakan ciuman Valdi, menarik napas panjang, lalu balas mencium Valdi sambil mempererat pelukannya, tubuhnya seolah enggan berpisah.Setelah beberapa saat dalam keintiman, Valdi berbisik lembut, "Morning, honey."Celine tersenyum, menggigit bibir bawahnya dengan genit. "Morning," balasnya, senyum manisnya tak bisa disembunyikan. Ia menatap Valdi dengan tatapan penuh rasa sayang dan berkata, "Ahh, gue makin sayang lo..." bisiknya manja sebelum kembali mengecup Valdi, seakan tak ingin momen itu berakhir.Valdi tersenyum lembut dan menatapnya penuh perh
Valdi menatap Celine dengan rasa penasaran yang semakin besar. Senyum kecil Celine dan tingkahnya yang terlihat berbeda sejak tadi membuat Valdi semakin ingin tahu.“Senyum lagi, apa? Penasaran gue sepanjang hari,” ujar Valdi dengan nada lembut namun mendesak.Celine menggigit bibir bawahnya, tampak sedikit ragu namun akhirnya berbicara dengan suara pelan. “Hmm… gue… gue telat…” bisiknya sambil menyandarkan kepalanya di dada bidang Valdi, membiarkan kata-katanya tenggelam dalam keintiman mereka. Lalu, dengan gerakan lembut, dia mematikan shower.“Telat?” Valdi mengernyit, masih mencoba mencerna maksud dari ucapan Celine.Celine hanya tersenyum, mengambil handuk dan mulai mengeringkan tubuh mereka berdua. Sambil sesekali mencuri pandang ke arah Valdi, dia terlihat lebih tenang, namun jelas ada sesuatu yang besar di pikirannya.