Home / Urban / Godaan Penghuni Kos Puteri / Persiapan Menyusun Rencana

Share

Persiapan Menyusun Rencana

Author: NomNom69
last update Last Updated: 2025-12-13 15:46:48

"Yaudah, ku simpen dulu ini barang." Ucap Raga sambil mengambil barang itu dan mengantonginya lagi.

"Oke, Ga. Terus perlu ku bilang ke Martin gak nih?" Ucap Lqura.

"Nanti dulu, Ra. Mending internal kita aja dulu, paling kita infoin ke Tante Maya aja buat antisipasi." Ucap Raga.

"Yaudah, Ga. Kamu aja yang ngomong ke Kak Maya ya." Kata Laura yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Oke." Singkat Raga sambil mengangkat tangannya melambai dan melangkah menuju gerbang.

****

Suasana siang ini di kosan terasa penuh dengan kecurigaan dan kekhawatiran yang menyelimuti Raga dan Laura. Raga berjalan dengan langkah pelan sambil terus memikirkan barang haram ini.

"Kak, mau kemana?" Sapaan itu membuat lamunan Raga seketika buyar, Raga mengangkat wajahnya yang semula menunduk, lalu mengarah ke sosok Anita yang baru saja masuk dari gerbang.

"Eh, Anita? Ini mau ke rumah Tante Maya dulu, mau makan." Ucap Raga berusaha tenang.

"Oh gitu.." Singkat Anita, sempat terhenti seperti ada yang ing
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Memastikan Wulan x Rencana bangun Kosan

    Saat sore menjelang malam, Raga duduk di ruang tamu rumah Tante Maya. Ia menyandarkan punggung di sofa sambil menatap televisi yang menyala tanpa benar-benar ia tonton. Lampu rumah sudah dinyalakan, membuat suasana sedikit terang.Ponselnya bergetar. Sebuah pesan WhatsApp dari Wulan masuk.“Maaf Mas, HP-ku lowbat. Ini baru sampai kosan.”Raga menatap layar sebentar, lalu membalas sambil menghela napas ringan.“Oh gitu, yaudah kalau gitu.”Tak lama kemudian, notifikasi kembali berbunyi.“Emang kenapa, Mas?”Raga mengetik singkat, ibu jarinya bergerak cepat.“Gak apa-apa, Wulan.”Ponsel itu ia letakkan di sampingnya tepat saat suara mobil terdengar dari depan rumah. Beberapa detik kemudian, Laura dan Tante Maya masuk. Wajah mereka terlihat sedikit lelah, tapi senyum tipis masih melekat.Laura melepas sepatunya lalu menoleh ke arah Raga.“Nah tuh, Kak. Pas ada Raga,” katanya sambil menunjuk.“Ngomong aja langsung.”Raga mengangkat alis, lalu menoleh ke arah Tante Maya.“Ngomong apaan?”T

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Keputusan Raga dan Laura

    Raga bergerak cepat. Ia meraih pakaiannya, mengenakannya asal tapi rapi, lalu membuka pintu kamar Gita dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. “Mas, mau ke mana?” suara Gita terdengar pelan dari baliknya. Ia masih berdiri di dekat ranjang, dasternya dirapikan seadanya. “Mau liat Anita ke mana,” jawab Raga singkat sambil terus melangkah. “Aku ikut,” kata Gita refleks. Raga berhenti sejenak, menoleh. “Jangan. Kamu di sini aja. Aku bentar, nanti balik lagi.” Nada suaranya tegas tapi tenang. Gita tahu ia tidak bisa memaksa. Ia hanya mengangguk, ada cemas di wajahnya. “Yaudah… kamu hati-hati, Mas.” Raga sudah keburu keluar. Ia melangkah cepat menyusuri lorong. Begitu sampai di halaman, ia menghela napas, lalu berjalan menuju gerbang. Pintu gerbang sudah tertutup rapat, Raga membuka sedikit gerbang untuknya keluar. Raga melongok ke kanan. Jalanan sepi, hanya lampu jalan yang menerangi malam itu. Ia melangkah keluar, tanpa menutup kembali gerbang, lalu berjalan menyu

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Anita keluar Malam x Malam Berkeringat

    Malam itu saung kosan terasa lebih dingin biasanya. Lampu kuning yang tergantung di sudut atap memancarkan cahaya temaram, cukup untuk menerangi wajah Raga yang sedang duduk sendirian. Di tangannya ada secangkir kopi hitam yang uapnya masih naik tipis, sementara sebatang rokok menyala pelan, apinya sesekali meredup tertiup angin malam. Raga menyandarkan punggungnya ke tiang kayu saung. Suara jangkrik terdengar jelas, bercampur dengan sesekali bunyi kendaraan dari luar gerbang. Pikirannya melayang, masih berputar pada hal yang saat ini sedang di selidiki, terutama soal Anita. Ia menghela napas pelan, lalu menyesap kopinya. Langkah kaki terdengar dari arah tangga. Raga menoleh. Ningsih muncul dari lantai dua, menuruni tangga dengan langkah santai. Ia mengenakan daster sederhana yang dibalut sweater, kedua tangannya sesekali mengusap lengannya, menahan dingin. Rambutnya tergerai rapi, wajahnya terlihat tenang. “Seneng banget ngopi sendirian sih, Mas?” suara Ningsih memecah sepi.

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Jeblosin Lagi?

    Menjelang sore, mobil yang mereka tumpangi melaju tenang meninggalkan kawasan rumah Sulis. Cahaya matahari mulai condong ke barat, memantul di kaca depan. Sejak beberapa menit lalu, Raga lebih banyak diam, fokus ke jalan, sementara Laura bersandar sambil sesekali menoleh ke arah kaca. Laura menoleh lebih dulu. “Jadi gimana?” tanyanya hati-hati. “Kita langsung infoin ke Martin, atau nunggu dulu?” Raga tidak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang, matanya tetap lurus ke depan. “Aku masih mikir, Ra. Info dari Sulis itu masih mentah banget. Dia sendiri bilang itu yang dia tahu sekitar setahun lalu.” Laura mengangguk pelan. “Iya sih. Belum tentu sekarang titiknya masih sama." “Makanya,” lanjut Raga. “Aku mikir gini. Kalau nanti ada waktu dan Anita keluar kosan lagi, aku pengin ngikutin dia. Siapa tau dia transaksi. Kalau titik temu sesuai sama yang Sulis ceritain, baru kita bisa gerak. Mungkin baru masuk akal buat minta bantuan Martin.” Laura memandang Raga cukup lama, lal

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Informasi x Sulis

    Minggu siang itu, Raga dan Laura lebih dulu berpamitan pada Tante Maya. Raga dan Laura beralasan mau keluar sebentar ke rumah teman karena ada perlu. Tante Maya mengangguk saja, "Sore udah balik ke kosan ya." "Siap." Ucap Raga dan Laura. Mobil berhenti di depan sebuah rumah sederhana di pinggir jalan kampung. Dari luar sudah terlihat Sulis duduk santai di teras, mengenakan sarung dan baju koko. Secangkir kopi mengepul di tangannya, rokok terselip di antara jari-jarinya. Wajahnya terlihat jauh lebih tenang dibandingkan terakhir kali Raga bertemu dengannya. Begitu melihat Raga dan Laura turun dari mobil, Sulis langsung bangkit berdiri. Senyumnya mengembang lebar, langkahnya cepat menghampiri. “Raga? Makin kece aje gue liat,” ucapnya sambil menepuk bahu Raga, lalu menariknya ke dalam pelukan singkat. “Bisa aja lu, Lis. Sehat lu?” jawab Raga sambil membalas pelukan itu. Sulis lalu menoleh ke Laura. “Halo, Ra. Tambah cantik aje,” katanya sambil tersenyum sopan. Laura membal

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Bukti di kamar Anita

    Siang itu, Raga baru saja selesai mandi. Ia belum sempat duduk, pintu depan sudah terbuka lebih dulu, dan Laura masuk sambil melepas sandal. “Ga,” kata Laura sambil mengangkat ponselnya, “aku udah dapet kontaknya si Sulis.” Raga menoleh, sedikit kaget. “Dapet dari mana?” tanyanya sambil duduk di sofa. “Minta sama Intan,” jawab Laura santai sambil ikut duduk. “Ternyata dia nyimpen.” Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan, “Cuma… aku belum berani nelpon.” Raga mengangkat alis. “Oh iya, Intan ya. Aku gak ngeh kalo Intan nyimpen. Terus kenapa gak berani nelpon?” Laura menghela napas kecil. Ia memutar ponsel di tangannya, tampak ragu. “Takut salah ngomong. Lagian aku gak terlalu deket sama dia.” Raga berpikir sebentar, lalu berkata pelan, “Biar aku aja yang nelpon.” Laura langsung menoleh. “Kamu?” “Iya,” jawab Raga ringan. “Lebih aman. Kalo kamu yang nelpon terus yang ngangkat istrinya, ribet. Bisa dikira kamu selingkuhannya Sulis lagi.” Laura tertawa kecil, menggeleng. “N

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status