Sekembalinya Leon dari unit apartment Evita ke kantornya, dia menyuruh Gio dan Adri ikut masuk ke ruangannya. Dia punya tugas untuk kedua sekretarisnya itu.
"Adri, Gio, aku ingin kalian menyelidiki Belvin Alexander Young, dia CEO Young Entertainment. Aku butuh laporan mengenai kehidupan pribadinya terutama hubungannya dengan para wanita. Dokumentasikan dengan foto kalau bisa," ujar Leon sambil menautkan jarinya sambil menggoyangkan kursinya ke kanan ke kiri.
"Siap, Pak," jawab Adri dan Gio serempak.
"Kalian boleh pergi sekarang. Apa masih ada janji temu dengan klien sore ini?" tanya Leon sebelum kedua sekretarisnya pergi dari ruangannya.
"Tidak ada, Pak. Mungkin Bapak ingin membaca penawaran terbaru granit dan marmer dari PT. Pesona Batu Alam. Mereka menawarkan harga promosi untuk kontrak khusus bulan ini," saran Adrian.
"Oke, akan kubaca, Adri. Terima kasih," jawab Leon lalu memberi kode dengan tangannya agar mereka berdua keluar dari ruangannya.<
Sesudah mengakhiri teleponnya dengan Leon, gadis itu pun menghubungi nomor Belvin tunangannya. Dia harus mengakhiri pertunangan mereka yang sudah berjalan selama hampir 5 tahun. Alasannya menunda pernikahannya dengan Belvin disebabkan karena kesibukan mereka berdua. Evita ingin memberi kesempatan kekasihnya itu untuk fokus dengan pekerjaannya.Namun, kini justru dia harus mengakhiri pertunangan mereka karena pria lain yang baru kurang dari seminggu dia kenal. Rasanya begitu konyol di pikirannya. Leon menariknya begitu kuat dengan kekuatan finansialnya.Sebenarnya hubungan antara dokter ahli jiwa dan pasien secara romantis itu dilarang karena dapat menyebabkan bias opini. Evita pun sangat paham tentang hal itu. Tapi, dia tetap melanggar kode etik itu demi mamanya. Leon telah membayar lunas perawatan kesehatan mamanya, bahkan mentransfer pembayaran unit apartment miliknya 800 juta. Ini seperti sebuah transaksi saja baginya.Evita menegarkan hatinya demi apapun itu
Mendengar suara Leon memanggilnya, Evita pun menoleh ke belakang. Mereka saling bertatapan dengan jarak 3 meter. Menunggu siapa dulu yang akan bergerak, akhirnya Leon yang menghampiri Evita."Naiklah ke penthouse-ku, Eve. Aku ingin berbicara denganmu," ujar Leon lalu menggandeng tangan Evita dan berjalan ke lift.Evita menurut saja, dia masih merasa hampa karena baru saja mengakhiri hubungannya dengan Belvin yang telah berjalan sekitar 5 tahun. Bagaimanapun dia telah berbagi banyak kenangan pahit dan manisnya sebagai kekasih dengan Belvin. Itu bukan hal yang mudah dilupakan."Kenapa kau terdiam dari tadi, Eve Sayang? Apa kau merasa sedih telah mengakhiri hubunganmu dengan Belvin?" tanya Leon menyelidik sambil melirik ke wajah Evita yang berdiri di sebelahnya.Evita berdehem, dia tak bisa berbohong. "Ya, itu tidak mudah bagiku."Akhirnya, mereka sampai di lantai 50. Mereka pun keluar dari lift dan menuju ke salah satu dari tiga pintu yan
Ketika Evita menggeliat karena terbangun dalam posisi dipeluk erat oleh seseorang, dia pun tersadar bahwa semalam dia tidur di penthouse Leon bersama pria itu. Sementara itu kandung kemihnya penuh dan harus segera dikosongkan.Evita mencoba mengangkat lengan kekar Leon yang melingkari pinggangnya dengan posesif. Ternyata sangat kuat dan sulit dilepaskan. 'Apa Leon takut aku kabur?' batin Evita masih berusaha melepaskan dirinya dari dekapan Leon."Uumhh Eve, kenapa bergerak-gerak?" tanya Leon setengah sadar dan masih mengantuk."Leon, lepaskan aku kalau kau tidak ingin ranjangmu kuompoli, aku mau pipis sekarang!" ancam Evita karena sudah tak tahan lagi.Leon pun segera melepaskan lengannya dari tubuh Evita. Gadis itupun lari terbirit-birit ke kamar mandi.Akhirnya, kantuk Leon hilang karena Evita sudah beranjak dari sisinya. Dia pun melangkah ke kamar mandi untuk mengecek kondisi gadis itu."Kamu baik-baik saja 'kan, Eve?" serunya
"Hmmphh ... oohh my baby ...," erang Leon sembari menarik Evita menempel ke tubuhnya pagi itu.Dia tidak ingin berolahraga pagi seperti biasanya, dia masih ingin bermanja-manja dengan Evita. Gadis itu sudah bangun dari tadi, tetapi lengan kekar Leon menahannya hingga tak dapat bergeser sedikitpun. Evita membelai belakang kepala Leon dengan lembut, itu salah satu jenis terapi untuk menaikkan kadar hormon endorfin yang bagus untuk mood booster.Evita tahu bahwa Leon adalah seseorang yang mudah marah, kecuali bersamanya mungkin, dia memang belum pernah melihat Leon marah. Namun, di histori data pasien yang didapat ketika mengisi kuisioner awal. Memang sangat parah, nyaris mengerikan, batin Evita.Hasil kuisioner itu memberikan data padanya bahwa Leon pernah memukuli orang hingga orang tersebut nyaris mati. Ada lagi menembak orang beberapa kali karena bersengketa, tetapi pihak kepolisian membebaskannya karena jaminan pengacara dan orang yan
Demi menjaga kesehatan fisik dan mentalnya, Leon membiarkan Evita mandi sendiri. Rasanya dia tak sanggup menahan dirinya untuk tidak menyentuh Evita bila mereka sama-sama berada di bawah shower tanpa sehelai kain pun.Gadis itu benar-benar berbeda dengan gadis-gadis lain yang pernah dia kencani dan berakhir di ranjangnya. Biasanya segalanya begitu praktis tanpa melibatkan perasaan. Tapi, kali ini dia benar-benar seperti hilang akal.Seingatnya Evita sudah memintanya untuk bercinta dengannya sejak semalam. Namun, Leon masih ragu terus-menerus dan menolak permintaan Evita hingga gadis itu merajuk pagi ini.Leon berpikir mungkin sebaiknya dia meminta Adri memindahkan pakaian Evita ke penthouse miliknya. Dia ingin bersama Evita dan mengenalnya lebih dekat lagi. Mereka seperti orang asing satu sama lain. Dia pun teringat bahwa yang mengirim Leon ke praktik Dokter Evita adalah papinya.Ahh! Ini pasti rencana papinya untuk membuatnya mengejar Evita.
Akhirnya, setelah pengendalian diri yang begitu kuat, Leon berhasil melepaskan Evita dan berangkat ke kantornya. Sepertinya baru kali ini dia mengalami jatuh hati pada seorang wanita, biasanya hanya tersangkut di mata dan tidak turun ke hatinya.Ketika keluar dari lift lantai 30 gedung kantor Indrajaya Realty cabang Jakarta Pusat, Adrian dan Giorgio, kedua sekretaris pribadinya itu berdiri menyambutnya.Adrian berkata, "Selamat pagi, Pak. Ada Pak Leonard menunggu di dalam ruangan Anda."'Baguslah, Papi pasti sudah mengetahui segalanya. Aku juga ingin bicara pada Papi,' batin Leon sembari tersenyum devilish smirk khas dirinya."Oke, kalian tidak usah ikut masuk ke ruanganku. Aku ingin berbicara berdua bersama Papi," ucap Leon lalu segera memasuki ruangannya.Leonard Indrajaya sedang membaca koran bisnis di sofa di ruangan CEO yang tadinya dia tempati dan sekarang ditempati oleh Leon, putera keempatnya."Pagi, Pi. Sudah lama nunggu
"Adri, aku ingin kamu kemasi pakaian Evita di apartmentnya, tak perlu semua, sebagian saja. Aku masih belum paham seperti apa selera mode Evita jadi belum berani membelikannya baju. Huft!" ujar Leon lalu menghela napas pendek sembari menyangga kepalanya dengan tangan di meja."Baik, Pak. Berarti pakaian Nona Evita saya tata di walk-in-closet milik Pak Leon di penthouse?" tanya Adrian meyakinkan dirinya sendiri. Bos mudanya ini tidak pernah bertahan dengan satu wanita lebih dari semalam. Ini hal yang luar biasa bila ada wanita yang bisa menahannya lebih dari semalam.Adrian pun melirik ke Giorgio, rekannya sekilas yang sama herannya dengan dia."Iya, tata saja di sana. Aku ingin Evita tinggal bersamaku sejak sekarang. Oya, carikan pengawal wanita profesional untuk mengawal Evita, 2 orang saja yang jago beladiri dan terbiasa menggunakan senjata api. Aku tidak ingin ada yang menjadikan Evita sebagai kelemahanku. Dia calon istriku," ucap Leon sambil meng
"Eve ... tunggu!" seru Leon seraya berlari-lari mengejar Evita ke parkiran Rumah Sakit Siloam International.Evita pun berhenti lalu membalik badannya ke arah Leon, dia bersedekap lalu berkata, "Apa lagi? Aku mau pulang, Leon."Napas Leon terengah-engah seperti hampir putus karena mengejar Evita. Dia baru kali ini harus mengejar seorang wanita, biasanya wanita yang melemparkan dirinya pada Leon."Kau harus pulang denganku ke tempatku," ujar Leon praktis.Evita mengerang lalu menjawab, "NOOO! Aku tidak membawa baju ganti dan aku baru pulang dari rumah sakit. Ehmm ... banyak kuman, kau pasti tahu itu."Leon menyeringai penuh kemenangan. "Bajumu sudah kuangkut ke penthouse tadi siang," ujarnya."Apa kau kurang kerjaan, Leon?!" tukas Evita setengah heran dan juga kesal tentunya."Dokter Cintaku ... Lamborghiniku siap mengantarmu pulang," jawab Leon sambil mengulurkan tangannya pada Evita.Tingkah Leon yang konyol itu ka