Home / Romansa / Gairah Liar Presdir Posesif / 1. Pengorbanan Seorang Ibu

Share

Gairah Liar Presdir Posesif
Gairah Liar Presdir Posesif
Author: Caramelodrama

1. Pengorbanan Seorang Ibu

Author: Caramelodrama
last update Last Updated: 2024-11-12 10:01:16

"Anak saya mengidap leukemia, Dok? Kok bisa?"

Ziandra Askara nyaris pingsan saat dokter spesialis anak memberitahu penyakit Clara, anaknya yang masih berusia 5 tahun. Dia sedang berada di dalam ruang dokter anak rumah sakit Mayapada.

Dokter menjelaskan. "Berdasarkan hasil pemeriksaan, Clara mengidap Acute Lymphoblastic Leukemia atau ALL. Yaitu jenis leukemia akut yang biasa terjadi pada anak-anak."

Di tangan Ziandra, terdapat dua kertas. Yaitu hasil pemeriksaan medis dari dokter Ilham dan satu lagi tagihan biaya rumah sakit Clara dari kasir. Dia mengerutkan kening saat membaca keduanya.

Ziandra menatap dokter yang menangani anaknya. "Lalu, kenapa dia bisa pingsan, Dok?"

Saat hendak pergi bekerja tadi, Clara jatuh pingsan. Dia panik dan membawanya ke rumah sakit dibantu ibu dan adiknya. Sedangkan Dionーsuaminya, tidak peduli.

Dion kecanduan judi online selama satu tahun belakangan ini. Utang pinjaman online Dion menggunung. Tidak terasa, Ziandra mulai menangis. Hatinya benar-benar hancur.

"Leukemia dimulai di sumsum tulang, tempat sel darah dibuat. Lalu, produksi sel darah putih terus meningkat dan nggak normal. Clara pingsan karena anemia dan kelelahan."

Dokter terus berbicara. Ziandra mencoba memahaminya.

"Clara harus segera menjalankan beberapa pengobatan. Silakan ke bagian administrasi! Waktu anak Ibu sangat terbatas." Ucapan ini seakan menjadi pemacu.

Di kepala Ziandra, seperti ada detik jam waktu mundur. Dia akan berpacu dengan waktu demi Clara. Demi Clara! 

"Baik."

Ziandra melangkah keluar. Tangannya gemetar. Sebelum ke ruangan dokter, Ziandra telah lebih dulu pergi ke bagian administrasi. Kasir menyatakan bahwa waktunya hanya 24 jam. Ini semakin membuatnya gugup.

Demi nyawa anaknya, Ziandra akan melakukan apa saja. Dia mengeluarkan handphone, berharap ada kabar baik dari keluarga suaminya.

Ziandra tidak melihat notifikasi apapun di layar handphone. "Mami mertua pasti tidak mau membantu. Aku sudah berulang kali menelepon dan mengirim pesan, tapi tidak ada balasan sampai sekarang."

Ketika dia mencoba menghubungi saudara-saudara ibunya, mereka juga tidak memberikan pertolongan seperti yang dia harapkan.

Ziandra berjalan menuju ruang ICU di mana Clara berada. Tepat di depan pintu, Susan dan Namila sudah menunggunya.

Ziandra kebingungan melihat keduanya. "Kenapa kalian tidak masuk?"

"Kamu sudah mendapatkan uangnya?" tanya Susan.

Ziandra menggeleng. "Aku tidak punya uang sebanyak Rp100 juta, Ma."

"Lalu, apakah kamu tak mau berusaha, Zia?!" Susan tidak sabar. "Clara itu cucuku satu-satunya. Kamu tak boleh diam saja! Cepat cari pinjaman!"

"Bukan begitu, Ma," kilah Ziandra. "Aku baru saja mendapat Rp3 juta dari dua sahabatku. Akuー"

Namila menyela, "Kak, Mas Dion kesayangan kamu punya utang banyak gara-gara judi online. Kamu tidak bisa lagi melakukan pinjaman online memakai identitas kamu. Bagaimana kalau meminjam pada Bos kamu saja? Bukankah kamu kepala Sekretaris kesayangannya? Tidak mungkin dia tidak kasihan padamu."

Ziandra tercengang mendengar saran Namila. Dia telah bekerja selama 3 tahun di Zigma Group sebagai kepala Sekretaris. Tapi, dia tidak pernah memikirkan untuk mengajukan pinjaman karyawan.

Lagipula, tidak ada perusahaan yang akan meminjamkan uang sebanyak Rp100 juta. Belum lagi, biaya pengobatan Clara lainnya. Jika ditotal bisa mencapai Rp1 miliar.

Ziandra menjadi gugup karenanya. "Tidak bisa begitu!" tolak Ziandra buru-buru. "Lebih baik aku menjual perhiasan saja."

"Eh tapi, Kakー" Namila terlihat kesal.

"Jual rumah saja, Zia," celetuk Susan.

Namila menghela napas. "Hasil menjual perhiasan tidak seberapa. Menjual rumah pun butuh waktu lama. Lagipula, kita akan tinggal di mana nanti, Ma?"

Rumah yang sekarang mereka tempati adalah peninggalan satu-satunya mendiang sang ayah. Jadi, Ziandra tidak akan setuju untuk menjual rumah.

Ziandra membalikkan badan, lalu pergi. Susan dan Namila membiarkannya.

Ziandra kembali ke motornya dan mulai melaju ke jalanan. Selama berjalan di koridor rumah sakit tadi, dia mencoba menghubungi Dion. Namun, tidak ada jawaban sama sekali.

Jalanan di Kota Teranesia tidak begitu macet. Tidak lama, Ziandra sampai di kantor. Tujuannya hanya satu. Yaitu bertemu dengan Aldric Hagar, presdir Zigma Group.

"Akhirnya, aku sampai di lantai 17."

Tidak butuh waktu lama, Ziandra sudah sampai di lantai paling atas gedung pencakar langit Zigma Group. Dia melihat asisten Aldric, baru saja keluar dari ruangan presdir.

Ziandra mengetuk pintu ruang kerja presdir Aldric Hagar. Lalu, dia mendengar suara pria dari dalam.

"Masuk!"

Ziandra membuka pintu dengan gugup. Dia melangkah mendekati meja kerja Aldric dengan wajah tertunduk.

"Kamu sudah datang, Zia?" tanya Aldric tanpa mengangkat wajahnya.

"Iya, Pak."

Aldric sibuk dengan menandatangani dokumen. "Bagaimana persiapan meeting nanti siang? Semua sudah beres?"

Tidak ada jawaban. Aldric mendongakkan kepala. Dia melihat sikap Ziandra yang tidak biasanya.

Aldric bertanya, "Kamu sakit?"

Ziandra menggeleng. "Pak, tolong bantu saya!"

Kedua mata Ziandra berkaca-kaca. Dia berusaha tenang di depan Aldric.

Aldric meletakkan pena. "Bicaralah!"

Setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya Ziandra berkata, "Pinjami saya uang ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Liar Presdir Posesif   93. Rencana Baru untuk Ziandra

    “Pak! Pak Aldric!” Dion bangkit, ingin menahan kepergian Aldric dari sana.Dia masih belum berhasil mendapatkan kesepakatan Aldric. Dia tak ingin impiannya musnah sebelum waktunya.“Apa lagi? Kurasa sudah tak ada yang perlu dibincangkan.” Aldric menatap malas ke Dion yang tak tahu malu.Sayang sekali, Dion ketika sudah menargetkan seseorang, dia jarang ingin melepaskan mangsanya.“Bagaimana kalau tiga puluh juta, Pak? Saya yakin itu bukan jumlah besar yang memberatkan Bapak.”Aldric menetap heran ke Dion. Sememuakkan itukah suami Ziandra? Bagaimana bisa dulunya Ziandra sudi menjadi istrinya?“Bahkan jika itu sepuluh ribu rupiah pun, saya tidak ingin memberikannya ke kamu.”Tapi, Aldric mendadak merogoh saku jasnya dan mengeluarkan lembaran uang nominal Rp10 ribu.“Oh, kalau senilai ini, aku masih bermurah hati padamu, Pak Dion. Terimalah, mungkin bisa untuk biasa ojekmu

  • Gairah Liar Presdir Posesif   92. Dion Vs Aldric

    “Jadi kamu mengundang saya ke sini hanya untuk mengatakan itu saja?”Di luar dugaan Dion, Aldric justru menanggapinya dengan sikap santai. Seolah-olah Dion tidak menimbulkan kegentaran di hatinya.Hal ini memang mengejutkan Dion. Dia sempat terdiam sesaat, tapi lekas mengambil kendali lagi.“Pak Aldric. Bapak orang ternama di negara ini. Anda pebisnis besar yang pastinya tak ada orang tak tahu Anda. Apakah Bapak yakin akan baik-baik saja apabila saya membongkar hubungan tabu Bapak dengan istri saya?”Dion tak kurang akal dan membawa-bawa status Aldric sebagai pengusaha ternama.Aldric tidak menyurutkan sikap santainya. Dua lengan direntangkan santai di sandaran kursi dan punggung bersandar rileks. Sungguh tak memiliki kesan dia sedang ditekan.“Langsung saja ke intinya, Pak Dion. Saya tak suka orang yang terlalu bertele-tele seperti kamu.” Aldric memberikan pandangan meremehkan ke Dion.Di matanya,

  • Gairah Liar Presdir Posesif   91. Interogasi dari Susan

    “Clara senang kamu datang,” ucap Ziandra pelan.Dia tak tahu harus berbincang apa jika ada Susan dan Clara di dekat mereka.Tapi… bukankah kalau mereka sedang berduaan saja pun tak pernah ada pembicaraan yang benar-benar obrolan? Mereka lebih banyak beraktivitas ketimbang berbincang!Ziandra melirik Aldric yang mengangguk kecil sambil pria itu berkata, “Bagus. Karena aku juga senang bisa datang.”“Tapi… kenapa harus datang begini?” Dia masih belum tenang dengan kedatangan tiba-tiba Aldric.Hatinya berdebar-debar, menduga-duga apa sekiranya yang dipikirkan ibunya saat ini. Seakan Aldric mempertebal fakta akan tuduhan yang dilontarkan Dion.Dia harus jawab apa jika Susan mempertanyakan mengenai kedatangan Aldric?“Sudah kukatakan, aku ingin melihatmu, dan sekaligus menjenguk Clara.” Aldic menegaskan ucapannya dengan suara rendah dia.Ziandra menghela napas pelan. Sepertinya susah sekali menghentikan pria ini kalau sudah punya kemauan.Maka dari itu, yang bisa dikatakan Ziandra hanya seb

  • Gairah Liar Presdir Posesif   90. Untuk Apa Datang?

    Ziandra membeku di tempatnya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Satu nama yang tak dia harapkan muncul malam itu, justru kini berdiri di ambang pintu.“Ke-kenapa?”Aldric tersenyum tipis. Dibalut mantel hitam elegan, dengan rambut yang tertata rapi dan aroma khas yang langsung menyeruak ke hidung Ziandra, pria itu tampak seperti keluar dari adegan film.Di tangannya, dia membawa satu kantong besar berisi boneka dan beberapa bungkusan makanan.“Maaf kalau aku datang tanpa kabar. Tapi Clara bilang tadi sore kalau dia suka boneka beruang. Aku pikir, tak ada salahnya jadi ‘Om baik’ sekali lagi,” ucap Aldric santai, pandangannya hangat tertuju ke ranjang pasien.Ziandra melirik ke arah Susan yang masih berdiri mematung di samping meja.Wajah ibunya terlihat canggung. Tak heran—bagaimanapun, Susan sudah dicekoki berbagai tuduhan Dion dan Namila mengenai Ziandra menjalin hubungan terlarang dengan bosnya sendiri.Kini pria itu datang ke hadapan mereka, nyata, nyata sekali.“Oh…”

  • Gairah Liar Presdir Posesif   89. Pancingan Tetangga

    “Oh, aku orangnya simple, Bu, Kalau dia wanita baik dan masih ingin jadi istriku, yah dia pasti tidak akan macam-macam di luar sana. Tapi kalau dia tidak bisa menjaga kepercayaan yang aku beri, itu artinya dia bukan yang terbaik untukku.”Dion menyahut dan kemudian tersenyum ke Namila yang membalas senyumnya. Si tetangga pun manggut-manggut.“Mas Dion ini orangnya serba nerima, Bu. Dia laki-laki yang tidak suka ribet. Makanya asal percaya saja ke mbak Zia. Sekarang tinggal mbak Zianya saja, bisa menjaga kepercayaan atau tidak.” Namila menambahkan.Si tetangga masih manggut-manggut.Yang membuat si tetangga terheran-heran, Dion dengan santai menaruh satu lengan di bahu Namila, merangkul tanpa risih.“Wah, kalian sepertinya sangat akrab, yah!” Si tetangga tanpa ragu memberikan sindiran halus atas sikap Dion ke Namila.Menilik arah pandangan si tetangga ke rangkulan Dion pada bahu Namila, pria itu tak kurang kata-kata.“Ah, dia ini sudah seperti adik kandungku, Bu. Mila dan aku sudah san

  • Gairah Liar Presdir Posesif   88. Yang Penting Kuat Buka Kaki

    Namun, Ziandra lekas menyahut sebelum suaminya berujar lebih banyak. “Diam saja kalau masih ingin menerima uang di bulan depan.”Dia sudah kehilangan penghormatan pada suaminya sejak Dion berselingkuh dengan Namila dan tidak merasa bersalah padanya.‘Maaf, Mas, bukan aku lancang padamu, tapi itu karena kamu sendiri. Andaikan kamu tidak berselingkuh dengan adikku dan dengan wanita lain, aku mungkin masih bertahan menaruh hormat padamu.’ Hati kecilnya berbisik.Dion langsung terdiam dan mendecih kesal. Dikarenakan butuh uang puluhan juta itu, dia terpaksa menutup mulutnya, tak jadi melemparkan kalimat sindiran.Ziandra pun memasukkan mobil ke carport dan menurunkan barang-barang Susan. Dia mengantarkan ibunya pulang ke rumah karena hendak mengganti pakaian yang akan dibawa ke rumah sakit untuk memudahkan Susan.“Wow!” Dion menatap mobil Ziandra sambil tubuhnya bersandar di ambang pintu depan. “Pencapaianmu benar-benar hebat, Zia.”Mulutnya terlalu susah untuk bungkam dalam waktu lama me

  • Gairah Liar Presdir Posesif   87. Dua Pilihan Absolut dari Aldric

    “Berarti Kakak benar selingkuh sama bosmu, kan?” Namila kemudian terkekeh, merasa menang.Atas ucapan Namila, Ziandra langsung terdiam. Dia masuk perangkap adiknya.“Sepertinya kalian sudah tidak ingin uangku lagi.” Setelah mengatakan itu, Ziandra lekas masuk ke kamar Clara untuk mengambil apa saja yang dia butuhkan.Tapi ternyata Namila membuntutinya.“Kak Zia tidak bisa begitu, dong! Memangnya aku menyebutkan nama bosmu ke mereka? Kan tidak! Aku cuma bilang kalau kamu kesayangan bosmu karena kerjaanmu bagus! Apa itu salah?!”Namun, Ziandra sudah malas meladeni adiknya. Dia tidak mengatakan apa pun dan lekas pergi setelah membawa mainan anaknya.Pada malam usai petang, dia harus melayani Aldric terlebih dahulu sebelum pergi ke rumah sakit.“Aku akan membelikanmu mobil untuk memudahkan aktivitasmu. Dan aku tidak menerima penolakan, Zia.” Aldric berkata usai terpuaskan hasratnya.Lekas saja Ziandra menimpali, “Untuk apa, Pak? Tak usah! Itu hanya akan menimbulkan kecurigaan. Itu akan me

  • Gairah Liar Presdir Posesif   86. Pertama Kalinya Dia Bisa Melawan

    “Ma, aku harap Mama tidak ikut bermain dalam kekotoran ini. Kalau Mama tetap netral, aku akan tetap menghormati Mama.”Susan hanya mengangguk pelan, terlalu terkejut untuk bicara. Mana pernah dia melihat putri sulungnya berbicara semacam itu?Ziandra menatap adiknya dengan tatapan tegas. “Mil, lebih baik kamu pulang, tidak perlu menggangguku di sini. Aku tak ingin marah-marah padamu.”“Kakak sekarang sudah merasa hebat begitu yah, hanya karena jadi simpanan orang kaya.” Namila masih sempat memberikan kalimat sindiran sebelum keluar dari sana.“Jaga mulutmu, jaga omonganmu kalau masih ingin uangku bulan depan.” Balasan dari Ziandra ini mampu membungkam Namila. “Kalau sampai ada rumor atau gosip di luar mengenai Pak Aldric, maka lupakan uang bulanan puluhan jutamu.”Si adik pun beranjak pergi setelah mendengus. Ziandra sudah tidak menggubris lagi.Susan mendekat ke putri sulungnya. Dengan suara lembut, dia berkata, “Zia, Mama rasa tidak baik berkata keras begitu. Bagaimanapun juga, dia

  • Gairah Liar Presdir Posesif   85. Kali Ini Takkan Diam

    ‘Dia… dia mafia bisnis. Dia orang yang berbahaya.’ Alarm di dalam dirinya terus menyerukan itu pada Ziandra.Langit mendung menggantung di atas kota Sangria, mencerminkan gejolak yang berkecamuk dalam hati Ziandra. Di ruang kerjanya, dia menatap layar monitor tanpa benar-benar melihat apa pun. Pikirannya tak henti-henti dibayang-bayangi satu hal—rahasia gelap Aldric.Dia tahu siapa Aldric Hagar sebenarnya. Seorang pebisnis terhormat di mata publik, tetapi dalam bayang-bayang, dia adalah pria yang mengendalikan jaringan kekuatan dan uang.‘Terlalu banyak informasi yang telah aku kumpulkan diam-diam selama beberapa hari terakhir. Dan semua itu membuatku gamang. Takut. Tapi juga… terlindungi.’Ada banyak pertentangan di dalam benaknya.“Tapi aku… aku tetap mencintainya,” bisiknya sendiri sambil menghela napas dalam.Tiba-tiba ponselnya bergetar. Pesan dari Dion.“Jangan pikir kamu bisa tenang. Aku butuh 50 juta lagi. Kalau kamu masih peduli sama reputasi Aldric, turuti. Atau… tunggu saja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status