Share

6. Ajakan

Author: Lucyofheart
last update Huling Na-update: 2025-06-23 13:57:14

Zwetta sedang bersiap untuk bekerja hari ini, ia berdiri di depan kaca panjang yang ada di depannya untuk melihat penampilannya. Ia sedang memakai anting ditelinganya. Namun tiba-tiba Zwetta dikagetkan dengan kehadiran Alan yang berdiri di belakangnya.

“Alan!” pekik Zwetta kaget hendak berbalik namun Alan menahan pinggang Zwetta agar tidak bebalik. Pria itu tersenyum menatap Zwetta dari kaca.

“Selamat pagi,” sapa Alan, Zwetta terdiam melihat pria itu dari kaca.

“Kau mau apa?” tanya Zwetta pelan.

“Aku tadi mau memanggilmu untuk kita sarapan bersama, aku melihat pintu kamarmu terbuka dan aku melihatmu sedang bersiap dan aku masuk. Aku ingin membantumu, sepertinya kau juga sedang kesulitan saat ini. Apakah aku salah?” Alan tiba-tiba menarik reseleting gaun belakang Zwetta ke atas.

Hal yang dimaksud Alan, Zwetta butuh bantuan adalah hal tersebut. Setelah selesai, Alan mengelus pinggang ramping Zwetta dan menempelkan tubuh keduanya. Sehingga kepunyaan Alan tepat berada di bokong indah milik Zwetta,

“Kau sangat cantik dan sexy Zwetta, aku menyukainya.” Puji Alan, pipi Zwetta merona karena hal itu. Sudah lama rasanya ia tidak dipuji oleh seorang pria sampai seintim ini. Dulu Dion pernah memujinya, namun sekarang suaminya itu tak pernah lagi memujinya. Alan mencium bahu Zwetta yang terbuka, mengecupnya beberapa kali dan tersenyum.

“Sangat lembut dan wangi.” Puji Alan lagi, pria itu tak henti-hentinya memuji istri dari sahabatnya itu. Zwetta memejamkan matanya saat Alan mencium bahunya tadi. “Sepertinya Dion tidak pulang, apa aku salah?” Zwetta membuka matanya dan menggelengkan kepalanya.

“Dia sering melakukannya.” Jawab Zwetta.

“Kau pasti sangat kesepian, jangan khawatir aku akan menemanimu jika Dion tak ada. Kau tidak lagi sendiri.” Ucap Alan dengan tersenyum, Alan semakin berani memeluk Zwetta dan mencium telinga belakang Zwetta. “Kau sangat manis dan indah Zwetta, Dion bodoh juga mengabaikan wanita sepertimu.” Zwetta menikmati setiap sentuhan yang diberikan Dion padanya.

“Apa hari ini kau akan pulang lama?” Tanya Dion lagi dan mulai turun pada leher jenjang Zwetta yang begitu lembut menurutnya.

“Kenapa?” Tanya Zwetta, tangan Dion kini sudah berada di perut Zwetta.

“Aku ingin mengajakmu menonton, apakah kau mau? Kau pasti sudah lama tidak melakukannya bukan? Kau tidak punya teman untuk diajak menonton, apakah aku salah?” Zwetta menghela napasnya lalu menggelengkan kepalanya. Alan tersenyum saat ia benar, pria itu menciumi leher Zwetta dan bahkan menjilatnya membuat wanita itu memejamkan matanya.

“Jadi, apakah kau mau pergi denganku nanti?” Tanya Alan lagi. Zwetta membuka matanya dan menganggukkan kepalanya pelan, Alan tahu jika Zwetta menikmati setiap sentuhannya. Pria itu tersenyum dan berakhir mencium pipi Zwetta. “Baiklah, ayo kita ke bawah dan sarapan bersama. Aku akan mengantarmu bekerja.” Sebelum turun Alan meremas bokong Zwetta, pria itu tertawa kecil dan keluar dari kamar tersebut. Setelah Alan meninggalkannya Zwetta menghela napasnya dengan kasar. Ia bahkan memegang jantungnya yang berdetak dengan cepat.

“Bagaimana bisa aku diam saja saat disentuhnya dan aku menikmatinya?” Ucap Zwetta pada dirinya sendiri, ia menggelengkan kepalanya dan melihat wajahnya yang memerah. Namun di satu sisi ia menyukai sentuhan yang dilakukan oleh Alan. Tak lama dari situ, Zwetta turun dari kamarnya dan melihat Alan sudah menunggunya.

“Apa kau yang menyiapkan ini semua?” Tanya Zwetta pada Alan.

“Apakah menurutmu ada orang lain di rumah ini selain kita? Apa kau tak menyukainya?”

“Tidak, aku hanya bertanya saja. Terima kasih sudah menyiapkannya untukku, Dion tak pernah melakukan ini untukku. Selalu aku yang menyiapkannya.” Zwetta tanpa sadar kembali membanding-bandingkan Dion dan Alan. Sampai saat ini Alan jauh lebih baik dibandingkan Dion. Pria itu tertawa dan menyiapkan makanan tersebut ke piring Zwetta.

“Aku dan Dion jelas berbeda, aku tidak akan sama seperti dia yang mengabaikanmu. Aku jelas jauh lebih baik dibandingkan Dion, bukankah begitu? Saat ini aku yang ada bersamamu di sini untuk menemanimu. Aku tidak akan meninggalkanmu dan akan selalu berada di sisimu.” Zwetta tersenyum kecil.

“Terima kasih Alan.” Ucap Zwetta tulus.

“Ayo kita sarapan.” Kata Alan mempersilahkan. Sambil makan Alan bertanya beberapa hal tentang perjalanannya nanti ke suatu tempat, wanita itu memberitahunya agar Alan tak salah. Setelah itu Alan mengantar Zwetta ke kantor.

“Aku akan menjemputmu nanti, kau mau pergi denganku?” Tanya Alan sambil mengelus paha Zwetta, wanita itu melihat pahanya yang dielus oleh Alan. Entah mengapa saat disentuh oleh Alan ia merasakan desiran yang aneh.

“Boleh, aku akan menghubungimu nanti.” Alan menganggukkan kepalanya paham, Zwetta hendak turun namun Alan menahan lengan wanita itu. “Ada yang ketinggalan,” Ucap Alan sambil tersenyum. Pria itu menarik Zwetta dan langsung mencium pipi Zwetta. “Selamat bekerja.” Ucap pria itu dengan tersenyum, Zwetta tersenyum kecil lalu turun.

Ia berjalan dengan cepat sambil merasakan debaran yang kembali di rasakannya. Zwetta masuk ke dalam lift dengan diam dan sibuk memikirkan apa yang dirasakannya. Saat masuk ke dalam ruangan kerjanya Zwetta juga masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

“Nona Zwetta, kau sedang melamun?” Zwetta akhirnya sadar saat Rossie memegang bahunya.

“Eh, hai Rossie aku tak melihatmu tadi ada apa?” Rossie menatap Zwetta dengan aneh.

“Aku saja melihatmu, tadi aku sudah menyapamu dan memanggilmu tapi kau tak mendengarkanku. Kau sedang sibuk dengan pikiranmu sendiri, ada apa? Apakah kau sedang ada masalah? Kau sedang melamun tadi, biasanya kau seperti itu jika ada masalah.” Zwetta bahkan tak sadar dengan Rossie tadi karena pikirannya sendiri.

“Tidak apa Rossie maafkan aku, hanya aku memikirkan Dion saja. Dia tidak pulang tadi malam.” Zwetta terpaksa berbohong, sedikitpun memikirkan Dion tidak ada sama sekali di dalam pikirannya. Wanita itu sudah biasa ditinggalkan sendirian di rumah saja ketika Dion tidak pulang ke rumah. Tapi ia tak bisa jujur jika ia sedang memikirkan pria lain bukan?

“Benarkah? Apakah kalian sedang bertengkar?” Tanya Rossie.

“Tidak juga, kau jelas tahu bagaimana gilanya Dion bekerja bukan? Aku sudah tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menanggapi hal itu.” Rossie menghela napasnya.

“Kau harus bersabar Nona, aku paham bagaimana perasaanmu. Baiklah, kita harus bekerja hari ini banyak yang harus kau lakukan hari ini mari bersiap.” Kata Rossie untuk menyemangati Zwetta.

“Baiklah Rossie.”

***

“Apa kau suka dengan film yang kita tonton?” Tanya Alan saat mereka baru saja keluar dari bioskop. Keduanya berjalan menuju parkiran karena mereka akan pulang.

“Suka, terima kasih sudah mengajakku menonton aku menyukainya. Rasanya aku hampir lupa bagaimana menonton di bioskop. Kau benar, aku tak punya seseorang untuk ku ajak pergi. Selama ini aku akan menonton sendirian di rumah.” Alan tertawa.

“Kau bisa mengajakku jika kau mau. Aku bisa menemanimu kapanpun kau mau, aku akan selalu ada untukmu Zwetta.” Wanita itu tersenyum.

“Terima kasih.” Alan membukakan pintu mobil untuk Zwetta, pria itu memang tahu harus bersikap bagaimana pada Zwetta. Alan selalu memperlakukan Zwetta sangat manis, pria itu melindunginya dengan caranya sendiri. Keduanya pergi dari sana untuk kembali pulang ke rumah karena hari sudah malam. Mereka juga sudah makan malam tadi sebelum menonton.

“Apa kau mau minum denganku?” Tanya Alan saat mereka tiba di rumah.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Remince Silalahi
lumayan bagus tapi lanjutnya hrs beli pulsa g bisa pake iklan
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Gairah Liar Sahabat Suamiku   88. Dion Membuka Hati?

    “Sorry,” jawab Dion sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.“Diana,” kata wanita itu tiba-tiba sambil mengulurkan tangannya memperkenalkan diri membuat Dion terkejut. Tapi di satu sisi Dion senang karena wanita tersebut mau memperkenalkan dirinya.“Dion,” jawab Dion sambil membalas uluran tangan tersebut.Begitu Dion menyebutkan namanya, wanita itu tertawa sehingga membuat Dion merasa bingung.“Ada apa? Apakah ada yang salah?” tanya Dion.“Mungkin kita jodoh. Apakah kau tak sadar bahwa nama kita hampir mirip? Dua huruf di awal saja sudah sama, Dion dan Diana. Menarik, suatu kebetulan yang luar biasa bukan?” tanya wanita itu sambil tertawa membuat Dion terkesima.

  • Gairah Liar Sahabat Suamiku   87. Wanita Baru

    Perpisahan Dion dengan Zwetta, membuat Dion uring-uringan. Dion tahu bahwa ia salah, kesalahannya memang tak bisa dimaafkan. Tapi dibalik kesalahannya itu, Dion sebenarnya masih mencintai Zwetta. Bagaimanapun Zwetta adalah cinta pertamanya.Zwetta wanita pertama untuknya dan itu membuat Dion sangat membekas. Perpisahannya dengan Zwetta bukanlah hal yang diinginkannya. Mau dipertahankan sudah tak bisa, maka ia hanya bisa ikhlas melepaskan Zwetta.Dion tak bisa pungkiri bahwa perasaannya masih ada untuk mantan istrinya itu. Di saat Dion pulang ke rumah, Dion merasa hampa karena tak ada lagi yang menunggunya di rumah. Tak ada lagi Zwetta yang selalu ada untuknya.Ia merindukan sosok istrinya itu, entah mengapa setelah berpisah semakin membuat Dion sadar seberapa besar perasannya untuk Zwetta. Bahwa saat ini Dion merasa kehilangan, penyesalan memang

  • Gairah Liar Sahabat Suamiku   86. Penantian

    Zwetta sudah tak mau lagi membahas apa yang terjadi di antara mereka berdua. Kini semuanya sudah selesai.“Aku sudah mengakhirinya. Aku belum bisa bersamanya sepenuhnya, aku masih ingin merasakan kebebasan tanpa terikat dengan satu orang. Mungkin aku masih ingin merasakan hal yang kuinginkan. Jadi dia tak bisa menerimaku untuk itu, maka aku pikir lebih baik kita berpisah saja dari pada aku terus menyakitinya,” jawab Dion membuat Zwetta menghela napasnya kasar.“Mudah-mudahan keputusan yang kau ambil sudah tepat. Semoga tidak ada penyesalan di kemudian hari. Jangan menyakiti Rossie lagi ataupun wanita lain lagi,” kata Zwetta tulus.“Nanti, kalau kalian menikah tolong beritahu aku. Kalau kau sudah melahirkan juga beritahu aku, bagaimanapun kalian adalah sahabatku. Aku akan mengunjungi kalian,” kata Dion.

  • Gairah Liar Sahabat Suamiku   85. Perceraian

    “Entahlah, kau jelas tahu aku mau kebebasan. Aku tak mau terikat. Aku ingin menikmati hal yang lain juga.”“Jadi kalau dia tak mau, apa kau juga akan mencari wanita lain lagi selain aku?” tanya Kimberly.“Mungkin, di saat kau tak bisa aku bisa bersamanya. Lagi pula aku juga akan berpisah dengan Zwetta, aku akan lebih bebas lagi. Bagaimana menurutmu? Apa aku harus tetap bersamanya saja dan tak perlu bersama wanita lain?”“Apa begitu hubungan kita akan berakhir Pak?” tanya Kimberly sedih sambil menatap Dion.“Kau punya suami Kimberly, kita tak bisa melakukan hal ini seterusnya. Bagaimanapun hubungan kita salah, aku tak mau merusak rumah tanggamu. Aku juga tak ma…”“Tapi kita sudah melakukannya sudah lam

  • Gairah Liar Sahabat Suamiku   84. Kimberly 18+

    “Aku minta maaf. Jujur, saat ini aku bingung. Aku memang belum bisa melepaskannya, aku juga menginginkanmu. Aku tahu perhatianmu, rasa sayangmu membuatku nyaman. Aku memang jahat karena tak bisa menerima itu darimu sepenuhnya. Maafkan aku Rossie, jangan hidup seperti ini. Maaf sudah mengacaukan hidupmu.”“Aku tak akan memaafkanmu. Jika kau datang nanti setelah menyesal, maaf aku tak akan kembali lagi padamu. Karena kesabaranku sudah cukup, aku tak akan mau menyerahkan hidupku lagi untuk pria sepertimu. Aku akan melihat pria lain yang bisa mencintaiku apa adanya. Kau tak pernah bersyukur atas apa yang kau miliki. Bahkan aku tak peduli dengan kemandulanmu itu. Aku bisa menerimanya, aku tak masalah hidup berdua saja denganmu tanpa adanya anak. Karena aku memang mencintaimu, tapi kau tak pernah menginginkan itu.”“Kau tak masalah dengan kekuranganku itu?&r

  • Gairah Liar Sahabat Suamiku   83. Pilihan Dion

    Seminggu berlalu setelah pertemuan Dion dengan Zwetta. Kali ini Dion menemui Rossie, ia ingin bicara dengan wanita yang sudah menemaninya beberapa tahun belakangan ini. Bagaimanapun sikapnya pada Rossie memang sangat jahat.“Untuk apa lagi kau datang?” tanya Rossie begitu membuka pintu apartementnya dan melihat Dion ada di depan pintu.Dion terkejut melihat keadaan Rossie yang menurutnya sangat buruk. Wajahnya pucat, kantong matanya menghitam. Bibirnya terlihat kering, Rossie terlihat sangat tak bertenaga. Sorot matanya terlihat capek dan kelihatan kurang tidur.“Kau sedang tak baik?” tanya Dion membuat Rossie berdecak.“Kau masih peduli padaku?” tanya Rossie sarkas membuat Dion terkejut melihat respon Rossie.Rossie tak pernah bersikap

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status