Se connecter"Nicklas Sialan, bisa-bisanya menciumku penuh nafsu seperti itu. Dimana letak kewarasannya?"
Ruby melangkah cepat memasuki Ballroom hotel, sesaat setelah Nicklas melepaskannya dari dalam mobil. Namun baru saja beberapa langkah menapaki Lobi, "Baby!!" Ruby menoleh saat mendengar panggilan yang tak asing di kepalanya. Ya. Suara yang begitu familiar di Ingatan. Iapun menoleh dengan ragu-ragu, "A-Alex? kenapa kamu bisa ada disini?" Keningnya mengkerut tajam saat melihat kehadiran kekasihnya di tempat itu. "Kenapa nggak bilang mau kesini?" "Hal mendesak Apa yang membuatmu datang dari arah parkiran, sayang?Bukankah seharusnya kamu ada didalam, hm?" sosok Pria berjas hitam mendekat ke arahnya, Mengelus kepala Ruby dengan lembut. Namun, ada ketegasan disetiap inci tatapannya. Pria itu berdiri tegap, posturnya yang tinggi dan badan kekar membuat Ruby harus mendongak ketika ingin menatapnya. "Alex lepas dulu, kenapa kamu nggak bilang mau kesini? " Ruby melepas tangan Alex yang melingkar posesif di pinggangnya. Terlebih saat Aroma tubuh Nicklas tertinggal di Gaunnya, Jangan sampai hal itu membuat kekasihnya curiga. "Kenapa sayang? semua orang harus tahu bahwa kamu calon istriku" Ruby mendongak menatap Alex dengan senyum dipaksakan, "Jawab aku dulu, kenapa kamu bisa ada disini? kamu ngikutin aku?" "Untuk apa?" Alex bertanya balik, "Aku juga dapat undangan dari Serena" "Undangan dari Serena?" Mata Ruby sedikit melebar, "Serena? Undangan pesta? Jadi, kamu kenal dengan Serena? Sejak kapan?" Alex memasukkan satu tangannya kedalam kantong celana, "Aku beberapa kali menjalin kerjasama bisnis dengan suami Serena, Kamu tahu dia?" Ruby menelan ludah kasar, tangannya memegang tali tas dengan kuat, hingga tanpa terasa membuat jari-jarinya memutih, Ia merasa kesulitan untuk bernafas, "Nicklas?" "Kamu belum pernah bertemu dengannya?" Alex menunduk sambil menatap wajah Ruby dengan tatapan dalam. "Eummm....Alex jangan macam-macam! " "aku sangat ingin menciummu di tempat ini, kamu se-wangi dan se-cantik itu" ucap Alex menggoda. bisikan itu hampir membuat jantung Ruby meledak, "jangan menggombal disini, Ayo masuk kedalam!" "malam ini, aku ingin kamu menginap di Apartemenku, kamu mau kan?" "nanti kita bicarakan lagi, sayang. Ayo masuk kedalam! mungkin pestanya sudah dimulai daritadi" Ruby menggenggam lengan Alex dengan lembut, langkahnya anggun memasuki Ballroom hotel yang dihiasi kemewahan. **** **** Plak! plak! Bunyi tamparan menggema hingga membuat seluruh tamu Undangan terdiam dengan wajah datar. Pandangan mereka mengarah ke arah gadis dengan Dress merah yang tengah memegang pipinya yang kebas. "Dasar pembawa sial, Bisa-bisanya datang kepesta menantuku dengan wajah penuh make-up dimana hati nuranimu?" Luna melangkah maju dengan tatapan tajam, suaranya menggema di tengah keramaian pesta. "Ma!" Nicklas memegang pergelangan tangan mamanya, memberi cengkraman hingga Luna tak mampu lagi bergerak. "Apa mama ingin menghancurkan pesta Serena?" "Kamu masih ingat bocah sialan ini? Jangan berpura-pura bodoh, Nicklas! keluarganya yang telah membuat papamu lumpuh!" teriak Luna, wajahnya memerah penuh kemarahan. "Lepaskan mama, biarkan mama membalas dendam pada wanita hina ini" Ruby yang berdiri tegak, mencoba menenangkan diri, namun gemetar di seluruh tubuhnya tak bisa ia sembunyikan. "Nyonya, Apa salah saya hingga nyonya melakukan ini?" tanya Ruby dengan suara bergetar, namun Luna tak peduli. Dengan kasar, Luna mendorong bahu Ruby hingga hampir terjatuh. "Dasar pembawa sial, Pergi dari sini sebelum aku membuatmu menyesal!" Luna membentak, lalu melemparkan pandangan penuh hina kepada Ruby. Suasana menjadi hening sejenak, semua mata tertuju pada mereka. "Nyonya yang terhormat, Hal apa yang membuat Anda membentak tunangan saya?" tanya Alex sambil mengeratkan pegangan tangan. Ruby menundukkan kepala, rasa malu dan sakit bercampur menjadi satu. Ia mundur perlahan, air matanya hampir tumpah. "Tunangan? aku peringatkan padamu tuan, sebelum kau menyesal menikahi wanita ini. Dia hanya wanita hina yang tidak pantas untuk dijadikan istri, dia miskin dan pembawa Sial" "Ma, diam!!! " Nicklas membentak mamanya di depan semua undangan, suasana perayaan itu terasa semakin tidak kondusif. "Sayang!" Alex mengelus pipi Ruby dengan pandangan khawatir. "Aku baik-baik saja, Ayo kita pergi dari sini!" Belum sempat Ruby memberi selamat dan memberikan Kado untuk Serena, Ia memilih pergi dari tempat itu. Juga Alex yang mengekor di belakangnya. "Ma, Lihat!!" "Pelankan suaramu Nick, Dia pantas mendapatkan ini semua!" Nicklas mengepalkan kedua tangan hingga urat-uratnya terlihat di permukaan, sementara Luna berdiri tegap, napasnya memburu, puas telah mengusir Ruby dengan hina. "Selamanya akan kubuat hidupmu menderita, Ruby!" * * * Bersambung....Dave berdiri tegak dengan setelan jas dan kemeja formal di lobi kantor, Pagi ini, wajah tampannya tampak tegang saat menyaksikan seorang wanita hamil turun dari mobil hitam bersama dua pengawal pribadinya. Suasana lobi terasa berubah saat Serena menatapnya tajam, Wanita itu berjalan anggun dengan dagu terangkat. "Selamat pagi nyonya, Serena!" Sapa pria itu dengan senyum ramah, badannya menunduk sedikit saat Serena berhenti di hadapannya. "Dimana suamiku?" Mata Serena menatap tajam, satu tangannya menaikkan tali tas dengan tergesa-gesa. Dave masih menundukkan kepala, "Tuan Nick sedang tidak ada di kantor, nyonya""Tutup mulutmu itu, Dave! Jangan pancing amarahku!""Saya berkata apa adanya" Dave mengangkat pandangan, "tuan Nicklas pagi ini ada jadwal meninjau proyek,"Alis Serena mengkerut tajam, nafasnya terasa kian berat. Entah mengapa, akhir-akhir ini Nicklas seolah sengaja menjauh darinya. Tapi bukannya pergi dari perusahaan, Serena menatap salah satu pengawal yang berdiri di b
Disebuah toko bunga, Serena tengah memilih bunga kesukaannya. Bunga lili pink dan putih, Mawar merah dan sebagian berwarna kuning."Oh my god, Wangi sekali" ucapnya dengan mata terpejam. Seolah tak bisa berhenti mencium aroma bunga di hadapannya."Apa Nyonya Serena datang sendiri? Dimana suamimu?"Serena segera menoleh ke samping, Seperti mendengar sebuah sindiran halus. Matanya terbuka lebih lebar, "Alex? sedang apa?"Serena menatap ke arah mobil yang terparkir, disana, tepat di kursi penumpang paling depan. Ada siluet wanita dengan rambut tergerai tengah duduk anggun menunggu Alex."Mau beli bunga?" Lagi tanya Serena saat pertanyaannya tak kunjung dijawab.Alex mengangguk sebagai Jawaban, "Untuk pacarku" jawabnya singkat."Oh!" Serena bergumam pelan. Sekali lagi matanya melirik ke arah mobil, tepat ke arah wanita itu. "Kasihan sekali nasibmu, Ruby" Serena berkata dalam hati, Gadis yang duduk di mobil Alex bukanlah Ruby, melainkan gadis lain.Serena masih ingat betul bagaimana Ruby
Jam kerja berjalan seperti biasa, Hari ini Nicklas menahan lapar karena Serena menyiapkan Steak dingin didalam kotak bekal."Sudah aku kira, Dia tidak berniat menjadi seorang istri. Steak dingin?" Alis Nicklas terangkat, dadanya bergemuruh kesal setiap mengingat makan siang yang disiapkan istrinya.Pria tampan itu duduk di kursi ruang Direktur, matanya terpaku pada layar laptop yang penuh dengan laporan dan email masuk. Jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme gelisah, menandakan beban kerja yang tak kunjung reda."Sialan Dave!!" Nicklas meraih telepon nirkabel dan menghubungkannya ke ruangan Aistennya."Sialan, Aku butuh makan siang!""Segera tuan!"Namun tak lama berselang, pintu ruangan terbuka, dan Dave masuk dengan ekspresi ragu. "Tuan maaf, ada seorang yang ingin bertemu, katanya penting," ucapnya pelan. Nicklas menatap Dave sebentar lalu mengangguk pelan, "Cepat pesankan aku makanan atau tantatangani surat pemecatan!" matanya tetap tertuju pada layar. "Baik! segera akan saya
"Aduh anak itu....Dasar bikin malu" "Tenang ma, Nick butuh sedikit hiburan untuk menghilangkan penat dari pekerjaannya yang menumpuk" Serena berusaha menenangkan ibu mertuanya yang nyaris murka."Apa dia berkata kurang ajar padamu? Apa Nick tadi melontarkan kata yang menyakitkan selama pesta?"Serena tersenyum sambil mengelus punggung mama mertuanya untuk memberi ketenangan, "Jangan khawatir ma, Nick sangat baik padaku hari ini, dia perhatian padaku saat pesta berlangsung""Harusnya setiap hari dia baik padamu, Serena. Bagaimana caranya kalian membesarkan anak, jika hubungan kalian tidak rukun layaknya suami-istri pada umumnya?""Mama lihat saja nanti, Anak ini akan tumbuh di keluarga harmonis. Mama harus percaya bahwa Nick akan berubah ketika nanti anak kami lahir"Perempuan paruh baya dengan Dress putih itu meringis, ada rasa kasihan, namun juga ada rasa bangga terhadap menantunya yang begitu penyabar, Serena benar-benar berhati luas di matanya. "Beruntung Nick memiliki istri sebai
"Nicklas Sialan, bisa-bisanya menciumku penuh nafsu seperti itu. Dimana letak kewarasannya?"Ruby melangkah cepat memasuki Ballroom hotel, sesaat setelah Nicklas melepaskannya dari dalam mobil. Namun baru saja beberapa langkah menapaki Lobi,"Baby!!"Ruby menoleh saat mendengar panggilan yang tak asing di kepalanya. Ya. Suara yang begitu familiar di Ingatan. Iapun menoleh dengan ragu-ragu,"A-Alex? kenapa kamu bisa ada disini?" Keningnya mengkerut tajam saat melihat kehadiran kekasihnya di tempat itu. "Kenapa nggak bilang mau kesini?""Hal mendesak Apa yang membuatmu datang dari arah parkiran, sayang?Bukankah seharusnya kamu ada didalam, hm?"sosok Pria berjas hitam mendekat ke arahnya, Mengelus kepala Ruby dengan lembut. Namun, ada ketegasan disetiap inci tatapannya.Pria itu berdiri tegap, posturnya yang tinggi dan badan kekar membuat Ruby harus mendongak ketika ingin menatapnya."Alex lepas dulu, kenapa kamu nggak bilang mau kesini? " Ruby melepas tangan Alex yang melingkar posesi
"Bisa kita mulai acaranya sekarang?" "Sebentar sayang, Teman-temanku belum sepenuhnya datang. Kita tunggu lima belas menit lagi, ya! Kamu boleh minum-minum dulu sama rekan bisnis." "Serena!" wajah Nicklas tampak dingin. "Aku tidak suka keramaian seperti ini" "Demi anak kamu sekalipun? nggak ikhlas banget sih" Serena berdecak kesal, lalu meninggalkan sang suami demi menyapa teman-temannya yang hadir di malam Pesta. Di sebuah Lobi hotel bintang lima, alunan musik klasik mengalun lembut, menciptakan suasana mewah di setiap sudut. Di tengah keramaian, Serena Thuyara berdiri anggun dengan gaun putih berlengan panjang yang menonjolkan perut bundarnya yang semakin membesar. Senyumnya mengembang saat para tamu datang menghampiri, memberikan ucapan selamat dan hadiah-hadiah indah saat pesta berlangsung. Malam ini merupakan perayaan kehamilannya yang memasuki trimester ketiga. Sebagai istri dari Pengusaha terkenal, Serena tentu bersemangat mengadakan perayaan mewah dan mengundang tema







