Accueil / Romansa / Gairah Liar Suami Sahabatku / Bab 3. Dinding Penjara yang dingin

Share

Bab 3. Dinding Penjara yang dingin

Auteur: Indira Kirana
last update Dernière mise à jour: 2025-10-28 10:32:23

"Aduh anak itu....Dasar bikin malu"

"Tenang ma, Nick butuh sedikit hiburan untuk menghilangkan penat dari pekerjaannya yang menumpuk" Serena berusaha menenangkan ibu mertuanya yang nyaris murka.

"Apa dia berkata kurang ajar padamu? Apa Nick tadi melontarkan kata yang menyakitkan selama pesta?"

Serena tersenyum sambil mengelus punggung mama mertuanya untuk memberi ketenangan, "Jangan khawatir ma, Nick sangat baik padaku hari ini, dia perhatian padaku saat pesta berlangsung"

"Harusnya setiap hari dia baik padamu, Serena. Bagaimana caranya kalian membesarkan anak, jika hubungan kalian tidak rukun layaknya suami-istri pada umumnya?"

"Mama lihat saja nanti, Anak ini akan tumbuh di keluarga harmonis. Mama harus percaya bahwa Nick akan berubah ketika nanti anak kami lahir"

Perempuan paruh baya dengan Dress putih itu meringis, ada rasa kasihan, namun juga ada rasa bangga terhadap menantunya yang begitu penyabar, Serena benar-benar berhati luas di matanya. "Beruntung Nick memiliki istri sebaik dirimu, Serena. Mama tidak bisa bayangkan jika anak itu menikah dengan perempuan lain, mungkin dari jauh hari sudah dicerai karena sifatnya yang menyebalkan"

"Dia sebenarnya baik, ma! percayalah padaku! Sebentar ya, aku bangunkan dulu, kita ajak pulang"

Nicklas terduduk lemas di atas meja yang penuh sisa gelas dan botol kosong. Matanya merah dan berkaca-kaca, napasnya berat dan tak beraturan.

Ruangan yang tadi riuh kini sunyi, hanya tersisa keluarga inti dan Serena yang berdiri cemas di dekatnya. Serena mengulurkan tangan, mencoba menggoyangkan bahu suaminya dengan lembut, “sayang, bangun. Sudah cukup! kamu minum terlalu banyak hari ini, ” Namun, pria itu hanya mengerang pelan, bibirnya bergerak tanpa suara yang jelas.

"Ayo kita pulang!"

"Lepas!" Nicklas menghempaskan tangan Serena kasar, "Aku tidak butuh-"

"Tidak butuh apa?"

"Aku bisa jalan sendiri"

"Kamu mau jalan kemana?"

Tiba-tiba, suara Nicklas pecah, mengigau dengan nada yang penuh hasrat dan kebingungan, “sayang... jangan tinggalkan aku...” katanya sambil menggenggam udara seolah meraih sosok yang tak terlihat.

Matanya berkeliling, pandangan kosong namun penuh kerinduan yang menyakitkan. "Riskaaa...."

Serena merasakan dingin menjalar ke tulang punggungnya saat mendengar nama wanita lain keluar dari mulut suaminya, menimbulkan luka yang tak tertahankan di hatinya. "Riska?"

Serena, bukankah jauh dari nama Riska? lantas, gadis mana yang membayangi benak Nicklas hingga membuatnya mengigau seperti kehilangan arah?

Ditambah wajah kerinduan yang membuat hati Serena teriris, "Siapa Riska?"

Nicklas meraih tangan Serena dengan erat, seakan itu satu-satunya miliknya yang berharga. “Sayang... katakan padaku!!! Kejadian itu, Ah sial. Hangat bibirmu masih terasa disini”gumamnya serak. Nicklas menepuk pipinya, membuat kening Serena semakin mengkerut dalam.

"Wanita mana yang membuatmu seperti ini, Nick?" Serena menahan nafas, menatap pria yang tampak begitu rapuh di hadapannya.

Mungkinkah di balik nama perempuan itu, ada luka yang jauh lebih dalam menanti Serena?

"Apa dia berselingkuh di belakangku? kurang ajar"

****

****

Deru mesin mobil melaju kencang menuju mansion megah keluarga Creed. Setelah pesta berakhir, mereka kini sedang berada di perjalanan untuk segera pulang ke rumah.

"Berani-beraninya perempuan sialan sepertimu menampakkan diri di hadapanku?"

Plakk!

Plakk!

Serena memejamkan mata sejenak, Di benaknya, bayangan tamparan keras yang menghantam pipi Ruby saat pesta tadi terus berputar, meninggalkan rasa penasaran tinggi di hatinya.

"Bagaimana mungkin mama bisa sebenci itu pada Ruby?" Tamparan keras itu masih terngiang-ngiang, Serena merasa gelisah sebelum mendapat Jawaban dibalik kejadian tadi.

"Apa yang sebenarnya terjadi? tidak mungkin mama benci pada seseorang yang baru pertama kali ditemuinya. Pasti mereka sudah mengenal di masa lalu?"

Serena sebenarnya ingin meminta maaf pada Ruby atas insiden yang terjadi di pesta. Namun Ia tak tahu harus bicara dari mana.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang tidak aku ketahui tentang keluarga Creed?" Pandangan Serena mengarah pada sang suami yang terlelap di sebelahnya.

Mata Nickla terpejam erat, Mulutnya tak lagi mengigau dan sepertinya ia sangat kelelahan hingga tak sanggup membuka mata.

"Perempuan yang membuat ayahmu lumpuh?"

Mata Serena terpejam erat, "Apa sebenarnya hubungan Ruby dan keluarga Creed?"

"Oh, tunggu! kecelakaan sepuluh tahun silam?" Serena segera meraih tablet miliknya lalu mengetik kata kunci di mesin pencarian.

'Misteri kecelakaan keluarga Creed, Apakah Tragedi atau disengaja?'

'Mobil kelurga Creed terjun ke Jurang setelah melaju dengan kecepatan penuh'

'Hari ke-dua, Arthur Creed dan sang sopir berhasil di Evakuasi dalam keadaan hidup'

'Arthur Creed mengalami cidera parah pada kedua kaki'

'Sopir Pribadi keluarga Creed menjadi pelaku dalam kecelakaan yang menyebabkan Arthur Creed menderita kelumpuhan'

Wajah Serena diterpa cahaya dari lampu jalanan, kedua bola matanya terbuka lebar saat menelusuri satu-persatu artikel yang memuat tentang kecelakaan keluarga Creed sepuluh tahun silan.

Namun, tak ada satupun artikel yang memuat tentang hubungan masa lalu Ruby dan keluarga Creed.

"Aku harus segera cari tahu hubungan keluarga Creed dan Ruby, Bagaimana bisa mama sebegitu benci terhadap Ruby?"

Pandangan Serena mengarah ke luar jendela, gelap di luar sana seolah menghiasi hatinya. "Aku tidak bisa melepasmu begitu saja, Nicklas! aku akan melakukan apapun demi perasaan cintaku padamu"

"Kau harus bertanggung jawab karena membuatku jatuh cinta selama pernikahan kita."

****

****

Beberapa hari setelah kejadian Penamparan itu, Ruby memutuskan untuk keluar Apartemen mencari udara segar, menebus rindu pada sosok yang sudah lama tak dilihatnya.

Dibawah terik sinar matahari sore, gadis itu berjalan dengan Celana panjang dan kemeja santai yang melekat di tubuhnya yang ramping.

"Pak, Bagaimana keadaan Papa?"

"Pak Mohan sudah baikan, dari kemarin sudah makan Nasi meski sedikit, bagaimana kabar nona Ruby? lama tidak melihat anda berkunjung"

Ruby tersenyum ramah, "Saya baik pak, kebetulan banyak pekerjaan akhir-akhir ini. Oh iya, terima kasih banyak sudah membantu papa selama di rumah sakit, Bisa saya kunjungi kedalam pak?"

"Bisa, Mari ikut saya!"

Ruby mengangguk, Langkahnya pelan memasuki ruang tahanan yang pengap dan dingin.

Di sudut ruangan, sosok lelaki tua tampak duduk terkulai di atas bangku besi, tubuhnya kurus hingga tulang-tulangnya tampak jelas menonjol di bawah kulit yang kusam dan berkerut.

"Papa!" Ruby menahan getaran sakit di dadanya. Terlebih melihat cinta pertamanya kini semakin tua dan renta.

Wajah yang dulu pernah tegap kini dipenuhi bayangan kelelahan dan sakit yang mendalam.

Matanya yang sayu menatap kosong ke arah pintu saat Ruby masuk, seolah tak percaya putrinya benar-benar datang.

"Pa, Ayo keluar! aku bawa makanan kesukaan papa"

Dengan tangan gemetar, Ruby membantu pria itu bangun dan menuntunnya keluar dari ruangan pengap dan gelap.

mengeluarkan sebungkus nasi dan lauk kesukaan papanya dari dalam tas bekal.

"Aku masak udang saos mentega, Ada sayur labu kesukaan papa. Hari ini papa harus makan yang banyak ya!"

Ruby menundukkan kepala sejenak, menahan gelombang air mata yang mulai menggenang di sudut matanya.

Perlahan, ia menyuapkan makanan ke mulut lelaki itu. Sang ayah membuka mulutnya dengan susah payah, mengunyah dengan perlahan, tubuhnya yang lemah sesekali menggigil kecil.

"Pa, makan yang banyak ya," suara Ruby bergetar, berusaha terdengar tegar meski hatinya remuk. Ia menatap garis-garis halus di wajah ayahnya, ingat betapa dulu lelaki itu selalu menjadi pelindungnya, kini terbaring lemah tanpa daya dalam jeruji besi.

"Ruby!"

"Hm?"

"Papa rasa kamu sudah cukup kuat untuk berdiri dengan kakimu sendiri, Papa tidak akan lama lagi ada di dunia ini"

Ruby tersentak hingga Sendok di tangannya terjatuh, "Apa maksud papa? Jangan bicara sembarangan!"

"Papa sudah sangat lelah, Papa minta maaf sudah membuatmu hidup dalam kesulitan selama sepuluh tahun terakhir. Papa tidak ingin melihatmu menderita lagi."

Seketika, Ruby menunduk memeluk ayahnya, membiarkan air mata mengalir bebas tanpa malu. Dia merasakan sakit yang begitu dalam, bukan hanya karena keadaan fisik ayahnya, tetapi juga karena penyesalan yang membelit dada. "Apa maksud papa? Sampai kapanpun aku butuh papa di dunia ini. Aku sudah berjanji akan membebaskan papa sesegera mungkin"

Penyesalan karena tidak mampu melindungi lelaki yang dulu selalu melindunginya. "Bertahanlah sebentar lagi, Aku tahu papa sudah sangat lelah selama menjalani hukumam. Aku berjanji, Kurang dari sebulan papa akan keluar dari tempat ini"

Mohan menatap Ruby dengan pandangan penuh pengertian, seolah ingin meyakinkan bahwa cintanya begitu besar, meski kenyataannya begitu memilukan.

Suara langkah kaki penjaga yang melewati ruang tahanan mengingatkan Ruby bahwa waktu kunjungannya hampir habis. Ia mengusap air matanya dengan ujung jari, menarik nafas dalam-dalam, dan menggenggam tangan ayahnya erat-erat.

"Bertahanlah sebentar lagi, Papa harus janji padaku nanti akan keluar dalam keadaan sehat!"

"Bagaimana caramu melawan keluarga Creed?"

"Aku memegang kartu AS mereka, percayalah!!! Papa akan segera keluar dari tempat ini"

*

*

*

Bersambung....

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Gairah Liar Suami Sahabatku   Bab 6. Bukti Rekaman CCTV

    Dave berdiri tegak dengan setelan jas dan kemeja formal di lobi kantor, Pagi ini, wajah tampannya tampak tegang saat menyaksikan seorang wanita hamil turun dari mobil hitam bersama dua pengawal pribadinya. Suasana lobi terasa berubah saat Serena menatapnya tajam, Wanita itu berjalan anggun dengan dagu terangkat. "Selamat pagi nyonya, Serena!" Sapa pria itu dengan senyum ramah, badannya menunduk sedikit saat Serena berhenti di hadapannya. "Dimana suamiku?" Mata Serena menatap tajam, satu tangannya menaikkan tali tas dengan tergesa-gesa. Dave masih menundukkan kepala, "Tuan Nick sedang tidak ada di kantor, nyonya""Tutup mulutmu itu, Dave! Jangan pancing amarahku!""Saya berkata apa adanya" Dave mengangkat pandangan, "tuan Nicklas pagi ini ada jadwal meninjau proyek,"Alis Serena mengkerut tajam, nafasnya terasa kian berat. Entah mengapa, akhir-akhir ini Nicklas seolah sengaja menjauh darinya. Tapi bukannya pergi dari perusahaan, Serena menatap salah satu pengawal yang berdiri di b

  • Gairah Liar Suami Sahabatku   Bab 5. Noda Merah

    Disebuah toko bunga, Serena tengah memilih bunga kesukaannya. Bunga lili pink dan putih, Mawar merah dan sebagian berwarna kuning."Oh my god, Wangi sekali" ucapnya dengan mata terpejam. Seolah tak bisa berhenti mencium aroma bunga di hadapannya."Apa Nyonya Serena datang sendiri? Dimana suamimu?"Serena segera menoleh ke samping, Seperti mendengar sebuah sindiran halus. Matanya terbuka lebih lebar, "Alex? sedang apa?"Serena menatap ke arah mobil yang terparkir, disana, tepat di kursi penumpang paling depan. Ada siluet wanita dengan rambut tergerai tengah duduk anggun menunggu Alex."Mau beli bunga?" Lagi tanya Serena saat pertanyaannya tak kunjung dijawab.Alex mengangguk sebagai Jawaban, "Untuk pacarku" jawabnya singkat."Oh!" Serena bergumam pelan. Sekali lagi matanya melirik ke arah mobil, tepat ke arah wanita itu. "Kasihan sekali nasibmu, Ruby" Serena berkata dalam hati, Gadis yang duduk di mobil Alex bukanlah Ruby, melainkan gadis lain.Serena masih ingat betul bagaimana Ruby

  • Gairah Liar Suami Sahabatku   Bab 4. Temani Aku di Apartemen!

    Jam kerja berjalan seperti biasa, Hari ini Nicklas menahan lapar karena Serena menyiapkan Steak dingin didalam kotak bekal."Sudah aku kira, Dia tidak berniat menjadi seorang istri. Steak dingin?" Alis Nicklas terangkat, dadanya bergemuruh kesal setiap mengingat makan siang yang disiapkan istrinya.Pria tampan itu duduk di kursi ruang Direktur, matanya terpaku pada layar laptop yang penuh dengan laporan dan email masuk. Jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme gelisah, menandakan beban kerja yang tak kunjung reda."Sialan Dave!!" Nicklas meraih telepon nirkabel dan menghubungkannya ke ruangan Aistennya."Sialan, Aku butuh makan siang!""Segera tuan!"Namun tak lama berselang, pintu ruangan terbuka, dan Dave masuk dengan ekspresi ragu. "Tuan maaf, ada seorang yang ingin bertemu, katanya penting," ucapnya pelan. Nicklas menatap Dave sebentar lalu mengangguk pelan, "Cepat pesankan aku makanan atau tantatangani surat pemecatan!" matanya tetap tertuju pada layar. "Baik! segera akan saya

  • Gairah Liar Suami Sahabatku   Bab 3. Dinding Penjara yang dingin

    "Aduh anak itu....Dasar bikin malu" "Tenang ma, Nick butuh sedikit hiburan untuk menghilangkan penat dari pekerjaannya yang menumpuk" Serena berusaha menenangkan ibu mertuanya yang nyaris murka."Apa dia berkata kurang ajar padamu? Apa Nick tadi melontarkan kata yang menyakitkan selama pesta?"Serena tersenyum sambil mengelus punggung mama mertuanya untuk memberi ketenangan, "Jangan khawatir ma, Nick sangat baik padaku hari ini, dia perhatian padaku saat pesta berlangsung""Harusnya setiap hari dia baik padamu, Serena. Bagaimana caranya kalian membesarkan anak, jika hubungan kalian tidak rukun layaknya suami-istri pada umumnya?""Mama lihat saja nanti, Anak ini akan tumbuh di keluarga harmonis. Mama harus percaya bahwa Nick akan berubah ketika nanti anak kami lahir"Perempuan paruh baya dengan Dress putih itu meringis, ada rasa kasihan, namun juga ada rasa bangga terhadap menantunya yang begitu penyabar, Serena benar-benar berhati luas di matanya. "Beruntung Nick memiliki istri sebai

  • Gairah Liar Suami Sahabatku   Bab 2. Gadis Pembawa Sial

    "Nicklas Sialan, bisa-bisanya menciumku penuh nafsu seperti itu. Dimana letak kewarasannya?"Ruby melangkah cepat memasuki Ballroom hotel, sesaat setelah Nicklas melepaskannya dari dalam mobil. Namun baru saja beberapa langkah menapaki Lobi,"Baby!!"Ruby menoleh saat mendengar panggilan yang tak asing di kepalanya. Ya. Suara yang begitu familiar di Ingatan. Iapun menoleh dengan ragu-ragu,"A-Alex? kenapa kamu bisa ada disini?" Keningnya mengkerut tajam saat melihat kehadiran kekasihnya di tempat itu. "Kenapa nggak bilang mau kesini?""Hal mendesak Apa yang membuatmu datang dari arah parkiran, sayang?Bukankah seharusnya kamu ada didalam, hm?"sosok Pria berjas hitam mendekat ke arahnya, Mengelus kepala Ruby dengan lembut. Namun, ada ketegasan disetiap inci tatapannya.Pria itu berdiri tegap, posturnya yang tinggi dan badan kekar membuat Ruby harus mendongak ketika ingin menatapnya."Alex lepas dulu, kenapa kamu nggak bilang mau kesini? " Ruby melepas tangan Alex yang melingkar posesi

  • Gairah Liar Suami Sahabatku   Bab 1. Ciuman Nicklas

    "Bisa kita mulai acaranya sekarang?" "Sebentar sayang, Teman-temanku belum sepenuhnya datang. Kita tunggu lima belas menit lagi, ya! Kamu boleh minum-minum dulu sama rekan bisnis." "Serena!" wajah Nicklas tampak dingin. "Aku tidak suka keramaian seperti ini" "Demi anak kamu sekalipun? nggak ikhlas banget sih" Serena berdecak kesal, lalu meninggalkan sang suami demi menyapa teman-temannya yang hadir di malam Pesta. Di sebuah Lobi hotel bintang lima, alunan musik klasik mengalun lembut, menciptakan suasana mewah di setiap sudut. Di tengah keramaian, Serena Thuyara berdiri anggun dengan gaun putih berlengan panjang yang menonjolkan perut bundarnya yang semakin membesar. Senyumnya mengembang saat para tamu datang menghampiri, memberikan ucapan selamat dan hadiah-hadiah indah saat pesta berlangsung. Malam ini merupakan perayaan kehamilannya yang memasuki trimester ketiga. Sebagai istri dari Pengusaha terkenal, Serena tentu bersemangat mengadakan perayaan mewah dan mengundang tema

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status