Share

Sekretaris Baru Kece Badai

"Wah ... siapa tuh, ganteng bingits?!"

"Ehh, iya lho mirip artis deh!"

"Cari siapa tuh cowok?"

"Lho ... kok ke ruangan Bu Tika sih?!"

Bisik-bisik para karyawati perusahaan Golden Wing Packaging and Cargo Corp. terdengar berisik seperti dengungan sarang lebah mengiringi kehadiran sosok pria tampan dan macho di lantai 10 Wiryawan Grup Building.

"Selamat pagi, Miss Cantik ... ka!" ucap Arsenio saat dia menghadap bos barunya di ruangan presdir.

Penampilan wanita matang di hadapannya begitu profesional dengan kaca mata baca bertenger di hidung mancungnya yang mungil, nampaknya Cantika sedang sibuk memeriksa email di layar laptopnya. 

"Hai, Sen. Pagi juga. Apa kita bisa mulai pekerjaan kamu sekarang?" balas Cantika yang memang sudah sibuk di meja kerjanya sejak tiba di kantor. 

Wanita yang memegang jabatan presdir itu memang workaholic di kesehariannya hingga seperti memasang kaca mata kuda pada lawan jenis yang lewat seganteng apa pun. Bahkan, Arsenio yang ganteng nggak ada obat pun tak cukup membuat Cantika jatuh hati.

"Jadi saya harus mengerjakan apa nih, Miss?" tanya balik Arsenio sembari melangkah menuju ke samping kursi Cantika di balik meja kayu jati yang kokoh.

Dengan segera Cantika menjelaskan apa yang harus sekretaris barunya kerjakan. Membuatkannya dokumen kontrak elektronik untuk beberapa klien yang sebelumnya telah sepakat memakai jasa pelayanan kargonya sebagai agen ekspedisi barang ke luar negeri. Selain itu Arsenio juga harus mengirim balasan email follow up untuk calon klien yang sempat menanyakan tarif dan detail servis perusahaan tempat kerjanya yang baru.

Bosnya yang cantik itu tak hanya sekadar menjabat karena puteri pemilik perusahaan saja, tetapi Cantika memang menguasai kemampuan menjalankan perusahaan papanya dengan luar biasa profesional. Arsenio pun mendadak terkagum-kagum dalam hatinya. Dia memang lulusan Oxford University. Namun, bila dihadapkan dengan Cantika, dia bak anak kemarin sore yang canggung menangani tuntutan klien-klien perusahaan tersebut.

"Baik, Miss Cantika. Saya paham. Kalau begitu saya permisi dulu ke meja depan!" pamit Arsenio dengan sopan membawa setumpuk berkas data klien yang harus dia buatkan surat kontrak kesepakatan pemesanan jasa pengiriman barang.

Sayangnya baru saja dia duduk di balik meja kerjanya, rekan-rekan kerjanya yang berjenis kelamin perempuan menyerbu Arsenio untuk mengajak berkenalan. Mereka kepo maksimal dengan pria ganteng berperawakan gagah itu.

"Sudah punya pacar belum, Mas Arsen?" tanya Cindy terang-terangan karena dia masih jomblo.

Arsenio mulai menyalakan laptop milik papanya di meja sambil menjawab singkat, "Belum." 

"Wah masih single dong. Gimana kalau nanti sepulang kantor kita hangout rame-rame ke mall?" ujar Melinda yang juga naksir dengan pemuda tersebut.

Namun, Arsenio teringat permintaan Cantika bahwa dia harus mengantarkan bosnya ke Hotel Mariott petang ini. "Maaf, hari ini sudah ada acara. Mungkin lain kali ya, Mel. Oya, sudah dulu dong ngobrolnya, kerjaanku nggak kelar-kelar kalau kalian ajak ngobrol melulu!" jawab pemuda itu seraya mengusir halus fans-fans barunya di hari pertama dia masuk kerja.

"Oke deh, yuk temen-temen kita balik kerja dulu. Makan siang nanti kita bareng ya, Arsen!" sahut Rosana mencoba caper kepada pemuda gebetan barunya sama seperti teman-teman sekantornya.

"Boleh. Kalau Miss Cantika nggak minta aku nemenin dia ya!" jawab Arsenio karena yang menjadi fokusnya adalah bos barunya saat ini. Papanya serius berpesan untuk selalu mendampingi Cantika.

"Yaaahh!" seruan kekecewaan kompak terdengar dari mulut para perempuan yang mengerumuni meja kerja Arsenio.

Namun, pemuda berusia 25 tahun itu memberikan kode agar mereka untuk bekerja kembali di meja masing-masing. Akhirnya kehebohan instan di kantor tersebut mereda. 

Sesekali para karyawati yang duduk di deretan meja berseberangan dengan Arsenio curi-curi pandang ke arah pemuda itu. Beberapa juga kesal karena bos mereka yang perawan tua justru menjadi pusat perhatian sekretaris baru yang kece badai tersebut.

Jelang jam 12 siang, para karyawati di lantai managemen itu telah bersiap-siap untuk mengajak Arsenio makan siang bersama. Namun, sayangnya mereka harus menelan kekecewaan.

Langkah kaki di atas high heels 12 cm itu mengetuk-ngetuk lantai marmer hingga berhenti di depan meja sekretaris. "Sen, kita makan siang bareng yuk. Aku mau makan di luar kantor aja!" ajak Cantika yang didengar juga oleh para karyawatinya. 

Sedangkan, para karyawan Cantika diam-diam menertawakan rekan-rekan karyawati mereka yang sedari tadi heboh berencana untuk makan siang bersama sekretaris baru yang konon katanya ganteng tak ada obat itu. Pupus sudah harapan mereka.

"Ohh ... boleh, Miss. Ayo kita berangkat sekarang saja!" sambut Arsenio dengan riang. Dia malas meladeni rekan-rekan kerja baru di kantor yang agresif mengejar dirinya.

Cantika memberikan senyuman ramahnya kepada semua karyawannya yang masih duduk di kursi kerja mereka masing-masing. Tangannya memegang lekuk lengan kekar berotot pemuda di sampingnya sambil melangkah penuh percaya diri.

"HA-HA-HA. Kapok kalian semua, kelar sudah rencana makan siang bareng mas sekretaris yang ganteng!" ejek Bobby yang menjadi general manager perusahaan pimpinan Cantika.

Cindy pun menyahut, "Ckk ... seneng loe! Besok masih bisa dicoba lagi kok."

"Oke, tunggu aja. Kali besok ditikung sama Bu Tika lagi pas jam makan siang," balas Bobby sambil tertawa geli melenggang bersama karyawan lainnya menuju ke lift untuk turun.

Mendengar cemoohan Bobby maka Melinda pun berkata ke rekan-rekannya, "Bu Tika ngapain sih sok akrab sama si Arsen. Dia mah udah tuwir, ibarat kata expired kalo jadi perawan. Masa mau ngegebet daun muda sih?!"

"Iya, Mel. Kasihan tuh halu kalo Arsen bakalan mau sama dia," timpal Rosana yang mendapat anggukan setuju dari para karyawati yang bergosip itu.

Sementara pasangan yang menjadi bahan perbincangan di kantor justru damai-damai saja di dalam mobil Porsche silver yang melaju di tengah hiruk pikuk lalu lintas ibu kota di siang hari. Sekali lagi Arsenio yang mengemudikan mobil milik bosnya. 

"Gimana kerjaanmu di hari pertama, Sen. Apa kamu seneng?" tanya Cantika santai.

Arsenio menoleh sekilas sembari tertawa pelan. "Temen-temen kantor yang cewek agresif deh, Miss. Kalau soal pekerjaan sih so far so good, petunjuk dari Miss Cantika sudah jelas kok tadi!" jawabnya.

Mendengar jawaban sekretaris barunya, Cantika pun puas. Dia tak mempermasalahkan para karyawatinya yang agresif mendekati pemuda ganteng itu. Wajar sih, tampang dan perawakan Arsenio di atas rata-rata.

"Aduh, aku lupa deh, Sen. Kalau kamu nganterin aku ke hotel lantas kapan jengukin papa kamu di rumah sakit?" ujar Cantika tak enak hati memonopoli waktu Arsenio seharian.

"Santai, Miss. Sepulang dari acara di hotel aja, saya jenguk papa lagi sendirian," jawab Arsenio tak menganggap kesibukannya sebagai beban.

'Setidaknya khusus hari ini saja aku merepotkan Arsenio,' pikir Cantika. Rasanya malas sekali harus menuruti keinginan papanya untuk bertunangan dengan Hans. Dia punya rencana jitu agar calon tunangannya membatalkan perjodohan yang tak diinginkannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dudi Supriyadi
bagus semoga bisa menjadi inspirasi bagi setiap pembaca lainnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status