Share

Bab 6: Begitu Menggoda

Author: Vani Vevila
last update Last Updated: 2022-01-24 09:15:18

Sejak sampai kembali ke apartemen Naya merasa gelisah. Dia memandangi jam dinding dan jam pada ponselnya bergantian. Setelah berhasil meminta Lukas untuk pulang lebih cepat dengan alasan ingin istirahat, Naya berharap apa yang dikatakan oleh Evan adalah sebuah kebenaran. Benar jika itu merupakan janji untuk bertemu.

Lagipula Lukas baik-baik saja dan terlihat senang ketika ia meminta pulang, tidak memakan banyak waktu di mall, tempat yang membosankan bagi Lukas. Lalu bagaimana Naya bisa yakin bahwa Evan akan muncul di lobby nanti?

"Ah, udahlah… Cowok kayak dia juga punya bakat jadi cowok brengsek, goda sana, goda sini." Naya membanting ponsel, pergi ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Dia memutuskan untuk menghabiskan malam dengan menonton series sambil menikmati camilan yang ia beli saat pergi tadi.

Jam 9.43 malam. Naya memandangi jam dinding sambil mengucek mata. Tanpa direncanakan dia ketiduran entah dari kapan, yang jelas ia adegan di layar televisi di hadapannya terlihat asing dan tidak dimengerti. Mungkin sudah terlewat satu sampai dua episode, entahlah, Naya berjanji akan menontonnya kembali besok.

Naya loncat dari sofa, berdiri, mencari cardigan yang tadi ia taruh di atas sandaran. Bagaimana kalau Evan benar-benar ada di lobby? Bagaimana kalau dia sudah menunggu dari lama? Sesungguhnya Naya mengutuk dirinya akan sendiri harapan dan rasa khawatir akan kehadiran Evan.

Naya beranjak pergi, coba turun ke lantai dasar. Setidaknya dia bertanggung jawab karena tidak menolak tawaran Evan jika memang ada di sana. Kosong. Tidak ada siapa-siapa dan hanya ada penjaga yang duduk di balik mejanya, mengetahui kedatangan Naya, tapi terlihat tidak peduli.

Siap, batin Naya kesal, merasa dipermainkan. Dia merogoh kartu dari dalam saku, bersiap menaiki lift, kembali ke atas.

"Lama banget, sih?" Evan muncul entah dari mana memeluknya dari belakang. 

Sontak Naya melepas pelukan itu, menoleh ke arah penjaga yang masih dalam posisi yang sama.

"Jadi, kamu mau apa ke sini?" Naya mengecilkan volume suaranya.

"Kan udah aku bilang, aku bersedia nemenin kamu. Kapanpun. Kamu kelihatan kesepian, Naya." Evan menatap tulus wajah Naya, memperhatikan semua bagian yang ada di wajahnya. 

Naya kembali menoleh ke arah penjaga. "Astaga… Kita bicara di atas."

Naya mengajak Evan menaiki lift menuju unit apartemennya. Mempersilakan pria itu masuk ke area pribadinya untuk kedua kali.

"Aku tahu kamu butuh aku, Naya." Evan memperhatikan Naya yang berjalan ke sofa kecil, di depannya terdapat televisi yang menyala. Tepat di samping sofa itu terdapat sebuah kasur berukuran sedang.

Naya meningkatkan suara volume televisi sedikit. "Maksudnya? Apa yang kamu mau?"

"Nggak ada. Aku cuma mau bikin kamu seneng." Evan melepas sepatu converse hitamnya, menyusul Naya yang sejak tadi berdiri di antara sofa dan kasur. 

Evan menarik tangan Naya, mengecupnya. "Dari kemarin kamu nggak kelihatan bahagia, padahal kamu lagi jalan dan habisin waktu bareng orang terdekat."

Naya hanya memperhatikan gerakan Evan, merasakan tangannya yang hangat saat bersentuhan dengan bibir Evan, juga mendengar kata-kata dari mulutnya yang tidak tahu mengapa terasa menenangkan.

Evan menarik tubuhnya, kedua tangannya melingkar di pinggang Naya. "Kalau kamu mau bantuan aku buat bikin kamu seneng atau bahagia, kamu bisa ngomong sekarang juga."

Naya menaikan alisnya. Tidak begitu paham dengan apa yang Evan katakan, tapi dia sangat paham dengan perasaannya sendiri. Memang, berpacaran dengan Lukas tidak benar-benar membuatnya merasa bahagia selama ini. Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya dan sampai saat ini Naya tidak tahu apa itu.

Evan mendekatkan wajahnya. "Please bilang sama aku. Kamu mau bahagia."

Naya hanya mengangguk. Dia berbisik lirih. "Iya, aku mau bahagia dan dia nggak pernah buat aku bahagia."

Dalam sekejap Evan mencium Naya, mulutnya meraba dan memainkannya. Dia melumat bibir Naya tanpa jeda. Naya mengikuti ciuman liar itu. Dia merasa ingin melakukannya.

.

.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 64: Langkah Berikutnya

    Sambil mengunyah suapan daging bercampur nasi dan sayur, Naya memerhatikan wajah Evan. Ekspresi tenang yang tidak pernah lepas dari pria itu meski sedang dalam situasi tidak mengenakan memang selalu menghipnotis dirinya. Seperti saat ini, bisa saja ia masih menangis, entah menangis bodoh atau menangis karena tidak percaya. Pengkhianat yang justru mendapat pengkhianatan. Tetapi Evan berhasil membuatnya tenang. Pikirannya memang masih berkecamuk, tapi keberadaan Evan membuat ia sadar, berkhianat bisa jadi pilihan yang baik. Apalagi dalam kondisi seperti ini, munculnya persoalan Lukas dan wanita itu, juga fakta yang tiba-tiba saja muncul. Mungkin Tuhan sengaja mempertemukan ia dengan Evan. "Jadi, bisa kan kita lebih dari ini, Na?" tanya Evan sambil menatap mata Naya. Pertanyaan itu membuat Naya hampir mengeluarkan kunyahannya. "Maksud kamu?" "Kita menikah aja ya?" Evan tersenyum, senyuman dengan tatapan mata penuh kesungguhan. "Aku ingin kita benar-benar jadi satu. Nggak ada lag

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 63: Rasa Perih Bercampur Nikmat

    Sama sekali tidak terbayang, Naya yang baru saja terluka, mendapatkan rasa perih yang sudah pasti akan lama terobati, saat ini mendapat kenikmatan yang membuatnya lupa akan rasa perih teraebut. Sekilas air mata Naya menggenang, kembali mengalir. Namun tangisan itu tidak datang dan langsung menghilang saat nafas juga aroma tubuh Evan kini menguasainya. "Kamu cantik banget, Na. Aku selalu kangen lihat ekspresi kamu kayak gini, suara kamu, desahan..." Evan masih memainkan jarinya. "Aku juga, aku selalu ingin lakuin ini sama kamu. Setiap hari. Ahhh.. Evan...." Naya menggelinjang, sebelum Evan memberi sentuhan dahsyatnya, ia sudah mendapat kenikmatan. Evan tersenyum puas, baginya, berhasil memberi kenikmatan pada Naya adalah satu pencapaian. Apalagi ia belum memainkan miliknya. Evan mengecup tubuh Naya, dari satu bagian ke bagian yang lain. Meninggalkan tanda. "Aahh... Hh.." Naya sangat menikmati. Entah karena ia sedang dalam kondisi sangat tidak baik, lalu mendapat kenikmatan d

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 62: Obat Luka dari Evan

    Naya sudah mengajukan cuti dua hari ke kantor. Tidak mungkin datang ke kantor dengan mata bengkak, wajah kucel, dan tubuh lemas. Rasanya setengah jiwa masih mengambang entah di mana. Mungkin karena masalah kemarin belum selesai dan ada ujungnya. Sejujurnya, Naya masih penasaran dan ingin bertanya banyak tentang wanita bernama Hana. Wanita yang dijodohkan pada Lukas. Tapi sudah, cukup, Naya merasa bila ia tahu lebih dalam tentang wanita itu dan Lukas sama saja seperti sedang menyayat pergelangan tangan sendiri. Akan terasa sakit, jelas menimbulkan luka, dan bekas yang sulit hilang. Kedua tangan Naya memijat kepala, terlalu banyak nangis membuat kepalanya terasa tidak enak. Nyeri. Dia mengambil ponselnya, ada tiga missed call dari Lukas. Tepat ketika dia sedang membuka aplikasi chat, datang panggilan ke ponselnya. Evan. "Hi.." Nada suara Naya parau. "Aku di lobby. Boleh ke sana?" Informasi itu membuat Naya sedikit terkejut. "Aku lagi jelek," ucap Naya. Bagaimana bisa dia m

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 61: Terlalu Percaya Adalah Kesalahan Fatal

    Hampir saja Naya menangis saat mendengar kalimat itu. Air matanya telah berkumpul di pelupuk, siap untuk terjun. Dia coba menahannya, membuat dadanya terasa sangat sesak. Ingin sekali berteriak sekencang-kencangnya. Memang salah menghadapi kenyataan pahit ini dengan mengamuk? Naya masih menahan segalanya. Dia berharap secepatnya sampai di ruman.Pada akhirnya, Tuhan menunjukkan bahwa, semua manusia itu punya bakat buat jahat. Bukan hanya Naya yang berselingkuh dengan Evan, tapi Lukas juga mengkhianati dirinya lebih parah. Jauh lebih dulu, langkahnya lebih cepat. Bahkan sampai tidak terlihat. Yang ada, hanya hasil dari langkah-langkah itu, lubang dalam karena injakan sepatu yang tajam. Naya yang selama ini berusaha menutupi kehadiran Evan ternyata sama saja seperti Lukas yang berusaha menutupi adanya keluarga kecil, beserta kehidupannya yang kalau dipikir menjadi sangat asing. Konyol."Makasih lho." Naya berusaha baik-baik saja, meski tubuh, hati, dan pikirannya terasa remuk."Santai

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 60: Seperti Melewati Babak Baru

    Entah dari mana rasa sakit itu muncul kembali dalam hatinya. Meski ia belum benar-benar tahu apa yang sedang terjadi, tapi kecurigaannya terhadap sosok anak kecil dalam pangggilan video yang baru saja dilihat mengarah pada hubungan Lukas dengan wanita bernama Hana.Naya memandangi langit yang mulai terang di luar sana. Dia menghela napas untuk kesekian kalinya. Cara Naya menenangkan diri walau tentu tidak bisa sepenuhnya. "Mau aku antar sekarang?" Tiba-tiba Lukas muncul, wajahnya tampak lebih tenang dari sebelumnya.Naya memegang dan memijat bahunya sendiri. "Kan aku udah bilang nggak usah.""Atau aku aja gimana? Kak Lukas jagain Kak Hana aja. Dia butuh kakak di sampingnya." Eva ikut menawarkan jasa. "Aku bawa mobil."Asing, tentu saja. Naya baru mengenal Eva sekian jam lalu, tapi perempuan yang terlihat lebih muda darinya itu sudah bersedia mengantar pulang. Tetapi sesi seperti ini tidak ingin Naya lewatkan begitu saja. Dia bisa mendapat lebih banyak informasi mengenai Hana dan Luk

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 59: Lukas yang Masih Ingin Berjuang

    Setelah hampir empat jam menghabiskan waktu di perjalanan, tanpa obrolan apapun, mereka sampai ke tujuan. Seorang gadis berambut pendek dengan pakaian casual terlihat berdiri di depan pintu ruang UGD.Naya memerhatikan gadis itu, wajahnya sangat menggambarkan rasa khawatir. Saat mengetahui Lukas telah datang, gadis itu sontak mendekati."Kak, Mbak Hana nggak apa-apa kok kata dokter. Cuma tetap harus dirawat dulu buat dipantau. Lagi nunggu kamar aja."Lukas menoleh ke pintu UGD. "Beneran nggak apa-apa?"Gadis itu mengangguk. "Udah sadar, tapi masih lemes banget.""Kakak dari mana? Kantor?" Dia lanjut bertanya sambil melihat Naya, lalu tersenyum."Dari luar kota. Oh iya, ini Naya." Lukas memperkenalkan Naya."Naya.""Eva. Temannya Kak Lukas?"Naya menelan ludah. Apa yang harus ia katakan? Naya hanya bisa mengangguk."Tadi gimana ceritanya? Dia ngapain? Minum obat asal-asalan atau gimana?" Lukas seolah mengalihkan pembicaraan."Iya, obat tidurnya sendiri. Kata dokter bikin badannya nggak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status