Setelah memakai topeng, James dan Oliv turun dari mobil. Acara itu diadakan di gedung hotel bintang lima.Area parkir sudah dipenuhi mobil-mobil mewah dengan berbagai merk. Terkadang, acara amal seperti itu dijadikan ajang untuk pamer gaya dan kekayaan. Itulah sebabnya pesta itu bertema pesta topeng.Olive berdecak kagum saat masuk kedalam gedung. Acara itu belum dimulai, jadi para tamu sedang bercengkrama satu sama lain. James menghubungi mola untuk menemuinya. "Pak James?" Seorang wanita memanggil James dari belakang, saat James berbalik rupanya itu Mola.. James tidak terkejut jika mola berpakaian sangat terbuka. Meskipun dia memakai gaun panjang merah hati, tapi belahan dadanya sangat rendah. Ditambah gaun itu juga berpunggung terbuka. Oliv mendelik melihat pemandangan itu. Tapi dia cukup puas melihat James yang sama sekali tidak tertarik dengan Mola. "Ini, berikan kepada panitia" James memberikan amplop cokelat tebal kepada Mola, lalu pergi menggandeng Oliv. Mola menatap kep
"Baiklah, untuk dansa pertama akan dilakukan oleh penyelenggara acara yaitu bapak Sutomo dan ibu Angel, kami persilahkan," pembawa acara resmi membuka pesta dansa.Semua tamu berkumpul ditengah aula, dan menyaksikan Sutomo dan Angel berdansa. Setelah tiga putaran, barulah para wanita lelang bertemu dengan pembeli mereka. "Halo Munawaroh," kata James ramah. Langsung memegang tangan Alice dan memeluk pinggangnya dengan tangan yang lain.Alice menatap pria yang sanggup membelinya dengan harga luar biasa . Dia sudah menerkanya bahwa itu James. Mata Alice mulai berkaca-kaca. Bibirnya bergetar tidak dapat mengungkapkan kekecewaan nya yang begitu dalam. Tapi melihat James ada didepannya membuat hati Alice mencair. Dua hari dia berusaha menahan rasa sakit diabaikan pria yang baru saja berjanji akan selalu bersamanya. "Apa kabar sayang?" tanya james lembut, senyuman hangat mengembang dibibirnya yang kelu."Apa kau melihatku baik-baik saja?" Alice setengah berbisik, suaranya bergetar dan
"Apa kau tidak berniat mengabulkan permintaanku James?" Alice bertanya dengan tatapan muram.James menggeleng sedih, dia tidak akan merenggut mahkota wanita yang dicintainya. Alice hanya terbawa emosi, James tau dia akan menyesali permintaannya itu. Tanpa diduga, Alice mendorong james dan bangun dari ranjang. "Kenapa? Bukankah kita akan melakukan apapun yang menjadi keinginanku?" Alice tampak sangat marah."Alice," James mengacak rambutnya yang mulai panjang tak terurus, "kamu akan menyesali keputusan itu." James mencoba mengingatkan.Alice menatapnya nanar, mulutnya menganga tak percaya, "Kamu pikir kamu lebih tau apa yang menjadi keinginanku?"James maju hendak memeluk Alice, tapi Alice mengangkat jari telunjuknya dengan marah, "Aku tau kamu tidak menginginkan aku lagi!" sembur Alice murka."Bukan.." James berpikir, "ya, aku tidak menginginkan kamu lagi" Ya itu jawaban terbaik untuk Alice agar dia tidak perlu mengharapkan James lagi, semakin lama bersamanya hanya akan membuat Al
"Alice," ucap Oliv lembut sambil terus mengusap punggungku.Terasa nyaman, tapi tidak cukup mengobati sakit hatiku."Kamu bisa cerita apapun ke aku," bujuk Oliv lagi. "Aku cuma pengen sendiri Liv, maafkan aku," aku menjawab tanpa melihat wajahnya. "Baiklah, kalau butuh sesuatu aku ada di halaman belakang," ujar Oliv sambil berlalu. Setelah memastikan Oliv pergi, aku pun berbaring di ranjang empuk milik Oliv. Di kontrakanku hanya kasur busa merk bola dunia yang sudah lepek. Salah satu alasan aku memilih pulang ke rumah Oliv. Setidaknya, aku bisa tidur dengan nyaman.Aku memeluk diriku sendiri dari dalam selimut. Bahkan aku belum mengganti gaunku. Gaun pinjaman dari Cici. Aku yakin dia akan marah melihat Gaun kesayangannya kusut masai.Tapi aku tidak peduli, aku hanya ingin bermuram durja. Menangisi hatiku yang perih karena luka yang belum pernah aku rasakan. Aku belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Meski pacar pertamaku adalah Bobi, tapi aku menerimanya hanya atas dasar mencoba hal
Matahari telah menghilang dibalik cakrawala yang menguning. Angin senja begitu dingin menusuk tulang-tulang ku yang kering. Tidak ada tanda-tanda orang yang aku cintai akan hadir.Tuhan! Jika aku bisa menukar nyawaku untuk bertemu dengannya, maka ambil saja nyawaku. Tapi sebelum itu, pertemukan aku dengannya!Otakku seolah menjerit kan doa yang sangat putus asa. Berharap keajaiban tuhan berpihak padaku kali ini. Ini pertama kalinya aku jatuh cinta, tapi kami harus berpisah. Aku masih duduk bersembunyi di sebelah pohon bonsai pucuk merah. Memeluk diriku sendiri dengan tubuh kedinginan dan bibir bergetar. Entah berapa lama lagi aku harus menunggu. Harapanku hampir pergi, tapi ku kuatkan jiwaku untuk tetap terjaga. Kewarasanku hampir hilang bersama ketiadaan kabar darinya. Oh James! Kau sungguh membuat aku gila!Oliv memanggilku dengan cemas. Sementara Jody hadir berusaha memberikan aku penjelasan. Yang intinya, James sudah pergi dan tidak akan kembali. Aku harus segera pulang. Begitu
Aku menatap kosong sudut kamarku yang suram. Tidak bersemangat melakukan apapun. Menyendiri adalah hal terbaik yang bisa ku lakukan saat ini. Meskipun lubang besar dihatiku terus meneteskan darah. Menunggu seseorang untuk melengkapi bagian dari hatiku yang telah pergi. Tapi itu hal yang mustahil. Karena bagian itu telah pergi bersama pria brengsek pengecut yang tidak bertanggung jawab. Baru saja mengucap janji, tapi dia malah pergi hanya karena ayahku tidak merestui.Ponselku terus berdering sejak tadi. Aku mengabaikannya untuk alasan menyelamatkan diriku dari menangis. Aku kelelahan, dan akhirnya aku tertidur lagi.Sebenarnya, aku tidak selalu sendiri. Pintu ku biarkan tidak terkunci agar aku tidak perlu bolak balik membukanya. Teman-temanku khawatir, jadi mereka bolak balik ke rumahku untuk memeriksa.Bahkan bu Siti, pemilik rumah kontrakan ini. Setiap satu jam sekali dia akan memanggilku entah apa saja yang dia tanyakan. Bu Siti memang orang yang baik. Dia menganggap ku seperti
"Katakan saja," aku berusaha memberinya dukungan.Frans tersenyum lega melihat ekspresiku, "aku rasa kau cocok menjadi model, Alice," Aku menutup buku yang baru saja ku buka. Menatap Frans tak percaya. Aku sedang terpuruk dan dia sibuk menawari aku menjadi model? Berjalan cantik saja aku tidak bisa. Frans seperti mengerti melihat wajahku, seketika dia gugup."Alice, begini. Menurutku, jika ingin melupakan seseorang kau harus melakukan sesuatu yang baru. Setidaknya kau bisa sibuk menata karirmu dari pada bermuram durja. Kau terlalu berharga untuk terpuruk Alice," kata Frans menasehati.Aku diam, menatap mata Frans yang tulus. Dia cukup baik menurut pandanganku. Dan Oliv juga dekat dengannya. Jadi aku yakin dia murni hanya ingin membantuku. "Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Pikirkan saja baik-baik. Aku tidak memaksa," timpal Frans sambil tersenyum hangat.Aku mengangguk membalas senyumnya. Lalu dia pamit pulang.Setelah percakapan yang sangat menyenangkan itu, aku tidak konsentr
Alice!Alice!Alice!Pekik seseorang dari depan sana. Aku sedang menikmati makan siangku yang sangat terlambat. "Kamu kenapa lagi? Ayo dong cerita ke kita biar kamu lega!" pinta Cici yang baru saja masuk.Tanpa meminta persetujuan ku, dia langsung mengambil sendok dan ikut makan bersamaku. Dia memang sangat luar biasa. "Kalian tau, dia baru saja pergi keluar dengan wajah datar itu. Tapi saat kembali, dia sudah tersenyum seperti orang gila!" ujar Oliv dengan wajah ngeri.Aku tertawa mendengarnya. Seburuk itukah aku? Tapi jangankan mereka. Aku juga sangat heran dengan suasana hatiku saat ini. Cici, Sinta dan Oliv menatapku tak percaya,"Kau tertawa?" tanya Sinta heran.Aku mengangguk saja. Mengingat kejadian mengagumkan saat Clarisa terjerembab dengan pantat nunggingnya. Aku rasa dia memakai celana penambah volume bokong. Mengingat itu, aku semakin terpingkal. Tapi hal yang paling membuatku bahagia adalah, mengetahui fakta bahwa James dan Clarisa tidak bercinta. Aku tidak tau apa