"Jadi bagaimana? Sudah puas?" Aku tersenyum sumringah, lalu memeluk Oliv penuh cinta, "terima kasih Oliv," Oliv memelukku erat, sambil mengelus punggung ku. Seharusnya saat ini dia yang butuh dikuatkan bukan aku. Jika aku hanya mengkhawatirkan hati, dia bertaruh dengan nyawanya."Jangan bermuram durja lagi, aku tau kau terpukul dengan kepergiannya," ujar Oliv sangat lembut, aku nyaris tidak mendengarnya."Maafkan aku membuat kalian khawatir," "Bersabarlah, aku yakin dia akan kembali jika memang ditakdirkan untuk kamu,""Aku akan berusaha bangkit,""Itu baru Alice ku!"Aku senang, Oliv tidak banyak bertanya tentang keadaanku. Dia hanya memberikan semangat dan dukungan yang aku butuhkan. Dia membuatku semakin yakin untuk menerima tawaran Frans. Dan untuk saat ini, aku cukup bersemangat untuk memulai hari baru. Seolah aku terbangun dari tidur panjang setelah tertusuk jarum. ***Setelah malam indah itu, aku menjadi lebih semangat menjalani hari-hari yang lebih cerah. Orang-orang yang
Keesokan harinya. Kami berangkat ke bandara untuk mengantar kepergian Oliv dan orang tuanya ke singapura. Mereka menaiki sebuah pesawat jet pribadi dengan logo JP di ekornya. Aku menerka-nerka apa kepanjangan dari JP. Tapi pikiran itu pergi seiring pesawat jet itu lepas landas. Sinta pulang bersama Cici, sementara aku berencana akan pergi ke pusat kebugaran tempat aku mendaftar kemarin bersama Frans. "Selamat sore bos," sapa seorang pria muda dengan senyuman ramah.Frans tampak salah tingkah sambil memelototi pria itu dengan garang, "kenalkan ini Doni. Dia temanku yang bekerja disini," katanya gugupDoni memasang wajah bertanya dan bingung, terjadi perang tatapan bisu diantara mereka berdua sementara aku menunggu,"Eh, iya iya. Sudah lama kamu gak main ke sini Frans!" seru Doni senang. Dia seperti dapat melampiaskan sesuatu. "Iya nih bro, bisa kan awasi Alice kalau aku enggak dampingin dia?" tanya Frans sambil memukul bahu Doni cukup keras.Doni mengaduh tapi tetap berusaha tersen
Setelah hari itu, aku tidak pernah datang lagi ke tempat kebugaran. Terlalu malu jika sampai Freya tau kalau aku pernah punya hubungan khusus dengan mantan calon suami jodohannya.Frans sempat bertanya dan aku beralasan karena tidak tahan dan badanku sakit semua. Dia tertawa terbahak-bahak mendengar alasanku yang terdengar payah. Tapi tidak memaksaku lebih lanjut. Sebaliknya, Frans malah mengembalikan uang member yang sudah aku bayar tempo hari. Aku bersikeras menolaknya karena itu bukan salah tempat kebugaran itu. Tapi Frans bilang, temannya juga bersikeras mengembalikan uangku. Frans memberitahuku cara lain agar bisa mendapat tubuh ideal meski hanya latihan dirumah. Tapi aku lebih malas lagi melakukannya.Aku memutuskan akan melanjutkan s2 ke amerika. Entah bagian mana aku bisa diterima. Mencoba mendaftar beasiswa penuh. Karena tabunganku hanya cukup untuk biaya hidup disana.Aku yakin bisa mendapatkan kerja paruh waktu jika bisa kesana. Jadi untuk memenuhi semua persyaratan. Aku
"Frans?" aku memanggilnya ketika sudah dekat. "Hai," Katanya tersenyum sumringah. Lalu aku melihat ketiga orang dibelakangnya, aku juga ikut sumringah. Oliv, Sinta dan Cici, mereka sedang duduk berjejalan di kursi belakang sambil nyengir.Aku masuk ke dalam mobil, duduk di sebelah Frans. Tanpa berpamitan lagi dengan orang tuaku yang berdiri di pintu. Hari itu kami berwisata ke pantai. Menghabiskan waktu bersama sebelum Oliv pergi lagi ke singapura. Dia berencana akan kembali lagi saat wisuda nanti.Aku cukup terhibur meski sepanjang hari pikiranku kemana-mana. Untungnya, mereka tidak bertanya banyak bagaimana rencanaku, apa kegiatanku selama ini, dan apa yang aku rasakan saat ini.Meski aku tau mereka sesekali memeriksa raut wajahku yang mungkin, sedih. Aku diantar pulang ke kontrakan setelah lewat jam sepuluh malam. Terlalu malas menginap di rumah Oliv. Seharian ponsel ku dalam mode hening. Dan saat memeriksanya, ada banyak panggilan tidak terjawab. Salah satunya dari ayah. Lalu
"Sudah ayah transfer nak, untuk tambahan biaya kuliahmu nanti," Pesan dari ayah yang baru saja ku baca.M-bankingku menunjukkan laporan uang masuk. Ini bahkan lebih banyak dari yang biasanya ayah kirim untukku. Tapi biarlah, jika aku protes, ayah malah akan sakit hati.Dia bilang akan menebus kesalahannya yang membuat hatiku hancur."Ayah melihat kau jadi berbeda. Seandainya ayah tau cintamu sedalam itu. Ayah tidak akan mengatakan apapun yang membuatnya meninggalkanmu nak," kata Ayah dengan suara bergetar saat aku mengantarnya pulang setelah acara wisuda. Entah pekerjaan apa lagi yang ayah lakoni sehingga bisa mengirim uang cukup banyak untukku. Pikiran itu membuatku menangis lagi. Berat badanku turun dua kilo dalam satu minggu terakhir. Padahal minggu lalu sudah turun hampir tiga kilo. Aku tidak tau ada apa dengan tubuhku ini.Hari ini, rencananya aku akan dibawa Frans menemui ibunya untuk sesi pemotretan. Aku belum tau untuk apa. Tapi yang jelas, ini akan menentukan karirku di mas
Dua bulan setelah mendaftarkan diri, aku lolos kualifikasi penerimaan beasiswa penuh di Harvard. Luar biasa bagiku karena aku merasa otakku tidak terlalu pintar. Frans menjadi orang yang paling bahagia saat mendengar kabar baik itu. Bahkan tante Gita, sangat heboh sampai dia mengipasi wajahnya yang memerah. Aku tidak mengerti kenapa mereka berdua lebih bahagia ketimbang aku. "Kau baru saja mendapat tiket sukses sayang, selamat!" ujar tante Gita begitu heboh sampai semua orang di kantornya bertepuk tangan.Aku merasa gugup tapi mencoba percaya diri karena aku masih belajar jadi model profesional. Bahkan saat aku berdiri di kantor tante Gita karena aku sedang dalam pengawasan pelatih profesional."Maaf tante, aku harus pergi saat tante sudah repot cari pelatih untukku," kataku merasa bersalah.Dia mengacungkan jari telunjuknya tidak suka, "justru disana akan lebih mudah mencarikanmu pelatih yang lebih profesional, Alice," "Apa? Tapi apa aku bisa membagi waktuku tante?" "Jangan terb
"Apa ini?" tanyaku pada Frans saat membuka hadiah dari mamanya. Frans mengambil hadiah yang merupakan sebuah kunci. Aku yakin itu kunci sebuah pintu. Frans mengajakku ke bawah tangga yang aku kira sebuah gudang. Frans memasukkan anak kunci itu di lubangnya dan berhasil dibuka. Apa maksud hadiah tante Gita itu membuatku mengerenyitkan dahi. Lampu dihidupkan. Membuat mulutku menganga lebar karena terkejut dengan isi gudang bawah tangga ini. Walk in Closet!Aku tidak percaya ternyata rumah ini sudah disiapkan begitu rupa sehingga isinya sangat lengkap. Bahkan walk ini Closet ini benar-benar diluar imajinasi.Sekelilingnya merupakan lemari kabinet yang berisi berbagai jenis pakaian yang dibedakan sesuai jenis. Gaun dan kemeja di lemari gantung yang terpisah, kaos di lipat, berbagai jenis celana, tas, alas kaki dan bahkan seperangkat perlengkapan make up!Aku yakin hanya tante Gita yang memiliki ide hadiah anti mainstream seperti ini. koleksi pakaian berbagai musim sangat lengkap di le
Plak.. Oh...Plak ... AhhhPlease sir, ... Emmpphh... James semakin bergairah melihat Clarisa terlonjak-lonjak dalam keadaan tergantung di langit-langit ranjangnya. Pergelangan tangannya memerah dengan seringnya dia menggeliat.James memasukkan bola kembar kedalam Clarisa, lalu menampar Pantat Clarisa secara bergantian hingga memerah. Karena tamparan itu, bola kembar didalam dirinya membuat Clarisa mengerang. Nafasnya terengah-engah dan kepalanya mendongak.James menarik bola kembar itu yang keluar dengan suara plop dan bersamaan dnegan cairan putih lengket. James menyeringai puas. Clarisa tampak lemas dan tergantung tidak berdaya. Dengan cepat James melepaskan ikatan Clarisa dan menjatuhkannya di kasur yang empuk. "Giliranmu memuaskan aku," titah James tidak sabar.Clarisa langsung duduk, membuka kancing celana James. Senjatanya tengah berdiri tegak tidak sabar. Membuat Clarisa menjadi kalap melihatnya.Dia duduk seperti kodok. Mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dengan cara yang