Share

7. Ciuman pertama

"Mau nonton film?" James bertanya sambil menyalakan tv, dia menghubungkannya ke ponsel.

Saat ini, kami sudah berada di dalam apartemen James yang super mewah.

"Aku gerah," kataku sambil menciumi bajuku yang terasa lengket. Banyak pekerjaan yang aku lakukan sejak pagi dan belum mandi.

James memandangku dengan binar cerah dimatanya, aku melihat dia berharap.

" Ayo, di kamarku ada bathtub besar yang bisa kita pakai berdua," kata James santai sambil naik kelantai atas, aku tidak bisa protes karena dia mendadak jadi tuli.

"Aku mau mandi sendirian, James!" keluhku sambil mengikutinya, langkahnya lebar sekali.

Hah! Dia benar-benar jadi tuli sungguhan. Aku menghentakkan kaki dengan jengkel.

"Apa kau bawa baju ganti sayang?" James bertanya, aku mengabaikannya.

"Tidak, mungkin bisa pakai pengering handuk?" tanyaku sambil berjalan melewatinya. Satu persatu pakaian yang aku kenakan kulepaskan.

"Ada mesin cuci dry clean," jawabnya sambil memunguti pakaianku yang berserakan dilantai.

Aku hanya mengenakan handuk. Sementara James turun kebawah untuk mengurus pakaianku.

Sama seperti dirumahnya, kamar mandi ini juga mewah, bathtub nya berbetuk lingkaran dikelilingi aneka macam sabun. Aku melepaskan handuk dan masuk kesana setelah mengisinya dengan air dan menuangkan sabun cair. nyaman sekali rasanya bisa berendam setelah seharian berlelah-lelah.

"Alice?" James mengetuk pintu. Aku mendengus melihat betapa sopannya paman seksi itu.

"Masuk saja James, aku didalam!" seruku dari dalam kamar mandi.

"Sesuai izinmu sayang!" Seru James masuk sambil nyengir kuda, dia hanya mengenakan celana boxer.

Aku geli melihatnya. Padahal didalam sini aku tidak memakai apapun. Aku ingin menguji kesungguhan kata-kata James.

" Masuklah kesini," aku merentangkan tangan menyambutnya. Dia melirik handuk yang tergantung dan wajahnya memerah.

"Kau mau memancing ku?hmmm?" mata James berbinar jahil.

"Sedikit, kita akan lihat apakah aku memang memiliki hak veto,"

"Bagus sekali!"

James masuk ke bathtub. Dia meraba kakiku dengan senyuman jahil, tapi menghentikannya ketika sampai dilutut. Dia sedang mempermainkan gairahku.

"Berhentilah memancingku paman nakal!" aku menggerutu geli.

"Kau panggil aku paman? lancang sekali kau gadis muda!"

James memelukku dari belakang. Dia mencoba membuatku berdiri tapi aku menekan tubuhku agar tetap dibawah permukaan air. Kami tertawa bersama.

Tak lama kemudian James mengalah. Dia menyandarkan tubuhku di dadanya. Dengan gerakan perlahan dia mulai menciumi rambutku, turun ke telingaku, ke tengkukku.

Tangannya meraba perutku hingga naik ke dada. Aku menutupinya dengan kedua tangan, agar James tidak bisa memegang area sensitifku.

"Kau belum mau memintanya sayang?" James berbisik tepat ditelingaku, aku hanya menggeleng.

"Jangan siksa aku sayang," James memohon lagi.

Dengan nakal dia menyerang pangkal paha ku, refleks aku bangun. Dan dia membelalakkan matanya ketika tubuhku yang polos terekspos.

Baru sadar, aku duduk lagi menghadap James. Memukuli dadanya yang bidang. Ada bulu halus uang menggelitik tanganku. Dia benar-benar seksi, tatapan matanya memohon padaku. Tapi aku masih kuat.

James mendudukkanku diatas pahanya, aku terkesiap saat merasakan senjatanya yang mengeras dibawahku.

James mengerling nakal, " Jangan takut sayang, dia jinak kok," ucapnya menggodaku.

Aku memutar bola mataku jengah.

Dia belum menyerah. Tangannya mengelus punggungku, lalu menarikku kedadanya. Area sensitif di dadaku tergelitik saat james bergerak kekanan dan kekiri.

Dengan ganas dia menciumi leherku, turun hingga ke dada atasku. Tanpa sadar aku menikmatinya, sambil sedikit mendesah. James jadi kalap dan aku tidak bisa menahan diriku lagi.

Dengan pelan aku mendekatkan wajahku ke wajah James yang menengadah, dia menantikan aku beraksi. Meskipun dia sudah sangat bergairah tapi dia tetap menepati janjinya.

"Terima kasih," gumamku tepat di depan bibirnya. Dia menungguku.

Dengan banyak keraguan aku memperhatikan wajah James. Hidungnya bagaikan dipahat, rahangnya dipenuhi janggut tipis, bentuk bibirnya indah sekali. Aku sangat ingin melumat bibir itu.

Setelah memastikan aku tidak akan menyesal memberikan ciuman pertamaku dengannya, bibirku menyentuh bibirnya. James menyambutku dengan gairah yang berapi-api.

Bibirku habis dilumatnya bahkan rahang ku juga tak luput diciumi. Aku dengan berani memegang kepalanya agar tak menjauh dariku. Dengan segenap hati aku menikmati setiap sentuhannya.

"Oh James!" aku memohon padanya.

sementara James meremas setiap bagian tubuhku yang menonjol. Senjata James semakin tegak dibawah. Dia menggeseknya hingga aku jadi gila.

Tapi aku masih ingat. Meski dikuasai nafsu, aku tidak akan bertindak bodoh. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri hanya akan memberikan keperawananku pada suamiku kelak. Jika kami berjodoh, maka aku akan jadi milik James sepenuhnya.

Ditengah gempuran gairah kami berdua, aku berpikir apakah James benar-benar mencintaiku dengan tulus?, hanya dia dan tuhan yang tau. Aku memang sudah gila, tapi James harus membuktikan dulu cintanya padaku.

"Sayang," James mendesah di telingaku. Aku masih memeluknya erat.

"Hmmm?" Hanya itu yang keluar dari mulutku, aku tidak tahan dengan rangsangan dibawah sana.

"Apa ini ciuman pertama mu?"

"Ya, kau benar" Bisikku .

James menghentikan aksi nya. Menatap lekat mataku. Dia mencium bibirku lama dan manis.

"Terima kasih sudah mempercayaiku, memberikan ciuman pertamamu untukku" ucap James penuh penekanan yang romantis.

"Kurasa aku sudah gila James, tapi aku tidak menyesal." keluhku bersamaan dengan pengakuan gilaku.

James menciumi leherku, dan memelukku sangat erat. Kami menikmati momen itu sedikit lebih lama.

"Bagaimana? Sudah selesai mandinya?" tanyanya saat airnya sudah mulai dingin.

"Oke, ayo keluar!" aku berdiri, tidak punya malu lagi didepan James.

"Tubuhmu benar-benar sempurna sayang," Kata James memuji.

Dia membawaku keluar dari bathtub. Dengan manisnya James melilitkan handuk padaku, aku hanya tersenyum berterima kasih.

Memakai kaos singlet dan celana boxer milik James, biasanya aku begini ketika sedang sendirian dirumah. Tapi berada di dekat James membuatku nyaman. Kami melanjutkan acara menonton yang tertunda,setelah dua jam dikamar mandi.

James memutar film barat yang berjudul "Revolutionary Road" yang diperankan oleh Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet.

Aku tau film ini. Beberapa orang bilang, film ini seperti fanfic jika Jake masih hidup di film Titanic. Entah kenapa James memutar film ini. Jelas film ini berkisah tentang rumah tangga.

Kami duduk santai di sofa bed, sambil berpelukan dan makan berondong jagung. Rasanya lebih menyenangkan daripada nonton di bioskop.

James tidak menertawaiku saat aku menangis di beberapa adegan yang menyedihkan. Sesulit itu membangun rumah tangga.

"Bagaimana pendapatmu tentang film ini?" tanya James saat filmnya berakhir.

Aku menatapnya curiga, " Apa maksudmu menyuguhkan ku film sedih itu?"

"Entahlah, rasanya menyenangkan saja ada yang menemani aku belajar dari sebuah film," jawabnya santai.

"Kau mau menikah?" pertanyaan itu langsung menyembur dari mulutku.

"Belum sayang, aku merasa tidak pernah siap. Menikah bukan hal mudah, dan sangat disayangkan jika menghabiskan seumur hidup dengan orang yang salah."

"Hahaha, harusnya wanita yang berkata seperti itu," aku geli mendengar penuturan James.

" Mungkin benar, tapi aku mencoba memahami sudut pandang wanita"

"Kau sangat peduli," pujiku sambil mencium dagu James, "apa kau memang belum pernah menikah?"

"Kau meragukanku?" tanya James tersinggung.

"Tidak juga, karena ibumu mengatakannya dengan sangat jelas!"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
eva rahmawati
seru cerita ya
goodnovel comment avatar
Raffy Maulana
menarik pokoknya seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status