Home / Romansa / Gairah Paman Sahabatku / 6. Menantu idaman

Share

6. Menantu idaman

Author: Tari suhendri
last update Last Updated: 2023-11-30 14:28:47

Emmphhh

Emmphhh

Hanya itu yang keluar dari mulutku. Aku ingin melawan tapi tenaganya kuat sekali. Sedangkan tubuhku meskipun cukup tinggi dan sintal, tetap saja hanya seorang wanita biasa.

"James!" mataku membelalak saat kami sudah masuk ke dalam kamar mandi dekat dapur.

Aku menggeser tubuhnya yang bongsor dan hendak membuka pintu. Tapi dengan mudahnya dia mengangkat tubuhku kembali ketempat semula.

"Minggir! Aku mau masak!" aku menghardiknya. Tapi wajahnya benar-benar kelihatan marah, "apa?"

"Kemana saja kau seharian ini?" tanyanya frustasi.

"Beres-beres rumah Oliv terus kepasar sama Cici,"

"Lalu apakah kau tidak sempat mengangkat teleponku?"

Aku lupa, dimana ku letakkan ponselku? Kucoba meraba tas kecilku. Tapi James sudah menemukannya lebih dulu. Entah dimana. Dia memberikannya padaku.

"Jangan pernah tinggalkan ponselmu, aku bisa gila jika tidak tau kabarmu barang sedetik. Ingat itu!"

Aku menatap James tak percaya. Kenapa dia jadi begitu posesif? Lihat sekarang. Dia malah meninggalkanku begitu saja.

Dengan kesal aku keluar kamar mandi setelah menyimpan ponselku di dalam tas. Mengambil kantong belanjaan yang sempat terlempar di depan pintu dapur.

Sejenak aku melupakan sikap posesif James. Karena ketika memasak, semua amarahku menguap. Sinta memintaku memasak lebih banyak karena keluarga Oliv sedang berkumpul.

Tentu saja aku iyakan dengan senang hati, karena disinlah keahlianku. Memasak sudah menjadi hobiku sejak kecil. Ibuku selalu berkata, "jika orang lain bisa membuat makanan seenak itu tentu kita juga bisa membuatnya".

Sejak saat itu ku sering mengikuti kelas memasak. Mulai dari makanan khas indonesia maupun luar negeri. Beberapa resep juga aku modifikasi. Ku pikir suatu saat akan bisa menjadi modal utamaku membuka bisnis di bidang kuliner.

" Wah, harum sekali," seorang wanita paruh baya masuk kedapur sambil menghirup aroma masakanku.

Aku dengan sopan langsung menjabat tangannya berkenalan, "Alice,tante," sapaku sambil sedikit menunduk.

"Temannya Oliv? Ya ampun. Jarang -jarang loh ada gadis seperti kamu yang pinter masak," pujiannya membuatku ingin terbang.

"Oh ya, nama tante Rita. Neneknya Oliv," timpalnya memperkenalkan diri.

James duduk di kursi dapur sambil mengawasi ku dengan mata elangnya. Aku hanya memutar bola mataku jengah. Dia berlebihan sekali.

"Nah James ini anak tante yang bungsu. Kalian udah saling kenal?" tanyanya padaku.

"Sudah ma," James yang menjawabnya.

"Emm bagus kalau begitu. Ini loh menantu idaman mama nak. Kalau kamu suka sama Alice. Mama langsung memberikan restu. Sudah cantik, pinter masak, sopan lagi. Pokoknya mama langsung klop sama dia," kata tante Rita terus memuji.

Wajahku merah padam. Dengan kikuk melanjutkan acara memasakku yang sudah hampir selesai. Tante Rita membantuku menghidangkan makanan. Tak lupa dia mencicipi semua hasil karya ku.

"Oh my god!" serunya dengan heboh, membuat James tersenyum geli, "ini semuanya enak -enak!"

Kami semua berkumpul di meja makan. Ada om Hans, papanya James. Tante Rita, dan beberapa kerabat Oliv lainnya. Aku duduk tepat bersebelahan dengan James.

Kami makan sambil bercengkrama. Selama itu pula, James terus menggodaku. Tangannya yang nakal terus saja meraba pahaku yang terekspos karena aku mengganti baju dengan gaun.

Dia sama sekali tidak menoleh ke arahku. Matanya terus melihat kearah piringnya, atau melihat ke arah orang yang sedang berbicara. Dia terus mengabaikan ku secara vokal tapi menggodaku secara fisik. Sangat keterlaluan.

Oliv banyak tertawa selama kunjungan keluarganya. Karena dia sering sekali ditinggal sendirian. Nenek dan kakeknya terlihat sangat menyayangi Oliv, tapi mereka juga sibuk.

Tante Rita masih bekerja sebagai dokter di salah satu rumah sakit ternama, dan dia menjabat sebagai direktur disana. Sedangkan Hans, masih aktif mengelola bisnisnya yang sudah dia bangun selama puluhan tahun.

Tapi yang aku baru ketahui adalah,m, ketiga putra-nya ternyata membangun bisnis mereka sendiri. Tanpa bantuan modal dari sang ayah. Didikan Hans begitu disiplin sehingga anak-anaknya menjadi mandiri dan sukses.

Aku semakin menatap James dengan kekaguman. Karena dari mereka bertiga, hanya dia yang bisa melampaui pencapaian Hans.

Saat menjelang sore, keluarga Oliv berpamitan. Aku membungkus beberapa cake dan roti panggang buatanku selama berkutat di dapur bersama tante Rita. Dia ternyata tidak begitu pandai memasak.

Hanya James yang tinggal, karena dia tidak tinggal serumah dengan orang tuanya.

James menatapku penuh ketajaman. Dan aku membalasnya dengan melotot. Masih merasa jengkel karena dia bersikap posesif padaku.

"Kau marah?" tanyanya memecah kesunyian.

Bisa kurasakan tatapan kami bagaikan perang mata laser.

"Tidak!" jawabku singkat.

"Jangan membuatku gila, nona muda!" James langsung mendorongku ke dinding dapur dan menekan tubuhku. Bibir kami hampir bertemu, tapi James tidak mau menciumku lebih dulu.

"Lalu kenapa wajahmu terlihat jelek sekali? Calon menantu idaman?"

"Berhentilah menggodaku dan pulanglah. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan," sergahku berusaha melepaskan diri dari tubuhnya.

"Kau mengusirku? Kau berani?" James menaikkan satu alisnya. Dan membuatku curiga.

Dengan secepat kilat James membopongku keluar rumah Oliv melalui pintu dapur. Cici yang hendak masuk ke dapur menutup matanya dengan tangan pura-pura tidak melihat kami.

"Lepaskan aku James!" aku memukuli pundaknya yang kekar. Dia mengangkatku seperti membawa bantal saja.

James langsung memasukkan aku kedalam mobilnya. Dan memasangkan sabuk pengaman. Setelah mengerling nakal, dia duduk di kursi kemudi. Aku hanya bisa pasrah dalam sandranya.

"Mau kemana?" tanyaku setelah bisa menguasai diri. Nafasku cukup terengah-engah tadi.

"Ke apartemenku. Aku tidak tahan lagi terhadapmu,"

"Tidak tahan?"

"Kau membuatku gila, Alice. Rasanya aku ingin sekali membawamu pergi jauh yang hanya ada kota berdua. Aku tidak pernah merasakan hal semacam ini sebelumnya. Ini pertama kalinya denganmu,"

"Benarkah?" tanyaku terkejut sekaligus bahagia.

ponselku berdering. Cici meminta panggilan video.

"hei," kataku kikuk saat wajah Cici memenuhi layar Ponselku.

Cici mendelik, "kalian mau kemana? kalau Oliv nanya gimana?"

"emm mau keluar aja belum tau mau kemana," jawabku ragu sambil menggigit bibir bawahku.

James menepikan mobil dan berbicara pada Cici. Dia mengeluarkan jurus mautnya tentang buah tangan dan lain sebagainya. Dan selalu berhasil pada Cici.

Saat ponselku kembali, wajah Cici sudah sumringah. diiringi Sinta yang berbisik.

"Jangan lupa janji kalian ya! soal Oliv, biar kami yang urus,"

Aku mengangguk meyakinkan mereka. Setelah negosiasi yang menyenangkan itu, Cici memutus sambungannya.

Aku dan James hanya bisa tertawa lega.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Paman Sahabatku   116

    Aldrick yang sedang bersantai di hotelnya mendadak seperti kena serangan jantung. Berdegup kencang dengan irat kepala yang hampir putus samgking senangnya. Alice mengirimi pesan akan menemaninya menjenguk Bella yang masih di rawat dirumah sakit. Nut terheran-heran melihat tingkah anak asuhnya itu. Tidak biasanya dia bersikap kekanak-kanakan. Tapi jika menyangkut Alice, semuanya mungkin. Sesekali Nut melaporkan keadaan Aldrick pada ayahnya. Dia memang terlihat cuek, tapi sangat mengkhawatirkan keadaan putranya. Sejak kecil Aldrick ditinggal oleh ibunya yang memilih meninggalkan mereka. Cukup membuat Tuan Beufort frustasi. Karena dia sangat mencintai istrinya itu. Tapi disisi lain, dia tidak dapat menahan keinginan istrinya untuk berpulang di Alaska. Dia sudah menyiapkan kepergiannya dengan sebaik mungkin. Membuat beberapa kenangan yang akan diberikan kepada putra mereka saat dia sudah dewasa. Sayangnya, Beufort tidak dapat menemani istrinya itu karena dia menolak. "Akan terjadi

  • Gairah Paman Sahabatku   115

    Luna membuat rencana baru keesokan paginya, karena Betty kebetulan masuk shift pagi dan akan masuk di mata kuliah setelah sore hari. Alice mengosongkan semua prasangka selama berada di dekat Betty, dia tidak ingin memiliki fikiran buruk terhadapnya. Karena Betty sudah cukup banyak membantunya akhir-akhir ini. Dia hanya ingin berhati-hati saja karena Betty terlihat tidak menyukai kehadiran Luna. Alice menduga Betty cemburu, karena dia tipe orang yang posesif. Jadi sebisa mungkin dia bersikap biasa saja terhadap Luna. Berusaha menampakkan sikap kasihan karena Luna menjadi korban dan dia tidak bisa berbicara lagi. Luna sudah menunjukkan bagaimana ia dapat kabur dari penjara bawah tanah itu. Juga bagaimana kondisi selama ia dikurung disana. Berita kebakaran di sebuah pabrik kertas menjadi topik utama di televisi tiga hari terakhir. Tentu saja sudah dapat ditebak ada apa dibawah sana. Tapi tidak ada laporan terkait penemuan ruang bawah tanah pabrik kertas itu. Dalam cerita Luna, awal

  • Gairah Paman Sahabatku   110

    "ayolah sayang satu ronde lagi" "Tidak, aku sudah lelah ,james" rengek Alice menjauh. "Jangan menolak, atau " "Apa? Aku tidak takut" James mengalah, dia turun dari kasur dan memakai celana jeansnya yang berserakan di lantai. "Siapapun yang menguping di luar sana, masuk sekarang!" Bentak James kesal. Dengan gugup, Gedeon membuka pintu sedikit. Hanya tangannya saja yang masuk, memegang ponsel hitam mirip walkie talkie. James berdecak, "masuk saja Ge, apa kau mau aku yang berjalan kesana?" "Ma..maf bos, tapi aku takut nona Alice belum siap" ucap Gedeon gugup dari balik pintu yang ikut bergetar. Entah guncangan dari tawa yang ditahan atau gemetar karena takut karena ketahuan menguping. Alice berjalan mencak-mencak ke arah pintu, membukanya lebar-lebar sambil berkacak pinggang. "Apa yang kau maksud aku belum siap?" Mata Alice melotot lebar-lebar, seakan ingin menelan Gedeon bulat-bulat. Terdengar suara gelak tawa dari balik dinding, diiringi suara saling puk

  • Gairah Paman Sahabatku   114

    Keesokan paginya, Luna sudah bangun lebih dulu. Dia sudah merapikan kamar dan memasak sarapan untuk mereka bertiga. Itu salah satu bentuk terima kasihnya pada Alice yang masih mau menerimanya dan bersikap sangat baik. Betty masih cuek terhadap Luna. Dia tidak tertarik untuk mengetahui perjalanan Luna hingga sampai bertemu Alice. Pagi itu hingga siang harinya, mereka belajar bersama untuk beberapa ujian yang akan di laksanakan di akhir semester ituAlice dapat dengan mudah memahami semua pembelajaran berkat ringkasan yang dibuat oleh Argus. Dia akan berterima kasih setelah mereka selesai. Luna hanya diam memperhatikan. Terutama gerak gerik Betty yang biasa saja. Meski begitu, Luna tidak memiliki sama sekali kepercayaan padanya. Mereka sama-sama bekerja sebagai pemburu. Dan hidup dengan uang hasil menjual tangkapan mereka. Tapi Luna sudah merasakan akibat fatal dalam hidupnya. Bahkan kabar belakangan yang ia dapatkan bahwa, ayah yang membesarkannya ternyata bukanlah ayah kandungny

  • Gairah Paman Sahabatku   113

    "tidak mungkin" gumam Alice shock, Betty langsung berdiri membelakangi Alice dengan sikap defensif. Dihadapan mereka, berdiri seorang gadis berpakaian compang camping, dengan rambut gimbal dan wajah penuh noda. Dia berusaha mendekat tapi Betty mengancamnya. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, Alice?" "Entahlah, dia tidak berbahaya. Ayo bawa saja dia ke dalam mobil" pinta Alice buru-buru .Ya, gadis itu adalah Luna. Dia berkeliaran dijalanan selama berhari-hari, mencoba mengingat jalan kembali ke asrama sekolahnya. Dia tidak peduli dengan keadaan fisiknya yang mulai melemah. Sampai kemarin, Luna melihat Scott melintas dan berhenti di depan restoran tempat Betty bekerja. Sepanjang hari, Luna memgawasi tempat itu. Berharap Alice akan muncul dan dia dapat bertemu dengannya langsung. Luna tidak mau mengambil resiko, jika dia meminta bantuan Scott atau Betty, dia tidak akan bertemu Alice lagi. Betty dengan enggan membawa Luna masuk kedalam mobil. Alice langsung mengemudi menuju asr

  • Gairah Paman Sahabatku   112

    Seperti biasa, menjalani hari-hari tanpa James akan terasa hambar bagi Alice. Jadi, dia berencana langsung melaksanakan perintah James untuk pergi ke asrama. Scott menawarkan bantuan untuk pindahan, tapi Alice tidak mau dekat-dekat dengannya. Merasa kesal entah karena apa. James sudah memberikan kunci mobil yang bisa dia pilih yang mana saja. Meskipun mobil itu pasti menganggur jika dia tinggal di Asrama. Berkas-berkas yang diberikannya juga ternyata berkaitan dengan beberapa tugas yang harus di kerjakannya. Alice curiga, Argus memiliki andil dalam pengerjaan tugasnya itu. Jadi Alice memutuskan akan mempelajarinya jika sudah sampai di asrama nantinya. Dengan bawaan berat dan banyak, Alice menuruni tangga lambat-lambat. Scott dan Gedeon datang tanpa meminta izin langsung mengambil barang bawaanya. "Sudah kukatakan tinggalkan aku sendiri!" gerutu Alice kesal. Tapi mereka pura-pura tidak mendengar dan membawanya saja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status