Share

Ingin Menyentuhmu

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-18 19:06:48

Maria Gunawan terus menatap Darren dan Nayla dari balik kaca mobil taksi online-nya. Matanya tajam, nyaris tidak berkedip. Ia duduk diam di jok belakang, tapi batinnya sedang bergolak seperti air mendidih. Jari-jarinya mengepal di atas pangkuannya, menahan emosi yang hampir meluap.

Ia tidak pernah menyangka, pria yang dulu begitu memujanya—yang selalu berkata tidak akan pernah bisa melupakannya—sekarang bisa dengan santai tertawa dan duduk makan bersama perempuan lain. Di tempat seperti itu pula. Pinggir jalan. Lesehan. Sambil tertawa kecil seolah dunia ini milik mereka berdua.

“This is ridiculous,” gumam Maria dalam hati.

“Ini nggak bisa dibiarkan,” lanjutnya dalam hati.

Wajah Nayla—yang menurut Maria lebih cocok jadi figuran sinetron ketimbang pasangan konglomerat—terus saja jadi sasaran tatapan bencinya. Perempuan itu terlalu biasa. Terlalu… tidak selevel.

“Dia cuma cewek kampung yang beruntung dinikahi Darren. Lucky trash,” Maria mendesis dalam hati. “Nggak-nggak. Darren pasti boh
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Hyu Ga
kakk lanjuttt ayooo dongggg
goodnovel comment avatar
SAKURA
penasaran sama visualnya Maria, apa wajahnya kotak atau oval? sok cantik banget, bodoh banget kalau Darren bisa balik lagi sama perempuan kotak kayak gitu. ...kenapa jadi kesel bacanya ya?🫣
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 184

    Di sisi lain, Andika benar-benar tidak sadar ponselnya berdering. Entah karena sengaja disilent, atau karena volumenya kecil, yang jelas dia tidak terganggu sama sekali. Padahal sejak satu jam terakhir, istrinya sudah menelepon sampai lima belas kali. Tapi tidak satu pun yang dijawab.Andika sedang sibuk dengan urusannya sendiri. Bukan urusan kantor, bukan juga rapat penting, tapi urusan yang kalau ketahuan, bisa membuat rumah tangganya hancur dalam satu malam. Di ruangan privat yang disewanya di tempat hiburan itu, dia sudah sejak jam dua siang tenggelam dalam dunia yang jauh dari kata waras.Satu perempuan sedang menari di tiang di depan sofa empuk tempatnya bersandar. Lampu remang-remang, aroma parfum mahal bercampur asap rokok, dan musik bass yang menggetarkan dinding ruangan seolah membuatnya lupa bahwa dia adalah seorang pria berumur hampir kepala lima. Paru-parunya mungkin sudah setengah rusak, tapi nafsunya masih aktif seperti remaja baru lulus SMA.Satu perempuan lagi duduk m

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 183

    “Bu–bukan siapa-siapa, Dok,” ucap Rossa gugup. Matanya tidak berani menatap langsung.“Saya menyuruhmu mengumpulkan semua tim yang bertugas sore ini. Kenapa belum diberitahu?” tanya dokter itu, pandangannya tajam dan sorotnya mulai curiga.“Sa–saya baru sampai di pantry, Dok. Se–sekarang saya akan kasih tahu semua,” jawab Rossa tergagap, suaranya nyaris tercekat.Tanpa menunggu instruksi lebih lanjut, Rossa langsung berbalik dan mulai menghubungi semua rekannya melalui panggilan internal. Tangannya gemetar saat mengetik pesan di ponsel rumah sakit. Satu per satu, tim yang bertugas mulai berdatangan. Sekitar sepuluh menit kemudian, ruang rapat rumah sakit sudah penuh. Mereka semua hadir—mulai dari staf dapur, pengantar makanan, sampai petugas logistik. Total ada 25 orang yang bertugas pada shift sore itu.Di depan ruangan, berdiri dokter yang memeriksa Raja sore tadi. Ia bukan hanya dokter umum, tapi juga menjabat sebagai direktur rumah sakit. Di sampingnya ada suster yang tadi membaw

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 182

    “Pergilah. Lanjutkan tugas Anda. Makanannya sudah dibawa ke lab. Dan ingat, minta semua petugas gizi untuk berkumpul di ruang meeting,” kata dokter yang memeriksa Raja sore itu. Wajahnya serius. Suaranya datar sambil menatap petugas mengisi itu dengan penuh curiga. Tidak ada ruang untuk dibantah oleh Rossa.“Ba–baik, dok.” Rossa mengangguk buru-buru. Suaranya gemetar, nyaris tak keluar. Ia membalikkan tubuhnya dan langsung menuju ke pantry.Darren langsung menoleh, begitu juga dokter. Mereka berdua sama-sama melihat ke arah Rossa yang tampak gugup, tapi tidak ada yang membuka suara. Mereka hanya saling melirik, menyimpan rasa curiga dalam diam. Rossa tahu dirinya diperhatikan, tapi ia pura-pura sibuk menunduk dan cepat-cepat keluar dari ruangan.Di dalam ruang rawat inap itu, dokter mulai membangunkan Raja. Bocah itu membuka mata setengah malas, jelas masih ingin tidur. Tapi saat tahu yang membangunkannya adalah dokter, dia menurut saja. Gerakannya lambat tapi mau kooperatif. Dokter m

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 181

    "Kau kenapa sebenarnya?" tanya rekan kerja Rossa, sesama ahli gizi di rumah sakit itu. Suaranya terdengar curiga, tapi masih berusaha terlihat sopan dan tidak menghakimi.Rossa buru-buru menggeleng. “A–aku sedang tak konsen karena suamiku makin parah sakitnya,” ujarnya pelan, berusaha terdengar sedih. Padahal, itu cuma alasan. Bohong. Dia cuma butuh alasan supaya tak perlu naik ke ruang rawat inap VVIP nomor 5—tempat Raja dirawat.Rekan kerjanya itu menarik napas panjang. Wajahnya datar, tapi jelas-jelas menahan komentar. Hampir semua orang di rumah sakit ini tahu kalau suami Rossa memang sedang kritis. Sudah dua bulan tidak sadar, dirawat di rumah sakit tak jauh dari rumahnya. Semua orang kasihan, semua orang maklum. Tapi hari ini, tingkah Rossa memang agak aneh."Ya sudah, kalau begitu, biar aku yang membuatkannya dan membawanya ke ruang rawat inap VVIP nomor 5," ucap rekan kerjanya sambil meraih gelas di rak.“Terima kasih,” jawab Rossa cepat. Suaranya pelan, nyaris tidak terdengar

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 180

    “Ma, mau bubur,” ucap Raja.Wajahnya langsung cerah begitu melihat kotak bubur yang dibawa suster beberapa menit lalu. Anak itu memang selalu semangat kalau urusan makanan satu itu. Dari bayi sampai sekarang, seleranya gak pernah berubah: bubur nomor satu. Bahkan cuma mencium aromanya aja sudah cukup bikin dia ribut minta makan. Perutnya kayak langsung nyalain alarm, dan cacing-cacing di dalam sana pasti udah bikin orkestra minta jatah makan.Raja memang sangat suka bubur. Persis seperti Darren. Sama-sama gampang lapar kalau udah lihat makanan lembut dan hangat itu. Pokoknya selain darah, bubur juga adalah kelemahan mereka berdua. Kalau bisa tiap hari disediain, mereka pasti gak bakal nolak.Nayla menoleh ke arah suaminya. “Mas, Raja mau makan. Tolong disuapin dulu ya, badanku lengket mau mandi dulu. Mas gak sibuk, kan?” tanya Nayla sambil berdiri dari duduknya, merapikan mini dress dan mengambil handuk kecil dari tas.“Nggak, sayang. Iya, biar aku yang suapin Raja,” jawab Darren cep

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 179

    CK Darren berdecak kesal lalu berkata, “Manusia terkutuk ini ganggu saja.”Suaranya cukup keras, cukup buat satu ruangan tahu siapa yang baru datang. Chiko, sahabat baik Darren, hanya mengangkat alis santai meskipun disambut umpatan. Pria itu memang sedang dinas hari ini di rumah sakit tempat Raja dirawat. Tapi tetap saja, respon Darren selalu nyebelin.“Bahkan aku datang untuk memeriksa kondisi anakmu, kau bilang aku manusia terkutuk?” Chiko balas ngomel sambil berjalan mendekati ranjang pasien. Langkahnya santai, ekspresinya kesal yang dibuat-buat dan setengah malas.Darren tahu Chiko bohong. Sahabatnya itu jelas-jelas bukan dokter spesialis anak. Dari dulu dia bertugas sebagai dokter spesialis penyakit dalam. Jadi alasan datang memeriksa Raja itu cuma akal-akalan supaya bisa lihat langsung dan mungkin, sekalian kepo tentang Nayla, pikirnya.Apalagi sama sahabat baru saja kembali ke kota ini setelah menempuh pendidikan di luar negeri. Dan mungkin dia penasaran dengan anaknya dan Nay

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status