Setelah pesta pernikahan mereka di Bali selesai, Bayu dan Marcella masih belum sepenuhnya percaya bahwa hari yang mereka perjuangkan begitu lama akhirnya datang juga. Senyum tidak pernah lepas dari wajah keduanya. Kebahagiaan yang selama ini terasa begitu jauh, kini benar-benar ada di genggaman. Namun kebahagiaan itu tidak berhenti hanya sampai di altar pernikahan. Sebuah kejutan besar datang dari Darren, atasan Bayu, yang memberikan hadiah istimewa untuk pasangan pengantin baru itu. Darren memberikan tiket bulan madu selama satu minggu di Maldives dan satu minggu di Eropa.Bayu dan Marcella hampir tidak bisa berkata-kata ketika menerima hadiah itu. Selama ini mereka hanya bisa bermimpi untuk berlibur ke tempat-tempat indah, apalagi dalam momen istimewa seperti bulan madu. Kini, mimpi itu akan menjadi kenyataan. Keberangkatan mereka ke Maldives disambut dengan semangat penuh. Begitu pesawat mendarat dan mereka menjejakkan kaki di pulau tropis yang terkenal dengan pantainya yang jernih
“Bu Marcella tidak ada di rumah sakit. Kalau Ibu sekarang minta Bayu menikahi wanita pilihan Ibu dan tidak menikahi Marcella, Bayu akan nurut kata Ibu. Tapi tolong Ibu berjuang untuk sembuh. Bayu janji akan menikahi wanita yang Ibu pilih untuk Bayu, dan Bayu janji tidak akan melanggar apapun yang Ibu minta. Tapi tolong Ibu harus janji pada Bayu kalau Ibu akan berjuang untuk sembuh,” ucap Bayu dengan suara bergetar.Kedua matanya memerah. Ia berusaha menahan air mata yang sudah lama tertahan di pelupuknya. Tangannya menggenggam jemari ibunya yang dingin yang terbebas dari selang infus. Bayu benar-benar berusaha kuat, meski hatinya terasa remuk. Ia tahu kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya sama saja seperti ia sedang mengorbankan dirinya sendiri.Dalam benaknya, Bayu sangat yakin kalau sang Ibu akan meminta dia melupakan Marcella. Ia sudah menyiapkan hati untuk itu. Bahkan sebelum ibunya sempat mengucapkannya, Bayu mendahului. Lebih baik ia sendiri yang mengucapkannya, daripada h
Nayla yang kebetulan ada di butik mertuanya karena sedang mencarikan pakaian untuk mertuanya yang akan menikah lagi dua hari lagi tiba-tiba terkejut dengan kedatangan seorang wanita yang masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Marcella. Tanpa mengetuk, wanita itu langsung melabrak dengan wajah penuh emosi.“Jangan ikut campur urusan kami!” bentaknya pada Nayla yang berdiri di dekat Marcella.Nayla mengerutkan kening. “Aku harus ikut campur. Wanita ini sahabatku, sudah seperti saudaraku sendiri. Apa nggak ada laki-laki lain yang bisa kau cari? Kenapa harus Bayu? Kenapa kau tega merampas kebahagiaan orang lain?” ucap Nayla menatap tajam ke arah wanita di hadapannya.Wanita itu mendengus kasar. “Sudah kubilang, jangan ikut campur urusanku! Kau tidak tahu apa-apa. Dia yang merebut Bayu dariku! Bayu dan aku sudah dijodohkan sejak kecil oleh orang tua kami. Seharusnya dia jadi milikku!”Marcella yang sedari tadi berusaha menahan diri akhirnya angkat bicara. “Kau salah besar. Bayu tidak perna
Lama tak mendapat balasan dari kekasihnya, Marcella akhirnya menghela napas panjang. Jantungnya sempat berdebar-debar menunggu kabar, tetapi saat layar ponselnya tetap hening, dia mulai paham. Ia tidak ingin memaksa Bayu menjawab di tengah situasi yang pasti sedang rumit. Dengan hati-hati, dia mengetik pesan lagi untuk kekasihnya.“Di sana pasti lagi rame ya. Ya sudah lain kali saja aku nelepon ya. Sekarang aku mau pergi ke rumah Nayla, ada janji sama Raja mau jalan ke mall. Kalau kamu pulang hati-hati ya di jalan, sampai jumpa nanti sayang.”Jari-jarinya sempat ragu menekan tombol kirim. Ada rasa cemas, tapi dia memilih untuk percaya. Meski tanpa restu orang tua Bayu, Marcella tak pernah berhenti berharap. Baginya, Bayu adalah satu-satunya yang membuat hidupnya berarti.Pesan dari Marcella membuat Bayu sedikit lega. Dadanya yang sejak semalam sesak, terasa lebih ringan meski hanya sebentar. Senyum kecil muncul di wajahnya, namun seketika juga hilang saat ia sadar bahwa barusan ia tel
Bayu kembali menyalakan mesin mobilnya. Hatinya benar-benar hancur. Semua harapan yang ia bawa dari kota, semua niat baik untuk meminta restu, ternyata dibalas dengan penolakan keras, bahkan sumpah buruk yang keluar dari mulut orang yang selama ini ia junjung tinggi.Sepanjang jalan, Bayu hanya bisa menatap kosong ke arah depan. Lampu-lampu jalan berkelebatan di matanya, tapi pikirannya melayang jauh. “Kenapa orang tua bisa setega itu pada anaknya sendiri?” batinnya. Ia menelan ludah, mencoba menguatkan diri, tapi perasaan sesak di dadanya tidak juga pergi.Sejak kecil, Bayu selalu berusaha jadi anak penurut. Ia belajar keras, mengikuti semua perintah, bahkan saat harus mengorbankan mimpinya sendiri. Semua ia lakukan agar orang tuanya bangga padanya. Tapi hari ini, seakan semua itu tidak pernah berarti. Hanya karena ia mencintai seorang perempuan bernama Marcella, tiba-tiba ia dianggap anak durhaka.Air matanya mengalir lagi tanpa bisa ia tahan. Ia merasa sendirian di dunia. Ia punya
“Maaf, Bu. Bayu tak bisa memenuhi permintaan Ibu. Bayu berhak bahagia dengan wanita yang Bayu cintai. Kalau memang Ibu dan Bapak tetap tak memberi restu, maka Bayu akan tetap menikahi Marcella. Maafkan Bayu, Bu, karena belum bisa memenuhi keinginan Ibu untuk menikahi wanita pilihan Ibu,” ucap Bayu dengan suara berat.Perkataan itu membuat ruang tamu rumah keluarga besar itu terasa tegang. Wajah sang ibu merah padam, matanya melotot, bibirnya bergetar menahan amarah. Baru saja selesai bicara, langkah berat terdengar dari arah pintu.“Bayu, jadi kamu lebih mementingkan kebahagiaan wanita itu ketimbang kebahagiaan orang tuamu?” bentak bapaknya Bayu, yang baru masuk ke ruang tamu. Suaranya begitu keras dan pria paruh baya itu sampai memukul meja hingga membuat vas bunga di meja sedikit bergetar.Bayu membeku di tempatnya. Kedua tangannya mengepal, wajahnya menunduk menahan perasaan tak menentu. Ia sudah menduga akan seperti ini, tapi mendengar sendiri kata-kata itu dari mulut bapaknya mem