Home / Romansa / Gairah Panas Sahabat Suamiku / Bab 4. Tanganmu Menyentuh Punyaku

Share

Bab 4. Tanganmu Menyentuh Punyaku

Author: Kak Gojo
last update Last Updated: 2025-09-30 13:00:45

Pagi itu, Elyssa terbangun lebih awal dan langsung menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Albert masih mandi, sementara ia mulai menyiapkan bahan untuk omelet.

Kemarin malam, Albert pulang sekitar pukul satu, saat Elyssa sudah tertidur. Mereka belum sempat mengobrol, dan pagi ini suaminya akan kembali berangkat kerja.

Elyssa membuka beberapa laci, mencari teflon yang biasa ia pakai. Baru ia ingat, wajan itu disimpan di kabinet paling atas. Ia pun berjinjit, berusaha meraihnya, namun tubuhnya tak sampai. Akhirnya, ia menarik kursi plastik untuk berdiri di atasnya.

“Kamu lagi nyari apa?”

Elyssa tersentak kaget mendengar suara itu. Tubuhnya refleks berbalik, membuat kursi di bawah kakinya bergoyang.

“Aah!” teriaknya panik saat kehilangan keseimbangan.

Sean segera melangkah maju dan menangkapnya tepat sebelum ia jatuh. Tubuh Elyssa terhenti dalam dekapan pria itu. Napasnya memburu, matanya membulat karena terkejut.

Jarak mereka begitu dekat hingga jantung Elyssa berdebar keras. Baru saat Sean menoleh, ia sadar tangan pria itu menyentuh bagian dadanya. Tubuhnya menegang, wajahnya memerah.

“T-tanganmu…,” ucap Elyssa pelan, hampir tak bersuara.

Sean langsung melepaskannya dan membantu Elyssa berdiri tegak, wajahnya sendiri ikut kikuk. “Maaf, aku gak sengaja. Tadi cuma refleks karena kamu hampir jatuh.”

Elyssa makin salah tingkah. Ia menunduk, buru-buru merapikan rambutnya meski tak berantakan. Pipinya terasa panas, bahkan matanya enggan menatap Sean.

“Ng–gapaapa kok,” ucapnya pelan, suaranya hampir tak terdengar.

Suasana jadi canggung. Sean mengalihkan diri dengan cepat, berusaha terdengar biasa saja. “Kamu mau ambil apa? Biar aku bantu.”

Elyssa menelan ludah, masih gugup. “Aku… mau ambil teflon.”

Sean yang bertubuh tinggi dengan mudah mengambil teflon dari kabinet atas. Gerakannya sederhana, tapi bagi Elyssa yang masih menyimpan rasa malu dari kejadian barusan, itu membuatnya semakin salah tingkah. Ia menunduk, berusaha menyembunyikan pipinya yang belum reda memerah.

"Aku bantu masak, ya?" ucap Sean santai, seolah tidak terjadi apa-apa.

Elyssa buru-buru menggeleng. Suaranya sedikit bergetar. "Gak usah. Emangnya kamu gak siap-siap kerja?”

Sean menoleh sambil tersenyum tipis, senyum yang justru membuat jantung Elyssa semakin tak karuan. "Masih lama kok. Aku masih punya banyak waktu."

Elyssa menggigit bibir bawahnya, bingung harus menolak atau membiarkan. Tatapannya tak berani menemu mata Sean, takut tubuhnya kembali memanas karena rasa malu. Karena Sean bersikeras, akhirnya ia menyerah dan membiarkannya. Namun dalam hatinya, ia terus berusaha menenangkan diri, seakan-akan setiap gerak Sean masih mengingatkannya pada dekapan barusan.

"Aku tinggal dulu boleh, kan? Aku mau cek Mas Albert di kamar,” kata Elyssa akhirnya.

Sean mengangguk kecil.

Saat meninggalkan area dapur, Elyssa mendapati Albert tak jauh dari sana. Rupanya, Albert sedang mencarinya. Begitu bertemu pandang, Albert langsung menghampiri.

"Kamu dari mana saja?!" tanya Albert. Terdengar nada kesal dari suaranya.

“Aku kan di dapur, Mas. Lagi nyiapin sarapan.”

"Cepat kemas barang-barangku," potong Albert, tidak peduli dengan Elyssa. Yang ia pikirkan hanyalah keperluannya sendiri. "Pagi ini aku harus terbang ke Bali."

Mata Elyssa sontak membulat. Ia mengikuti langkah suaminya yang kembali ke kamar. "Ke Bali, Mas? Tiba-tiba banget?" tanyanya heran.

Sambil merapikan penampilannya, Albert menjawab dengan nada sombong. "Kamu kan tau jabatanku tinggi di perusahaan! Jadi hal-hal mendadak seperti ini sudah biasa! Harusnya kamu tau itu!"

"Oh, i-iya, Mas," jawab Elyssa.

Setelah semua barang siap, Albert segera keluar dari kamar. Ia bahkan tidak mengindahkan ajakan Elyssa untuk sarapan.

Tepat saat Albert melewati kamar tamu, pintu itu terbuka. Terlihat Sean berdiri di sana dengan penampilan yang sudah rapi.

"Mau ke mana bawa koper?" tanya Sean.

"Ada kerjaan di Bali, mungkin sekitar satu minggu," jawab Albert. Suaranya terdengar ramah, berbeda saat berbicara dengan Elyssa. "Oh ya, aku titip rumah dan juga istriku. Tolong jaga dia."

Sean mengangguk singkat. "Tenang saja."

Elyssa yang kebetulan berada di dekat mereka langsung menoleh pada Albert. Wajahnya menunjukkan keraguan. "Mas… apa gak aneh ninggalin aku serumah berdua sama Sean? Apa gak takut jadi omongan orang?"

Albert menepuk bahu istrinya seakan hal itu bukan masalah besar. "Udah, kamu gak usah mikirin yang aneh-aneh. Aku percaya sama kamu, juga sama Sean."

Elyssa terdiam, tidak bisa membantah meski hatinya masih berat menerima keputusan itu.

Setelah Albert benar-benar berangkat, Sean bersama Elyssa menyantap sarapan bersama. Obrolan mengalir santai, walaupun Sean yang lebih banyak bertanya.

Suasana tetap terasa canggung bagi Elyssa, mengingat kini rumah itu hanya berisi mereka berdua.

Saat hendak berangkat, Sean menoleh pada Elyssa. “Kamu hati-hati ya di rumah. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku.”

Elyssa hanya mengangguk, rasa herannya pada sikap Albert masih mengganjal di hati. Ia memaksakan senyum tipis.

Begitu Sean benar-benar pergi, Elyssa cepat-cepat mengunci pintu utama lalu masuk ke kamar.

Di sana, pikirannya kembali dipenuhi kejadian di dapur tadi—saat ia hampir jatuh dan tubuhnya sempat berada dalam dekapan Sean. Wajahnya memanas, jantungnya berdebar kencang hanya dengan mengingat betapa dekatnya mereka saat itu.

Elyssa menutup wajah dengan kedua tangannya.

“Astaga… kenapa aku jadi mikir ke situ?” gumamnya. Ia gelisah, mondar-mandir sebentar, lalu duduk di tepi ranjang. Perasaan malu bercampur dengan rasa bersalah membuat dadanya terasa sesak.

“Aku pasti sudah gila,” bisiknya pada diri sendiri, berusaha menepis bayangan itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Emak Chua Aya
apa bener" sibuk si albert? atw ad selingkuhan
goodnovel comment avatar
poooorrrrrrffa
waahhhh pke nitip segala huuuu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 181. Langsung Masukin?

    Sore menjelang malam, mansion Sean diselimuti cahaya oranye keemasan.Marina dan Charlie sudah merasa cukup pulih secara emosional, dan mereka bersikeras untuk segera kembali ke rumah mereka, meskipun Sean sudah menawarkan perlindungan penuh.Mereka berkumpul di ruang tamu, dan Marina meraih tangan Sean dengan haru.“Nak Sean, terima kasih banyak atas semuanya. Kamu sudah mempertaruhkan diri untuk menyelamatkan kami dan Elyssa.”“Tolong jangan sungkan. Kalian lebih aman di sini. Biar media di luar reda dulu.”“Kami menghargai tawaranmu, Nak Sean. Tapi kami tidak ingin terlalu merepotkanmu. Kami sudah sangat yakin dan percaya, kamu bisa menjaga putri kami dengan baik di sini.” Charlie menepuk pundak Sean. “Kami akan pulang, dan kamu, fokuslah pada Elyssa.”Elyssa mengantar kedua orang tuanya hingga ke depan pintu. Tiba-tiba, ia teringat sesuatu. Ada satu hal penting yang harus ia sampaikan sebelum orang tuanya pergi, meskipun terasa berat.“Mama, Papa… ada yang harus aku sampaikan.”Waj

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 180. Elyssa Tidak Hamil?

    Di sisi lain, Dokter Rika, spesialis kandungan tepercaya yang dipanggil Sean, baru saja selesai melakukan pemeriksaan USG dan tes cepat pada Elyssa.Elyssa berbaring di ranjang, menatap wajah Dokter Rika dengan tegang, menanti kepastian yang akan menentukan masa depannya. “Jadi, bagaimana, Dokter? Apakah Elyssa baik-baik saja? Dan... bagaimana dengan kondisi kandungannya?” tanya Sean, harap-harap cemas.Dokter Rika tersenyum tipis, kemudian menatap Sean dan Elyssa bergantian. “Secara fisik, Bu Elyssa sehat. Hanya sedikit kelelahan. Tapi mengenai kehamilan….” Ia menghela napas lebih dulu sebelum melanjutkan. “Maaf, Bu Elyssa. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG dan tes hormon, hasilnya negatif. Anda tidak hamil.”Kata-kata itu bagai palu godam. Tubuh Elyssa menegang, wajah yang tadinya penuh harapan langsung berubah menjadi kekecewaan yang mendalam.Sean, yang berdiri di samping ranjang, juga tampak terkejut.“T-tidak hamil? Tapi rasa mual, lelah, nafsu makan aneh, semua yang kurasakan

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 179. Albert Tumbang

    Howard tidak merespon. Ia hanya menatap dingin ke arah Detektif Heru, tatapannya kosong seperti kaca, tidak menunjukkan amarah, hanya perhitungan."Pak Howard, kami tahu Anda adalah seorang menteri dan sangat paham hukum. Kami hanya memberi Anda kesempatan untuk berbicara sekarang."Howard hanya menghela napas tipis, matanya melirik sekilas ke arah dinding, tempat kamera pengawas berada."Saya tahu hak-hak saya. Saya tidak akan mengeluarkan sepatah kata pun tanpa didampingi pengacara. Silakan lanjutkan prosedur Anda."Detektif Heru menyandarkan diri ke kursi, tahu bahwa Howard sedang memainkan permainan hukum."Kami mengerti, Pak Howard. Tapi perlu Anda ketahui, bukti-bukti yang kami miliki sudah cukup kuat untuk menjerat Anda. Menunda menjawab hanya akan mempersulit Anda."Howard kembali membisu. Senyum sinis yang hampir tak terlihat terukir di sudut bibirnya. Ia lalu bersandar ke kursi, yakin pengacaranya akan segera datang untuk memberinya celah.****Di ruang interogasi sebelah, A

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 178. Sesi Interogasi

    Sementara itu, di kamar tamu, Marina dan Charlie mencoba beristirahat. Namun, pikiran mereka terus-menerus terusik oleh penangkapan Keluarga Han dan nasib putri mereka."Coba nyalakan TV-nya dulu, Ma. Aku jadi penasaran soal penangkapan mereka," kata Charlie, tidak bisa lagi menahan rasa ingin tahunya.Marina bangkit dari ranjang, mencari remot di meja samping, dan menyalakannya. Mereka lalu mengambil posisi, duduk di tepi ranjang menghadap layar televisi.Tepat saat itu, saluran berita prime time sedang menayangkan berita terbaru yang menjadi headline nasional: Penangkapan Howard dan Albert Han.Tayangan itu menunjukkan keramaian di depan kantor polisi dan cuplikan singkat Albert yang diseret. Wajah Albert terlihat kacau, sangat jauh dari citra direktur terhormat yang selama ini mereka lihat di media.Marina refleks menutup mulutnya dengan tangan, terkejut melihat menantunya. "Ya Tuhan, Pa... Lihat itu! Itu benar Albert kan?"Charlie menggeleng kecil, ekspresinya memancarkan campuran

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 177. Melanjutkan Kegiatan Panas

    "Nak Sean," kata Charlie pelan. "Papa minta kamu segera membantu menyelesaikan urusan perceraian Elyssa dan segera membawa putri Papa pergi ke tempat yang aman, jauh dari jangkauan gosip dan media.""Media tidak akan menyerah, Nak. Mereka akan terus mencari Elyssa. Tidak mungkin juga Elyssa terus dikurung di mansion ini. Iya kan?"Sean mengangguk tegas. "Tenang saja, Pa. Aku akan membawa Elyssa ke tempat yang lebih aman. Mungkin salah satu opsinya, kami akan tinggal di luar negeri untuk sementara waktu, sembari menunggu suasana agak tenang dulu.""Baiklah. Papa serahkan semuanya ke kamu. Tapi Papa ingin minta satu hal lagi. Boleh?""Boleh, Pa. Dengan senang hati."Charlie menatap Sean dalam-dalam, pandangannya penuh permohonan layaknya seorang ayah pada umumnya."Papa hanya ingin memastikan. Apabila nanti kamu sudah tidak mencintai putri Papa lagi, jangan pernah beritahu dia. Kasih tau Papa saja. Dan tolong pulangkan dia dengan utuh dan dalam keadaan sehat. Jangan pernah sekalipun kamu

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 176. Resmi Direstui

    Sean tersenyum, kali ini tulus dan penuh keyakinan. "Jaminannya adalah janji saya di hadapan Bapak dan Ibu tadi, dan... anak yang sedang dikandung Elyssa."Sean kembali menggenggam tangan Elyssa, menunjukkannya di hadapan Charlie dan Marina."Komitmen saya bukan hanya untuk Elyssa, Pak. Tapi untuk keluarga baru yang ingin kami bangun. Dan saya akan melindungi keluarga ini dengan seluruh harta dan nyawa saya. Itu janji saya. Mengenai penilaian apakah saya pria terhormat atau bukan, biarkan waktu yang menjawabnya. Bapak akan melihatnya sendiri dari cara saya memperlakukan putri Bapak nantinya," jawab Sean dengan mantap.Charlie sontak terdiam. Sindiran halusnya kini berhadapan dengan ketulusan yang tak terbantahkan. Ia menyadari, pria ini benar-benar tulus terhadap putrinya.Charlie menghela napas panjang. Seketika ia merasa tak enak karena sudah membuat Sean merasa tidak nyaman dengan semua pertanyaan dan sindiran yang ia lontarkan barusan."Maafkan saya, Nak Sean," kata Charlie tulus,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status