Share

Bab 3. Lagi Pengen

Author: Kak Gojo
last update Last Updated: 2025-09-30 12:54:53

Namun, respon Albert tidak sesuai ekspetasinya. Suaminya justru mengomentari penampilannya.

“Kamu gak dingin apa pakai lingerie super tipis begitu? Ada-ada aja!” Albert bergeleng kecil lalu kembali berbaring dan menarik selimut.

Elyssa menatap tak percaya. Ia mencoba memanggil suaminya lagi. “Mas….”

“Jangan ajak aku ngomong, Elyssa! Aku capek, mau tidur,” sahut Albert tanpa menoleh.

Elyssa membeku di belakang Albert. Hatinya terasa diremas. Ia tak minta banyak. Hanya ingin dipeluk, dicintai, dan dianggap ada. Bukan sekadar dijadikan pajangan di rumah.

Elyssa membatin. ‘Aku pengen disentuh kamu, Mas. Aku kangen.’

Matanya menatap sendu punggung suaminya.

Hingga sepuluh menit kemudian, Elyssa masih berharap Albert berbalik dan menyentuhnya malam ini. Namun yang ia dapatkan justru suara Albert yang mendengkur keras. Pria itu telah tertidur pulas.

Elyssa menggigit bibir bawahnya. Sudah setahun ia hidup tanpa kehangatan dari suaminya. Ia tidak mengerti mengapa Albert bisa menahan diri. Bahkan pakaian seksi yang ia kenakan tidak berarti apa-apa.

Kode-kodenya saat meminta disentuh pun diabaikan oleh Albert. Entah karena pria itu memang tidak peka atau justru tidak mau.

Memikirkan hal ini, air mata Elyssa menetes begitu saja. Rumah tangga mereka terasa asing. Jarak semakin jauh, padahal masih tidur di ranjang yang sama.

Elyssa benar-benar merindukan suaminya. Tidak hanya sentuhan fisik, ia juga rindu sekadar tatapan hangat dan candaan ringan. Semua hal yang dulu selalu Albert berikan.

Mata Elyssa memanas. Air matanya tiba-tiba mengalir tanpa diminta. Ia terisak dalam diam. Karena begitu sakit, ia pun tertidur dengan perasaan dan tubuh yang lelah.

****

Pagi itu, Elyssa sudah menyiapkan sarapan. Namun, Albert langsung pergi begitu saja.

Elyssa mengejar suaminya yang sudah berada di teras. "Sarapan dulu, Mas," panggilnya.

“Gak sempat. Aku buru-buru,” sahut Albert datar.

“Kamu mau aku bawain bekal, Mas? Biar bisa makan di kantor,” tawar Elyssa.

Albert tidak menjawab, langsung masuk ke dalam mobil.

“Hati-hati ya, Mas,” seru Elyssa.

Wajah Albert masih sama datarnya. Tidak ada senyuman. Bahkan lambaian tangan Elyssa pun tidak dilihatnya.

Elyssa menarik napas kala mobil suaminya sudah melaju meninggalkan pekarangan rumah.

Ketika Elyssa kembali ke meja makan, Sean sudah ada di sana, tampak rapi. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai Kepala Manajer.

“Loh, Albert ke mana? Gak ikut sarapan?” Sean tidak tau kalau temannya itu sudah berangkat.

Elyssa tersenyum getir. “Mas Albert ada urusan mendesak. Makanya gak sempat sarapan.”

Sean mengangguk pelan, lalu mengambil piring dan menyendok nasi. Namun, perhatiannya teralih pada ekspresi Elyssa yang murung, seolah menyimpan kesedihan yang mendalam.

Ekspresi itu membuat Sean khawatir. “Kamu baik-baik saja?” tanyanya lembut.

Pertanyaan itu membuat hati Elyssa rapuh. Ia ingin menangis sejadi-jadinya, tetapi ia berusaha menahannya. Ia tidak mungkin menangis di depan Sean.

"Aku... ke kamar sebentar," ucapnya, lalu bergegas pergi sebelum air matanya lolos.

Di kamar, tanpa menutup pintu dengan rapat, Elyssa langsung menangis. Kejadian semalam dan sikap dingin Albert pagi ini terlalu menyakitkan baginya.

Suara langkah pelan di luar kamar sempat membuatnya tersentak. Ia tahu Sean belum pergi, tapi tidak menyangka pria itu akan sedekat itu, mungkin berdiri tepat di balik pintu yang tidak tertutup rapat.

Elyssa buru-buru mengusap air matanya, mencoba menenangkan diri. Tapi tubuhnya tetap bergetar, dan tangisnya tak juga berhenti.

Setelah sarapan, Sean berpamitan. Elyssa mengantarnya sampai ke teras, sekadar menjaga sopan santun dan ingin segera mengunci pintu.

Namun sebelum pergi, Sean sempat menoleh. Dari sakunya, ia mengeluarkan sebungkus cokelat dan mengulurkannya padanya.

“Semoga bisa menghibur hatimu. Cokelat itu bagus memperbaiki mood,” katanya lembut.

Elyssa terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Seketika dadanya terasa sesak bukan karena cokelat itu, tapi karena perhatian kecil yang tidak pernah ia dapatkan dari suaminya sendiri. Sean memperhatikannya dengan tatapan yang hangat, bukan iba, tapi tulus.

Ia sempat ragu menerima. Tangannya terangkat setengah, sebelum akhirnya Sean berkata pelan, “Gapapa, ambil aja.”

Nada suaranya menenangkan, membuat Elyssa perlahan mengulurkan tangan.

Ketika Elyssa mengambil cokelat itu, jari-jari mereka bersentuhan.

Darah Elyssa berdesir, jantungnya berdetak kencang. Setelah Sean berangkat, ia buru-buru menutup pintu, lalu menyandarkan punggungnya di sana. Ia memegangi dadanya, seolah mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak terkendali.

“Kenapa ini? Dia hanya teman suamiku, tapi kenapa aku segugup ini?”

****

Malam itu, Albert belum juga pulang, padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh.

Tadi, Elyssa hanya makan berduaan dengan Sean. Dan saat ini, ia sedang merenung di ruang tengah. Tatapannya lurus ke televisi, namun pikirannya jauh melayang, memikirkan pernikahannya yang semakin hambar.

Sean melihat Elyssa sendirian dan langsung menghampirinya. "Loh, Albert belum pulang?"

Mendengar suara Sean, lamunan Elyssa buyar. Ia menoleh dan memasang senyum tipis. "Belum."

Sean mengambil posisi di sebelah Elyssa. Di tangannya ada segelas cokelat hangat. "Dia sering lembur sampai selarut ini?" tanyanya penasaran.

Elyssa hanya mengangguk kecil.

"Kasihan sekali kamu selalu sendirian," ujar Sean.

Elyssa tersenyum getir. Pandangannya kini menunduk.

Sean menyodorkan cokelat hangat miliknya. "Enak diminum malam-malam begini."

Elyssa terlihat ragu mengambilnya.

"Tenang aja. Aku belum meminumnya kok. Masih baru,” kata Sean.

"Tapi ini kan punya kamu. Aku gak enak."

Sean tersenyum. "Aku bisa buat lagi."

Elyssa pun mengambil gelas itu dan meneguknya sedikit.

"Kalau aku jadi Albert, aku gak akan tega biarin istri cantikku kesepian.”

"Uhuk!" Elyssa seketika tersedak mendengar kalimat Sean.

Ia terkejut karena kata cantik itu terasa asing di telinganya. Sudah lama sekali tidak ada yang menyebutnya begitu, bahkan suaminya sendiri pun tidak.

Sean sontak menoleh, menatap Elyssa cemas. "Kamu gapapa? Mau kuambilin air?"

Elyssa menggeleng. "Gak usah, Mas… eh, Sean," jawabnya cepat. Ia gugup sampai salah sebut.

Sean justru tersenyum, menatap Elyssa penuh minat. "Panggil 'Mas' aja kalau emang nyaman."

Elyssa mencoba tersenyum, tapi jantungnya berdetak terlalu cepat. Ia tak sadar jarinya menggenggam cangkir itu makin erat, seolah mencari pegangan di tengah rasa kikuk yang melandanya.

Uap panas perlahan naik, menyentuh kulitnya, namun pikirannya terlalu sibuk menata perasaan untuk menyadarinya.

"Hei, kamu gak ngerasa itu panas? Kok digenggam gitu?" suara Sean membuatnya tersentak.

Baru saat itu Elyssa benar-benar sadar. Rasa panas menyengat langsung terasa di jarinya, membuatnya refleks menjauhkan cangkir dan menjerit kecil, “Ahh!”

Tanpa pikir panjang, Sean sigap mengambil cangkir dari tangannya dan meletakkannya di meja. Tatapannya segera beralih pada telapak tangan Elyssa yang memerah. Ia meraih tangan itu lalu meniupnya pelan.

Tubuh Elyssa membeku, membiarkan tangannya tetap dalam genggaman Sean, sementara hangat yang tadi membakar kulitnya kini terasa berbeda, lembut, dan entah kenapa justru membuat dadanya semakin berdebar.

"Kalau masih panas, langsung kompres pakai air dingin aja.”

Elyssa langsung menarik tangannya. Jantungnya berdebar tak karuan. Bersentuhan fisik dengan Sean membuatnya hampir gila.

Elyssa pun langsung pamit, beralasan sudah mengantuk dan ingin tidur, padahal ia hanya tidak ingin berlama-lama dekat dengan Sean.

Di dalam kamar, pandangan Elyssa lurus menatap langit-langit. Sudah tiga puluh menit ia mencoba memejamkan mata, tapi bayangan Sean terus menghantuinya.

"Kenapa denganku? Kenapa aku selalu gugup saat bersamanya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 181. Langsung Masukin?

    Sore menjelang malam, mansion Sean diselimuti cahaya oranye keemasan.Marina dan Charlie sudah merasa cukup pulih secara emosional, dan mereka bersikeras untuk segera kembali ke rumah mereka, meskipun Sean sudah menawarkan perlindungan penuh.Mereka berkumpul di ruang tamu, dan Marina meraih tangan Sean dengan haru.“Nak Sean, terima kasih banyak atas semuanya. Kamu sudah mempertaruhkan diri untuk menyelamatkan kami dan Elyssa.”“Tolong jangan sungkan. Kalian lebih aman di sini. Biar media di luar reda dulu.”“Kami menghargai tawaranmu, Nak Sean. Tapi kami tidak ingin terlalu merepotkanmu. Kami sudah sangat yakin dan percaya, kamu bisa menjaga putri kami dengan baik di sini.” Charlie menepuk pundak Sean. “Kami akan pulang, dan kamu, fokuslah pada Elyssa.”Elyssa mengantar kedua orang tuanya hingga ke depan pintu. Tiba-tiba, ia teringat sesuatu. Ada satu hal penting yang harus ia sampaikan sebelum orang tuanya pergi, meskipun terasa berat.“Mama, Papa… ada yang harus aku sampaikan.”Waj

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 180. Elyssa Tidak Hamil?

    Di sisi lain, Dokter Rika, spesialis kandungan tepercaya yang dipanggil Sean, baru saja selesai melakukan pemeriksaan USG dan tes cepat pada Elyssa.Elyssa berbaring di ranjang, menatap wajah Dokter Rika dengan tegang, menanti kepastian yang akan menentukan masa depannya. “Jadi, bagaimana, Dokter? Apakah Elyssa baik-baik saja? Dan... bagaimana dengan kondisi kandungannya?” tanya Sean, harap-harap cemas.Dokter Rika tersenyum tipis, kemudian menatap Sean dan Elyssa bergantian. “Secara fisik, Bu Elyssa sehat. Hanya sedikit kelelahan. Tapi mengenai kehamilan….” Ia menghela napas lebih dulu sebelum melanjutkan. “Maaf, Bu Elyssa. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG dan tes hormon, hasilnya negatif. Anda tidak hamil.”Kata-kata itu bagai palu godam. Tubuh Elyssa menegang, wajah yang tadinya penuh harapan langsung berubah menjadi kekecewaan yang mendalam.Sean, yang berdiri di samping ranjang, juga tampak terkejut.“T-tidak hamil? Tapi rasa mual, lelah, nafsu makan aneh, semua yang kurasakan

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 179. Albert Tumbang

    Howard tidak merespon. Ia hanya menatap dingin ke arah Detektif Heru, tatapannya kosong seperti kaca, tidak menunjukkan amarah, hanya perhitungan."Pak Howard, kami tahu Anda adalah seorang menteri dan sangat paham hukum. Kami hanya memberi Anda kesempatan untuk berbicara sekarang."Howard hanya menghela napas tipis, matanya melirik sekilas ke arah dinding, tempat kamera pengawas berada."Saya tahu hak-hak saya. Saya tidak akan mengeluarkan sepatah kata pun tanpa didampingi pengacara. Silakan lanjutkan prosedur Anda."Detektif Heru menyandarkan diri ke kursi, tahu bahwa Howard sedang memainkan permainan hukum."Kami mengerti, Pak Howard. Tapi perlu Anda ketahui, bukti-bukti yang kami miliki sudah cukup kuat untuk menjerat Anda. Menunda menjawab hanya akan mempersulit Anda."Howard kembali membisu. Senyum sinis yang hampir tak terlihat terukir di sudut bibirnya. Ia lalu bersandar ke kursi, yakin pengacaranya akan segera datang untuk memberinya celah.****Di ruang interogasi sebelah, A

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 178. Sesi Interogasi

    Sementara itu, di kamar tamu, Marina dan Charlie mencoba beristirahat. Namun, pikiran mereka terus-menerus terusik oleh penangkapan Keluarga Han dan nasib putri mereka."Coba nyalakan TV-nya dulu, Ma. Aku jadi penasaran soal penangkapan mereka," kata Charlie, tidak bisa lagi menahan rasa ingin tahunya.Marina bangkit dari ranjang, mencari remot di meja samping, dan menyalakannya. Mereka lalu mengambil posisi, duduk di tepi ranjang menghadap layar televisi.Tepat saat itu, saluran berita prime time sedang menayangkan berita terbaru yang menjadi headline nasional: Penangkapan Howard dan Albert Han.Tayangan itu menunjukkan keramaian di depan kantor polisi dan cuplikan singkat Albert yang diseret. Wajah Albert terlihat kacau, sangat jauh dari citra direktur terhormat yang selama ini mereka lihat di media.Marina refleks menutup mulutnya dengan tangan, terkejut melihat menantunya. "Ya Tuhan, Pa... Lihat itu! Itu benar Albert kan?"Charlie menggeleng kecil, ekspresinya memancarkan campuran

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 177. Melanjutkan Kegiatan Panas

    "Nak Sean," kata Charlie pelan. "Papa minta kamu segera membantu menyelesaikan urusan perceraian Elyssa dan segera membawa putri Papa pergi ke tempat yang aman, jauh dari jangkauan gosip dan media.""Media tidak akan menyerah, Nak. Mereka akan terus mencari Elyssa. Tidak mungkin juga Elyssa terus dikurung di mansion ini. Iya kan?"Sean mengangguk tegas. "Tenang saja, Pa. Aku akan membawa Elyssa ke tempat yang lebih aman. Mungkin salah satu opsinya, kami akan tinggal di luar negeri untuk sementara waktu, sembari menunggu suasana agak tenang dulu.""Baiklah. Papa serahkan semuanya ke kamu. Tapi Papa ingin minta satu hal lagi. Boleh?""Boleh, Pa. Dengan senang hati."Charlie menatap Sean dalam-dalam, pandangannya penuh permohonan layaknya seorang ayah pada umumnya."Papa hanya ingin memastikan. Apabila nanti kamu sudah tidak mencintai putri Papa lagi, jangan pernah beritahu dia. Kasih tau Papa saja. Dan tolong pulangkan dia dengan utuh dan dalam keadaan sehat. Jangan pernah sekalipun kamu

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 176. Resmi Direstui

    Sean tersenyum, kali ini tulus dan penuh keyakinan. "Jaminannya adalah janji saya di hadapan Bapak dan Ibu tadi, dan... anak yang sedang dikandung Elyssa."Sean kembali menggenggam tangan Elyssa, menunjukkannya di hadapan Charlie dan Marina."Komitmen saya bukan hanya untuk Elyssa, Pak. Tapi untuk keluarga baru yang ingin kami bangun. Dan saya akan melindungi keluarga ini dengan seluruh harta dan nyawa saya. Itu janji saya. Mengenai penilaian apakah saya pria terhormat atau bukan, biarkan waktu yang menjawabnya. Bapak akan melihatnya sendiri dari cara saya memperlakukan putri Bapak nantinya," jawab Sean dengan mantap.Charlie sontak terdiam. Sindiran halusnya kini berhadapan dengan ketulusan yang tak terbantahkan. Ia menyadari, pria ini benar-benar tulus terhadap putrinya.Charlie menghela napas panjang. Seketika ia merasa tak enak karena sudah membuat Sean merasa tidak nyaman dengan semua pertanyaan dan sindiran yang ia lontarkan barusan."Maafkan saya, Nak Sean," kata Charlie tulus,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status