Share

Bab 5. Foto Itu...

Penulis: Kak Gojo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-30 13:05:52

Malam itu, Sean pulang dan melihat kamar Elyssa tertutup rapat. Tidak biasanya Elyssa menyembunyikan diri seperti ini.

Sean lalu berjalan ke dapur dan membuka tudung saji. Tidak ada apa-apa di sana. Ia berpikir Elyssa pasti belum makan. Ia pun keluar sebentar untuk membeli makanan.

Tok tok tok!

Di dalam kamar, Elyssa mendengar ketukan pintu. Ia tahu itu Sean, tapi ia terlalu malu untuk keluar. Malu karena perasaannya selalu saja gugup saat mereka bertemu.

Namun, lama-lama Elyssa merasa tidak enak karena membiarkan Sean menunggu di depan kamar.

Elyssa akhirnya membuka pintu. Terlihat Sean berdiri di sana dan langsung tersenyum.

"Kamu udah makan?" tanya Sean.

Elyssa baru tersadar kalau ini sudah malam. Ia kelupaan memasak. Padahal Albert sudah berpesan agar selalu menyiapkan keperluan Sean, termasuk makannya.

"Eh? M–maaf, aku belum memasak," jawab Elyssa. Ia pun terburu-buru hendak ke dapur.

Lagi-lagi, Sean menahan tangan Elyssa. "Kamu gak perlu memasak. Aku udah beli makanan di luar kok. Ayo makan bareng,” ajaknya.

Sebagai tuan rumah, Elyssa merasa tidak enak. "Harusnya aku yang menyiapkan makanan untukmu."

Sean tersenyum. "Kamu bukan pembantu yang harus menyiapkan makanan untukku setiap saat."

“Tapi, kamu kan tamu.” Elyssa menundukkan kepala. "Maaf ngerepotin.”

"Kamu itu istri sahabatku, jadi sudah seharusnya aku memperhatikanmu. Tenang aja, kamu gak perlu memaksakan diri untuk masak tiap hari. Aku bisa memesan makanan dari luar untuk kita.”

Sean kembali mengajak Elyssa ke meja makan.

Selama makan, Elyssa terus menundukkan kepalanya, padahal Sean sedang berbicara dengannya. Ia terlalu malu untuk menatap Sean. Rasanya canggung terus-menerus berduaan dengan Sean, tanpa adanya Albert di sisi mereka.

“Kenapa kamu selalu nundukin kepalamu, Elyssa?” tanya Sean, merasa aneh.

Elyssa langsung mendongak, menyadari bahwa tidak seharusnya ia menundukkan kepala saat ada yang berbicara dengannya. “Maaf.”

“Kamu gak perlu minta maaf, Elyssa. Aku hanya penasaran, takutnya ada yang salah dengan wajahku sampai-sampai kamu gak mau natap aku.”

Elyssa mengulas senyum canggungnya. Ia tidak tahu harus berkata apa sehingga hanya kata ‘maaf’ yang kembali terdengar.

Sean menatap Elyssa intens, penuh makna. “Kamu gak boleh terus-terusan minta maaf, apalagi jika kamu gak bersalah, Elyssa. Itu akan membuat orang lain semena-mena, karena mereka pikir kamu lemah dan bisa disalahkan kapan saja.”

Ucapan Sean menancap kuat di benak Elyssa. Ia teringat Albert, yang selalu membuatnya merasa bersalah dan harus meminta maaf. Sikapnya yang selalu mengalah membuat Albert semakin mudah mengendalikan dan menyalahkan dirinya ketika ada hal yang tidak sesuai dengan kehendaknya.

Mata Elyssa seketika berkaca mengingat hal itu.

Sean melanjutkan, “Aku gak tau apa masalahmu sampai kamu sering murung gini. Tapi, kalau kamu mau cerita, aku siap mendengarkannya.”

Perhatian kecil dari Sean berhasil membuat senyum samar terlihat di wajah Elyssa. Namun, Elyssa masih mengunci rapat mulutnya. Baginya, permasalahan rumah tangganya biarlah menjadi bebannya sendiri. Orang lain tidak perlu tahu.

“Aku gapapa kok. Gak ada masalah,” sahut Elyssa akhirnya.

Sean hanya mengangguk pelan, walaupun masih ada rasa khawatir di benaknya.

Mereka pun kembali melanjutkan makan dengan nikmat.

****

Empat hari berlalu. Elyssa dan Sean menghabiskan waktu bersama di rumah itu. Karena hari libur, Sean bahkan menemani Elyssa berbelanja di pasar, membantunya memasak, dan makan bersama.

Awalnya, Elyssa merasa canggung, namun ia tak bisa membohongi diri sendiri bahwa ia menikmati perhatian Sean yang membuat harinya lebih berwarna. Sifat Sean yang humoris dan penuh perhatian membuat Elyssa merasa nyaman.

Sedikit demi sedikit, Elyssa mulai terbuka, berani berbagi cerita, dan seringkali tersenyum saat berinteraksi dengan Sean.

Dan saat ini, mereka sedang menikmati tayangan televisi di ruang tamu. Elyssa memegang sekotak popcorn, menikmati camilan itu bersama Sean.

Sean yang terlalu fokus pada film, meraih popcorn tanpa melihat, dan tangannya tidak sengaja menyentuh paha Elyssa.

Elyssa sontak membeku. Hatinya kembali berdebar tak karuan.

Sean langsung menoleh dan sadar. "Maaf. Aku gak bermaksud—"

"Gapapa,” jawab Elyssa cepat. Ia yakin Sean benar-benar tidak sengaja, bukan modus.

Sean pun kembali santai dan fokus pada tontonannya.

Sementara itu, Elyssa justru salah tingkah. Jantungnya tidak mau berdetak normal. Matanya sesekali melirik pada Sean, melihat wajah pria itu dari samping yang terlihat tampan.

Untuk mengusir perasaan itu, Elyssa segera duduk menjauh dari Sean dan sengaja sibuk dengan ponselnya. Ia mengecek kotak masuk, tidak ada satu pun pesannya yang dibalas oleh Albert.

‘Apa dia sesibuk itu sampai lupa mengabariku?’ batin Elyssa sendu.

Beberapa detik kemudian, sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Elyssa. Ia segera membukanya, mengira itu dari Albert. Namun, yang ia dapatkan justru membuatnya tercengang dan sedih.

Sebuah foto yang memperlihatkan Albert sedang bergandengan tangan dengan seorang wanita.

[Ini suamimu, kan, Elyssa? Aku melihat mereka di bandara tempo hari. Karena aku tidak yakin, makanya aku mengirimkan foto ini padamu. Oh ya, pagi ini, aku kembali bertemu mereka di mall]

Pesan yang baru saja Elyssa baca dari salah satu teman kuliahnya yang saat ini tinggal di Bali. Membaca pesan itu, membuat hati Elyssa mendadak sesak. Matanya mulai berkaca-kaca.

Sean menoleh, memperhatikan raut wajah Elyssa yang sendu. Ia tanpa ragu mengusap bahu terbuka Elyssa. "Apa ada masalah?" tanyanya lembut.

Sentuhan Sean menyadarkannya. Elyssa buru-buru pamit. "Aku udah ngantuk. Aku tidur duluan ya."

Elyssa bergegas masuk ke kamar, meninggalkan Sean yang menatapnya penuh tanda tanya.

Di dalam kamar, Elyssa memegangi dadanya. Ia tidak tahu bagian mana yang berdebar. Ia juga bingung dengan perasaannya. Apakah ini rasa sedih karena Albert, atau justru debaran aneh karena sentuhan Sean?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Emak Chua Aya
nh kn bener selingkuh si albert.. wkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 181. Langsung Masukin?

    Sore menjelang malam, mansion Sean diselimuti cahaya oranye keemasan.Marina dan Charlie sudah merasa cukup pulih secara emosional, dan mereka bersikeras untuk segera kembali ke rumah mereka, meskipun Sean sudah menawarkan perlindungan penuh.Mereka berkumpul di ruang tamu, dan Marina meraih tangan Sean dengan haru.“Nak Sean, terima kasih banyak atas semuanya. Kamu sudah mempertaruhkan diri untuk menyelamatkan kami dan Elyssa.”“Tolong jangan sungkan. Kalian lebih aman di sini. Biar media di luar reda dulu.”“Kami menghargai tawaranmu, Nak Sean. Tapi kami tidak ingin terlalu merepotkanmu. Kami sudah sangat yakin dan percaya, kamu bisa menjaga putri kami dengan baik di sini.” Charlie menepuk pundak Sean. “Kami akan pulang, dan kamu, fokuslah pada Elyssa.”Elyssa mengantar kedua orang tuanya hingga ke depan pintu. Tiba-tiba, ia teringat sesuatu. Ada satu hal penting yang harus ia sampaikan sebelum orang tuanya pergi, meskipun terasa berat.“Mama, Papa… ada yang harus aku sampaikan.”Waj

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 180. Elyssa Tidak Hamil?

    Di sisi lain, Dokter Rika, spesialis kandungan tepercaya yang dipanggil Sean, baru saja selesai melakukan pemeriksaan USG dan tes cepat pada Elyssa.Elyssa berbaring di ranjang, menatap wajah Dokter Rika dengan tegang, menanti kepastian yang akan menentukan masa depannya. “Jadi, bagaimana, Dokter? Apakah Elyssa baik-baik saja? Dan... bagaimana dengan kondisi kandungannya?” tanya Sean, harap-harap cemas.Dokter Rika tersenyum tipis, kemudian menatap Sean dan Elyssa bergantian. “Secara fisik, Bu Elyssa sehat. Hanya sedikit kelelahan. Tapi mengenai kehamilan….” Ia menghela napas lebih dulu sebelum melanjutkan. “Maaf, Bu Elyssa. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG dan tes hormon, hasilnya negatif. Anda tidak hamil.”Kata-kata itu bagai palu godam. Tubuh Elyssa menegang, wajah yang tadinya penuh harapan langsung berubah menjadi kekecewaan yang mendalam.Sean, yang berdiri di samping ranjang, juga tampak terkejut.“T-tidak hamil? Tapi rasa mual, lelah, nafsu makan aneh, semua yang kurasakan

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 179. Albert Tumbang

    Howard tidak merespon. Ia hanya menatap dingin ke arah Detektif Heru, tatapannya kosong seperti kaca, tidak menunjukkan amarah, hanya perhitungan."Pak Howard, kami tahu Anda adalah seorang menteri dan sangat paham hukum. Kami hanya memberi Anda kesempatan untuk berbicara sekarang."Howard hanya menghela napas tipis, matanya melirik sekilas ke arah dinding, tempat kamera pengawas berada."Saya tahu hak-hak saya. Saya tidak akan mengeluarkan sepatah kata pun tanpa didampingi pengacara. Silakan lanjutkan prosedur Anda."Detektif Heru menyandarkan diri ke kursi, tahu bahwa Howard sedang memainkan permainan hukum."Kami mengerti, Pak Howard. Tapi perlu Anda ketahui, bukti-bukti yang kami miliki sudah cukup kuat untuk menjerat Anda. Menunda menjawab hanya akan mempersulit Anda."Howard kembali membisu. Senyum sinis yang hampir tak terlihat terukir di sudut bibirnya. Ia lalu bersandar ke kursi, yakin pengacaranya akan segera datang untuk memberinya celah.****Di ruang interogasi sebelah, A

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 178. Sesi Interogasi

    Sementara itu, di kamar tamu, Marina dan Charlie mencoba beristirahat. Namun, pikiran mereka terus-menerus terusik oleh penangkapan Keluarga Han dan nasib putri mereka."Coba nyalakan TV-nya dulu, Ma. Aku jadi penasaran soal penangkapan mereka," kata Charlie, tidak bisa lagi menahan rasa ingin tahunya.Marina bangkit dari ranjang, mencari remot di meja samping, dan menyalakannya. Mereka lalu mengambil posisi, duduk di tepi ranjang menghadap layar televisi.Tepat saat itu, saluran berita prime time sedang menayangkan berita terbaru yang menjadi headline nasional: Penangkapan Howard dan Albert Han.Tayangan itu menunjukkan keramaian di depan kantor polisi dan cuplikan singkat Albert yang diseret. Wajah Albert terlihat kacau, sangat jauh dari citra direktur terhormat yang selama ini mereka lihat di media.Marina refleks menutup mulutnya dengan tangan, terkejut melihat menantunya. "Ya Tuhan, Pa... Lihat itu! Itu benar Albert kan?"Charlie menggeleng kecil, ekspresinya memancarkan campuran

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 177. Melanjutkan Kegiatan Panas

    "Nak Sean," kata Charlie pelan. "Papa minta kamu segera membantu menyelesaikan urusan perceraian Elyssa dan segera membawa putri Papa pergi ke tempat yang aman, jauh dari jangkauan gosip dan media.""Media tidak akan menyerah, Nak. Mereka akan terus mencari Elyssa. Tidak mungkin juga Elyssa terus dikurung di mansion ini. Iya kan?"Sean mengangguk tegas. "Tenang saja, Pa. Aku akan membawa Elyssa ke tempat yang lebih aman. Mungkin salah satu opsinya, kami akan tinggal di luar negeri untuk sementara waktu, sembari menunggu suasana agak tenang dulu.""Baiklah. Papa serahkan semuanya ke kamu. Tapi Papa ingin minta satu hal lagi. Boleh?""Boleh, Pa. Dengan senang hati."Charlie menatap Sean dalam-dalam, pandangannya penuh permohonan layaknya seorang ayah pada umumnya."Papa hanya ingin memastikan. Apabila nanti kamu sudah tidak mencintai putri Papa lagi, jangan pernah beritahu dia. Kasih tau Papa saja. Dan tolong pulangkan dia dengan utuh dan dalam keadaan sehat. Jangan pernah sekalipun kamu

  • Gairah Panas Sahabat Suamiku   Bab 176. Resmi Direstui

    Sean tersenyum, kali ini tulus dan penuh keyakinan. "Jaminannya adalah janji saya di hadapan Bapak dan Ibu tadi, dan... anak yang sedang dikandung Elyssa."Sean kembali menggenggam tangan Elyssa, menunjukkannya di hadapan Charlie dan Marina."Komitmen saya bukan hanya untuk Elyssa, Pak. Tapi untuk keluarga baru yang ingin kami bangun. Dan saya akan melindungi keluarga ini dengan seluruh harta dan nyawa saya. Itu janji saya. Mengenai penilaian apakah saya pria terhormat atau bukan, biarkan waktu yang menjawabnya. Bapak akan melihatnya sendiri dari cara saya memperlakukan putri Bapak nantinya," jawab Sean dengan mantap.Charlie sontak terdiam. Sindiran halusnya kini berhadapan dengan ketulusan yang tak terbantahkan. Ia menyadari, pria ini benar-benar tulus terhadap putrinya.Charlie menghela napas panjang. Seketika ia merasa tak enak karena sudah membuat Sean merasa tidak nyaman dengan semua pertanyaan dan sindiran yang ia lontarkan barusan."Maafkan saya, Nak Sean," kata Charlie tulus,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status