Share

Bab 5

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2024-12-19 12:03:49

Robert menggeleng. “Sepertinya, tidak, Tuan. Dia hanya membaca, mengangguk, lalu menandatangani dokumen itu.”

William menghela napas panjang. Ada sesuatu yang aneh. Emily, yang selama ini dikenal keras kepala dan sering melawan, tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang patuh dan tidak mempertanyakan apa pun.

“Aku ingin kau memperhatikan Emily lebih dekat, Robert,” kata William akhirnya. “Aku juga akan memantaunya.”

Robert mengerutkan keningnya. “Tuan, apa Anda yakin? Bagaimana kalau Nona Emily curiga dengan—”

William memotong pembicaraan, “Tenang saja. Aku paham bagaimana aku harus bersikap.”

“Baik, Tuan.” Robert membungkuk sedikit sebelum meninggalkan ruangan.

Begitu Robert keluar dari ruangan itu, tak sengaja ia pun mendengar Emily sedang bicara di telepon.

“Ada apa lagi, Hendrick?” tanya Emily, suaranya terdengar kesal. “Kenapa aku harus menemui mu? Ah, baiklah... Kau di mana sekarang?”

“Dia benar-benar masih lah rubah betina yang licik,” gumam Robert pelan. “Jangan kira aku akan melepaskan mu. Aku akan merobek wajah palsu mu itu.”

Robert berjalan dengan langkah pasti menuju ruangan William kembali, membawa laporan yang baru saja didapatnya.

Saat ia membuka pintu, William sudah duduk di kursi kulitnya yang elegan, kedua tangannya bertumpu pada tongkatnya.

“Tuan,” ujar Robert, suaranya tenang namun terukur, “saya mendengar Nona Emily akan bertemu seseorang di luar rumah. Dari yang saya dengar, orang itu pastilah Tuan Hendrick.”

William terdiam, jelas dia terkejut.

Rahangnya mengeras, dan ekspresi wajahnya mencerminkan kekecewaan yang mendalam.

Meski hatinya penuh dengan kecurigaan, ia masih berharap bahwa Emily tidak mengkhianatinya, terlebih setelah dokumen itu ditandatangani.

Namun, pikiran itu terus membayangi.

“Jadi,” William menarik napas dalam-dalam, “meskipun dia menandatangani perjanjian, dia masih mungkin tetap mengejar Hendrick. Mungkin... aku yang buta ini benar-benar seperti memiliki kesalahan yang fatal hingga tidak mungkin bisa ia terima, ya...”

Suasana di ruangan itu berubah dingin. Robert tetap berdiri tegak, menunggu instruksi berikutnya.

“Tidak. Anda sudah melakukan yang terbaik, Nona Emily lah yang kurang tahu diri, Tuan.”

William pun membuang napas, lelah sekali memikirkan hal ini.

“Aku ingin kau mengikutinya,” perintah William tegas. “Cari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apakah dia benar-benar bertemu Hendrick untuk berselingkuh... atau, lebih buruk lagi, merencanakan sesuatu terhadapku.”

Robert mengangguk tanpa ragu. “Baik, Tuan. Akan saya lakukan.”

Tanpa membuang waktu, Robert segera menghubungi timnya melalui telepon, memberikan arahan detail untuk membuntuti Emily secara diam-diam.

Beberapa jam kemudian, laporan pun datang.

Emily ditemukan berada di sebuah kafe di pusat kota, dan Hendrick ternyata ada di sana.

Di kafe yang ramai, Emily duduk dengan tubuh tegak.

Di hadapannya, Hendrick tersenyum dengan ekspresi yang dibuat-buat.

Ia meraih tangan Emily dengan lembut, mencoba menciptakan suasana yang intim.

Namun, alih-alih merasa tersentuh, Emily malah merasa muak.

“Hendrick, apa yang kau lakukan?” Emily menarik tangannya perlahan, tatapannya penuh kebencian.

“Aku hanya ingin menunjukkan betapa aku merindukanmu,” Hendrick menjawab, memasang wajah penuh kesedihan. “Aku menunggu begitu lama, berharap kau datang padaku. Tapi kau tidak pernah muncul.”

Emily menatap Hendrick dengan dingin. “Aku sibuk, Hendrick. Dan aku tidak punya waktu untuk bertemu denganmu. Aku bahkan tidak ingin bertemu lagi. Setelah kecelakaan beberapa hari lalu, aku merasa sedikit waras.”

Hendrick memasang ekspresi penuh kepalsuan, mencoba membujuk Emily dengan nada suara yang lembut. “Emily, kau tidak mengerti betapa pentingnya dirimu bagiku. Aku tahu kau mencintaiku. Kau hanya sedang marah, itu saja.”

Namun, Emily tidak terpengaruh. Wajahnya memerah bukan karena cinta lagi, melainkan karena kemuakan yang mendalam. ‘Cinta? Jangan mengada-ada. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sebodoh itu dulu. Aku bahkan merasa ingin muntah hanya dengan melihat wajahmu sekarang.’ batinnya.

Hendrick tetap mencoba bertahan, tetapi setiap kata yang ia keluarkan hanya memperkuat keengganan Emily.

Di meja belakang, seseorang yang berpura-pura menjadi tamu kafe mengawasi dengan saksama.

Ia adalah salah satu orang yang diperintahkan Robert untuk memata-matai pertemuan itu.

Emily tidak tahu bahwa setiap gerak-geriknya sedang diawasi.

Hendrick terus berbicara, mencoba menahan Emily lebih lama di meja itu, tetapi Emily akhirnya berdiri dengan tegas.

“Aku sibuk, Hendrick. Jangan pernah menghubungiku lagi,” ujarnya dingin sebelum pergi meninggalkan kafe.

Laporan itu segera sampai ke Robert, yang langsung menghubungi William. “Tuan, Emily memang bertemu Hendrick. Namun, sepertinya dia menolak semua pendekatan pria itu.”

William terdiam setelah mendengar laporan itu.

Ada perasaan lega, namun masih ada sisa keraguan di hatinya.

Apakah Emily benar-benar sudah berubah? Ataukah ini hanya strategi untuk membuat William lengah?

“Terus awasi dia,” perintah William akhirnya. “Aku ingin tahu apakah perubahan itu benar-benar tulus atau hanya permainan belaka.”

“Ngomong-ngomong, apa Emily menggunakan pakaian yang seksi seperti biasanya?” tanya William waspada kala teringat istrinya itu kadang melakukannya untuk membuatnya marah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 236 (Final Episode)

    Ruangan rapat utama dipenuhi para eksekutif dan kepala divisi. Suasana tegang, sebagian besar dari mereka masih menyangsikan kemampuan Greyson. Bagi sebagian orang, dia hanyalah ‘anak bos’ yang belum teruji. Tapi hari itu, mereka akan melihat sesuatu yang berbeda. Greyson masuk dengan jas rapi, rambut tersisir bersih, dan langkah mantap. Tatapannya tajam, wajahnya serius. Ia membuka laptopnya, menyapa semua orang dengan tenang. “Selamat pagi. Mulai hari ini, saya akan bekerja langsung di bawah arahan Ayah saya, untuk dua tahun ke depan. Dan saya tidak datang ke sini untuk main-main lagi.” Beberapa orang bertukar pandang, sebagian masih skeptis. Tapi Greyson tidak goyah. Greyson mulai ikut dalam setiap rapat penting, menganalisis laporan keuangan, bahkan terjun langsung ke lapangan untuk memahami bisnis secara menyeluruh. Ia tid

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 335

    Suasana rumah yang biasanya tenang berubah drastis. Teriakan William menggema dari kamar utama, nadanya bukan sekadar panik, melainkan ketakutan yang dalam, seperti pria yang baru saja melihat dunianya runtuh di depan matanya. “Emily! Sayang, bangun! Jangan seperti ini! Emily! Jangan menakuti ku!” Greyson yang sedang berada di ruang kerjanya di lantai atas langsung berdiri, memegang. Napasnya seketika tercekat. Ia belum pernah mendengar ayahnya, sosok yang selalu tenang dan tangguh itu berteriak dengan suara seperti itu. Ia melesat menuruni tangga dan menerobos pintu kamar orang tuanya tanpa izin. Di sana, ia melihat ayahnya bersimpuh di samping tempat tidur, memeluk tubuh Emily yang terkulai lemah, tidak sadarkan diri. Wajah William penuh air mata, tangannya gemetar saat menyentuh wajah istrinya. “Ayah! Apa yang terjadi?!”

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 334

    Pagi hari menyambut mereka dengan cahaya lembut yang masuk melalui jendela kayu klasik hotel bergaya renaisans di tepi kanal. Lavine membuka mata lebih dulu, lalu menoleh dan menatap Elle yang masih tertidur di sampingnya. Ia tersenyum kecil, sebuah senyum penuh syukur dan rasa takjub yang begitu luar biasa. Beberapa menit kemudian, Elle terbangun. Ia mendapati Lavine menatapnya dengan penuh cinta. “Good morning, Sayangku?” sapa Lavine. Elle menggeliat. Wajahnya sampai memerah membuat Lavine terkekeh. “Apa?” tanya Elle sambil menyembunyikan wajahnya dengan selimut. “Aku cuma mengagumi wajah cantik istriku saja,” bisik Lavine. “Cih! Gombal saja sepagi ini,” ujar Elle. Lavine tersenyum. Ia langsung membawa Elle ke dalam pelukannya. “Hari ini kita mau pergi ke luar atau di kamar saja, Sayang?” Pertanyaan itu membuat Elle merinding. Di kamar saja?

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 333

    Ramon tengah terduduk di sofa ruang tamunya yang mulai terasa kosong. Beberapa furnitur sudah dijual diam-diam untuk menutupi biaya hidup mereka selama dua bulan terakhir ini. Kini, surat pemberitahuan penjualan rumah sudah tiba, lengkap dengan tanda tangan pengacara. Rumah itu akan segera dilelang, dan hasilnya akan dibagi dua. Tidak ada lagi yang bisa dipertahankan, baik hartanya, maupun pernikahannya dengan Casandra. Casandra berdiri di ambang pintu, tangan bersedekap, matanya merah karena menangis, tapi juga penuh dengan kemarahan. “Jadi... kau benar-benar menggugat ceraiku?” tanyanya, suaranya nyaris gemetar. Ramon mengangguk tanpa menatapnya. “Perusahaan kita sudah hancur, Casandra. Aku sudah coba segala cara, tapi semuanya berakhir sia-sia. Dan kita… kita juga sudah tidak punya alasan untuk tetap bersama, bukan? Aku tidak sanggup menghadapai sikap mu, begitu juga dengan

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 332

    Beberapa hari setelah kemarahan besar Ramon, berita mulai bermunculan bukan tentang Lavine, melainkan tentang Rayn dengan narasi yang buruk. Salah satu media besar yang sebelumnya diam, tiba-tiba merilis artikel panjang investigasi berjudul, “Uang Kotor di Balik Serangan terhadap Dunia Seni. Siapa Dalang yang Sebenarnya?” Artikel itu menyebutkan aliran dana mencurigakan yang dikaitkan dengan salah satu keluarga pebisnis kaya. Nama Rayn pun muncul, bersama bukti dokumen dan testimoni dari jurnalis bayaran yang kini memilih untuk bicara karena tekanan hukum yang jelas. Media sosial meledak. Netizen yang sebelumnya ikut terpancing isu palsu tentang Lavine kini berbalik arah, “Jadi semua itu cuma fitnah buatan kakak tirinya sendiri? Dia pasti sangat iri.” “Zero tetap terbaik. Rayn harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya!” “Dia terlihat seperti seorang pengecut. Dia pasti sangat iri dengan kesuksesan yang dirai

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 331

    Lampu kristal raksasa bergemerlap di langit-langit ballroom mewah. Karpet merah terbentang dari pintu masuk hingga ke pelaminan. Dekorasi bernuansa emas-putih memantulkan cahaya dengan indah, menambah aura eksklusif dari pesta pernikahan Elle dan Lavine. Para tamu berdatangan satu per satu, kolektor lukisan internasional, pengusaha, sosialita, hingga sesama seniman yang pernah bekerja dengan Lavine. Mereka berdesakan di lobi hotel, menanti giliran untuk masuk ke ruangan utama.Tamu undangan kelas atas dari William dan Emily pun ikut berdatangan. “Lihat, itu Lavine. Dan Elle. Mereka benar-benar seperti pasangan dari cerita dongeng,” bisik salah satu tamu dengan kagum. Lavine dan Elle berdiri di pelaminan. Keduanya tersenyum, menyapa satu per satu tamu yang menghampiri. Meski wajah mereka cerah, sorot mata keduanya menyiratkan kelelahan yang tidak bisa disembunyikan. Bukan hanya karena pesta hari itu, tapi karena seluruh perjalanan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status