Share

Bab 4

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2024-12-19 12:03:45

Hendrick terkesiap, tetapi ia berusaha mengubah ekspresinya itu kembali normal, “Karena Kau hanya mencintaiku, paham?!”

Emily tersenyum sinis.

Mendengar kata ‘hanya mencintaiku’ dari mulut Hendrick, membuat jijik.

Plak!

Emily tiba-tiba saja menampar Hendrick!

William tersentak kaget.

Begitu juga dengan Robert yang masih tak percaya dengan apa yang sedang terjadi ini.

Sementara itu, tatapan Hendrick berubah tajam.

Tidak ada yang pernah berani memberikan tamparan seperti itu padanya.

“Emily, apa yang kau lakukan? Kenapa kau menamparku, hah?” protes Hendrick.

Percayalah, pria itu benar-benar sedang menahan diri agar tidak memukul Emily.

Selain masih sangat membutuhkan Emily untuk rencana jahatnya, Hendrick merasa rugi jika membiarkan William menang karena Emily berpihak padanya sekarang.

Namun bukannya takut, Emily justru tersenyum lalu membalas, “Aku tidak bisa menendang mu karena kakiku sakit, jadi aku pikir tamparan itu cukup untuk mengurangi sedikit rasa kesal ku.”

Hendrick mengepalkan tangannya. Lagi-lagi harus menahan diri.

“Apa yang kau lakukan sekarang Pasti karena kau sedang tidak sadar. Jadi, kalau kau datang lagi padaku untuk memohon pengampunan dariku, kau akan membayarnya dengan sangat mahal!” ancamnya, “aku tidak memiliki kesabaran yang terlalu banyak. Jadi, Jangan datang padaku lagi dan mengemis cinta dariku jika kau tidak benar-benar memahami kesalahanmu!”

Hendrick melangkah pergi, amarahnya pun hanya bisa ia tahan di dadanya.

Emily tersenyum senang karena berhasil membalas setidaknya 1% rasa sakit hatinya.

Hanya saja, suara asisten William menginterupsi kebahagiaannya itu.

“Wah, kalian berdua benar-benar sangat totalitas sekali, ya. Sungguh, saya benar-benar sangat tersentuh. Nona Emily, Apakah perlu Saya mendaftarkan anda untuk mengikuti casting?” cemoohnya.

Emily menaikkan satu sisi bibirnya.

Dia tahu perlakuannya tidak baik pada William selama ini. Akan tetapi, perilaku Robert ini kadang-kadang di luar batas wajar antara asisten dan atasan!

“Jadi, apa kau iri, sekretaris Robert? Bagaimana, mau coba rasanya tamparan dariku?” kesal Emily pada pria itu.

“Sudah jangan bertengkar.” Suara bariton William menginterupsi, “lagipula, masih ada tahapan pemeriksaan yang perlu Emily lakukan.”

Emily dan Robert menghela napas.

Mereka tampaknya harus menunda pertengkaran mereka!

***

Drap!

Suara langkah sepatu terdengar di lorong rumah besar itu.

Emily dan William baru saja tiba setelah dokter yang untungnya, menyatakan bahwa kondisi wanita itu cukup membaik untuk pulang ke rumah.

Ruang tengah yang luas dengan dekorasi klasik langsung menyambut keduanya.

Emily diam-diam melirik pria yang berjalan perlahan di sampingnya, tangannya terulur memegang tongkat penuntun.

Setelah duduk di sofa saling berseberangan, Emily menatap William dengan pandangan yang baru.

Wajah pria itu begitu tenang, garis-garis wajahnya sempurna. Ia benar-benar tampan, sesuatu yang baru disadari Emily setelah dua tahun mereka menikah.

“Ya ampun...” Emily keheran. “Tercolok apa mataku sampai-sampai bisa melihat Hendrick menjadi sangat sempurna?” bisiknya.

Emily menghela napas panjang.

Penyesalan menyelimuti hatinya. Betapa bodohnya ia karena selama ini mengabaikan William dan malah mengejar Hendrick, pria yang hanya membawa luka dalam hidupnya.

Pikiran itu membuat dadanya sesak.

Tak lama, langkah kaki lain terdengar. Robert masuk membawa selembar dokumen di tangannya. “Tuan, ini dokumennya,” katanya dengan sopan.

William mengulurkan tangannya, lalu Robert menyerahkan dokumen itu.

Dengan gerakan penuh kehati-hatian, William meletakkannya di meja di depannya, tepat di antara dia dan Emily.

“Emily,” suara William terdengar tenang namun tegas, “ini adalah dokumen yang perlu kau sepakati jika kau benar-benar ingin tetap berada di sisiku dan mempertahankan pernikahan kita.”

Emily menatap dokumen itu dengan sedikit ragu, namun rasa ingin tahu mengalahkan segalanya. Ia meraihnya dengan cepat, membuka halaman pertama, dan mulai membaca.

1. Emily tidak boleh pergi dari rumah tanpa izin William.

2. Emily tidak boleh memiliki hubungan apapun dengan Hendrick maupun pria lainnya, baik secara langsung maupun melalui media sosial.

3. Emily harus berhenti membuang uang untuk hal-hal yang tidak penting.

4. Emily tidak boleh lagi menggunakan pakaian seksi di luar rumah.

5. Emily harus mulai terbuka dalam segala hal kepada William.

6. Emily tidak boleh lagi tinggal di kamar terpisah dari William.

7. Jika Emily kedapatan membantu Hendrick untuk merebut proyek besar di perusahaan William, maka Emily akan menanggung biaya ganti rugi secara keseluruhan.

Emily menyelesaikan bacaannya dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. Ia menatap William, yang wajahnya tetap tenang tanpa emosi berlebih.

“Apakah ada yang tidak kau setujui?” tanya William, kepalanya sedikit miring ke arah Emily.

Emily menggeleng perlahan. “Tidak, aku setuju,” jawabnya dengan suara lembut.

Tidak ada poin dalam dokumen itu yang terasa memberatkan.

Ia bahkan merasa lega. Baginya, William, dengan kondisinya yang buta, tidak mungkin melakukan sesuatu yang aneh atau berbahaya.

“Baiklah,” kata William singkat. “Jika begitu, tanda tangani.”

Emily mengambil pena yang telah disiapkan di samping dokumen, lalu menuliskan namanya di bawah perjanjian itu.

“Sudah ditandatangani, Tuan,” ucap Robert, mengabarkan.

William tersenyum samar, sebuah senyum yang sulit diartikan.

“Kau sudah membuat keputusan, Emily,” ucap William perlahan. “Dan aku harap kau tidak akan menyesalinya.”

Emily merasa ada sesuatu di balik kata-kata itu, namun ia memilih untuk mengabaikannya.

Ini hanyalah awal baru dalam memperbaiki hubungan pernikahan mereka.

Ia tidak tahu bahwa keputusan ini akan membawa hidupnya ke arah yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan.

Beberapa saat kemudian.

William duduk di ruang kerjanya, jari-jarinya mengetuk pelan permukaan meja kayu mahoni.

Suara langkah Robert terdengar semakin dekat, lalu pria itu masuk.

“Tuan, Nyonya Emily sudah menandatangani dokumen itu, bagaimana selanjutnya?” kata Robert.

William menegakkan kepalanya sedikit, ekspresi wajahnya tetap tenang meski ada sedikit kerutan di dahinya. “Biarkan saja, Robert. Aku pun menginginkan Emily, seperti ini juga bagus,” jawabnya. “Ngomong-ngomong, bagaimana ekspresi Emily saat menandatanganinya?”

“Tidak ada keraguan atau ekspresi yang menunjukkan ketidaksetujuan. Nona Emily membacanya dan langsung menandatanganinya.”

William terdiam. Pikiran di kepalanya berputar cepat.

Kenapa Emily berubah begitu drastis? Apa yang membuatnya begitu mudah menyetujui perjanjian itu?

Padahal, poin ke-7 dalam dokumen itu jelas ditulis dengan cetakan tebal agar Emily bisa memahaminya dengan baik: Emily akan menanggung biaya ganti rugi bila dirinya kedapatan membantu Hendrick.

William sengaja menambahkan poin itu untuk menguji kesungguhan Emily.

Ia ingin tahu apakah Emily benar-benar siap berkomitmen atau hanya mencoba memperbaiki kesan buruknya di mata William.

Namun, kenyataan bahwa Emily tidak menunjukkan keberatan justru membuatnya bingung.

“Apakah dia ada mengatakan sesuatu tanpa aku tahu?” tanya William akhirnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 322

    Langkah Elle mantap memasuki gedung galeri, suara hak sepatunya menggema lembut di lantai marmer. Seperti biasa, aura elegan dan wibawa yang mengiringi kehadirannya berhasil menyita perhatian banyak tamu. Namun, kali ini ada yang agak berbeda. Elle hanya datang sendiri. Setelah hubungannya dengan Lavine terkuak, gadis itu justru datang tanpa Lavine di sisinya, seolah diam-diam membenarkan rumor yang selama ini bergulir bahwa hubungan mereka sedang berada di ujung tanduk. Gaun malam berwarna gelap yang membalut tubuhnya menambah kesan dingin dan tegas. Namun, senyuman sopan tetap ia berikan kepada tamu-tamu yang menyapanya, seolah tidak ada yang salah. Tatapan penuh tanya, bisikan-bisikan lirih, dan pandangan yang mencoba menebak-nebak alasan Lavine tidak terlihat bersamanya, semuanya tidak ia hiraukan. Elle terus berjalan, memba

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 321

    Lavine menyandarkan punggungnya ke sofa dengan santai, satu tangan memegang ponsel yang masih terhubung dengan panggilan dari Ramon. Di seberang sana, suara Ramon terdengar meninggi, penuh kemarahan dan kekecewaan yang tidak terbendung lagi. “Aku sudah berikan aset, uang, bahkan dukungan di belakang layar untukmu, Lavine! Dan sekarang kau bilang tidak bisa membantuku masuk ke galeri Zero? Setidaknya hubungi William, atau hubungi Elle! Mereka bisa mengatur satu undangan untukku, kan?!” Lavine terkekeh pelan, nadanya dingin namun tenang. “Ayah pikir setelah berita-berita busuk yang beredar soal aku, mereka akan begitu saja membuka pintu untuk orang yang masih keluarga ku? Ayah terlalu percaya diri sekali. Keluarga Elle tidak bisa Ayah perlakukan seperti anak buah Ayah sendirian.” “Jangan main-main denganku, Lavine!” bentak Ramon. “Kalau kau tidak bisa memberi manfaat, maka semua yang kuberika

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 320

    Rayn berdiri mematung, rahangnya mengeras saat mendengar pengakuan Ramon barusan. Kata-kata ayahnya itu terasa seperti tamparan keras yang menghantam sisi kepalanya. “Ayah memberikan aset… dan uang… untuk pria brengsek itu?” tanyanya dengan suara serak, matanya menatap Ramon tajam penuh luka. Ramon menghela napas berat, tidak menampik. “Itu juga demi kelangsungan hubungan bisnis kita dengan keluarga Elle. Demi masa depan kita juga, Rayn. Itulah kenapa harusnya kau tidak mengusik Lavine dulu!” Rayn mengepalkan tangannya begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih. “Masa depan siapa? Masa depanku, atau masa depan dia?” Suaranya bergetar, antara kemarahan dan rasa terbuang yang tak mampu ia bendung. “Jadi, Ayah sudah memilih dia. Anak haram yang bahkan tidak tumbuh di rumah ini. Ayah pikir dia lebih pantas dari pada aku yang anak sah di keluarga ini?” “Rayn, jangan—” “Aku ini anak kandung Ayah, aku anak sah!” seru Rayn, matanya berkaca-kaca. “Bukan dia! Tapi sekarang Ayah bahk

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 319

    Berita tentang Lavine semakin meluas dan tidak terkendali. Foto dirinya saat tengah duduk di kafe outdoor, mengenakan pakaian santai, menikmati semangkuk mi instan cup sambil merokok tersebar luas di media sosial. Banyak akun anonim maupun publik ikut menyebarkan gambar itu disertai narasi yang menyudutkan dan menghina. Komentar-komentar tajam dan menyudutkan mengalir deras di kolom tanggapan. “Inikah pria yang melamar gadis konglomerat bernama Elle? Makan mi instan di kafe dan merokok seolah hidup tidak punya arah.” “Dia berpenampilan seperti preman. Bahkan aku sampai tidak berani menebak kapan dia terakhir mandi.” “Dasar pria pemalas! Mau hidup enak dengan menumpang ke perempuan kaya! Dia benar-benar tidak tahu malu.” “Pantas saja wajahnya tidak pernah muncul di acara besar, ternyata dia tidak punya apa-apa.” Lavine dijuluki dengan berbagai sebutan kasar, sampah masyarakat, penumpang kelas elit, pengangguran tampan, hingga manipulator cinta. Banyak yang menuduhnya mendek

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 318

    Lavine sedang duduk santai di balkon apartemennya bersama Elle, menyeruput teh hangat dari cangkir putih polosnya. Udara pagi itu sejuk, suasananya pun begitu tenang hingga detik Elle menyodorkan ponselnya ke arah Lavine. “Jangan terlalu santai. Ini… kau lihat sendiri,” ucap Elle pelan, namun jelas terdengar serius. Lavine menerima ponsel itu tanpa banyak curiga, namun begitu matanya menangkap judul berita di layar, tubuhnya refleks tersentak. Teh yang baru saja masuk ke mulutnya langsung disemburkan ke udara, nyaris mengenai meja kecil di depan mereka. Brep...! “Apa-apaan ini?” serunya, nyaris tidak percaya dengan apa yang dibacanya. “Wah, aku jadi artis, ya?” “Lavine, Tunangan Elle yang Tidak Layak, Latar Belakang Miskin dan Tak Diketahui!” “Elle dari Keluarga William Menerima Lamaran dari Sampah Sosial?” Kalimat demi kalimat yang terpampang di artikel itu menghujam sepe

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 317

    Begitu sampai di negaranya, Rayn duduk terdiam di kursi belakang mobil mewah yang datang untuk menjemputnya. Kepalanya masih terasa berat akibat perjalanan dan hari-hari melelahkan yang baru saja ia lewati selama proses kepulangannya. Namun rasa lelah itu langsung lenyap saat ponselnya menyala, sebuah notifikasi berita dan pesan pribadi masuk hampir bersamaan. “Pria bernama Lavine Melamar Putri kebanggaan keluarga William, Elle atau ‘Merielle Jenn William’ Lamaran Penuh Kejutan dan Cinta.” Judul itu terpampang jelas di layar ponsel barunya. Rayn membaca cepat isi artikelnya. Foto Lavine, dengan setelan sederhana namun elegan, sedang menyematkan cincin di jari manis Elle, terlihat diambil dari jarak jauh. Di bawahnya, komentar netizen dan media pujian terhadap hubungan rahasia mereka memenuhi kolom berita.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 316

    Di sudut belakang sebuah toko roti yang mulai gelap karena menjelang malam, Rayn berjongkok sambil memunguti sisa roti yang tidak laku dan dibiarkan dalam kotak kardus, sudah dimasukkan ke dalam tempat sampah. Roti-roti itu sudah mulai keras, dingin, sebagian bahkan sudah mengering. Tapi Rayn tidak punya pilihan lagi. Dengan tangan gemetar dan tubuh yang lusuh, dia menyobek satu roti, lalu menyuapkannya ke mulut. Rasanya hambar, bahkan pahit karena bercampur dengan rasa malu dan luka yang tidak kasat mata. Air matanya mengalir deras diam-diam. Dulu, dia terbiasa duduk di restoran mahal, memesan makanan tanpa melihat harganya lagi. Kini, dia berjongkok di trotoar kotor, makan seperti pengemis. Tidak ada lagi teman, tidak ada keluarga, tidak ada siapa pun yang mencarinya. Dunia yang dulu merasa akrab, kini memunggunginya dengan acuh. Sambil mengunyah roti y

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 315

    Malam itu, Lavine mengajak Elle makan malam di sebuah restoran outdoor yang terletak tidak jauh dari pusat kota. Suasana tempat itu hangat dan intim, diterangi cahaya lampu gantung yang menggantung di antara pepohonan kecil, menampilkan keindahan yang begitu sempurna. Angin malam berhembus pelan, membawa aroma masakan dan bunga-bunga yang tumbuh di sekeliling area makan menjadi aroma yang justru menyenangkan hati. Lavine menarik kursi untuk Elle sebelum duduk di hadapannya. Mereka saling tersenyum, menikmati ketenangan yang jarang mereka dapatkan belakangan ini. Maklum saja, masalah datang silih berganti hingga waktu tenang seperti ini seperti sesuatu yang begitu mahal. “Senang sekali rasanya bisa duduk tenang seperti ini,” ucap Elle pelan, menatap Lavine dengan tatapan yang hangat. Lavine mengangguk sambil menyesap air mineralnya. “Aku juga. Kadang, hal sederhana seperti ini justru yang paling berarti

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 314

    Lavine melangkah keluar dari rumah Ramon dengan senyum tipis yang penuh dengan arti. Angin sore itu menyentuh wajahnya, seolah ikut merayakan kemenangan kecil yang baru saja diraihnya. Tanpa Ramon sadari, ia telah mengambil sedikit keuntungan yang lumayan. Di dalam genggamannya, ia membawa berkas-berkas legal yang menunjukkan kepemilikan atas beberapa aset strategis, tanah, saham, dan sejumlah besar dana yang ditransfer ke rekening bisnisnya hari itu juga. Ramon, meski keras kepala, akhirnya memilih untuk berkorban demi satu hal saja, menjalin hubungan baik dengan keluarga Elle. Bagi Lavine, itu langkah yang menarik juga terlambat, tapi tidak sia-sia untuknya. Ia tahu, Ramon bukan pria yang akan memberi sesuatu tanpa maksud tersembunyi seperti ini. Namun Lavine juga bukan anak yang mudah dijatuhkan begitu saja. “Aku tidak akan membuang peluang ini," gumamnya pelan, memandangi cakrawala yang mulai menguning indah. “Kalau si Ramon ingin menebus masa lalu, biar saja di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status