“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Andrew saat melihat Chacha melamun dan melihat kearah luar jendela hanya dengan memakai lingerie yang baru saja Andrew lepaskan dari tubuh sang kekasih.
Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya masih menggunakan handuk putih menutupi bagian bawahnya. Saat keluar ia melihat Chacha seolah sibuk dengan pikirannya sendiri dan tidak menghiraukannya yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Tidak ada.” Chacha akhirnya sadar dan segera bangkit berdiri. Wanita itu hendak berjalan ke kamar mandi namun Andrew segera saja menahannya dengan mencekal tangan Chacha.
“Apa yang sedang kau sembunyikan dariku? Kau tahu aku tidak suka kau berbohong padaku bukan? Apa aku harus menghukummu terlebih dahulu baru kau akan katakan apa yang ada di dalam kepalamu itu?” Ancam Andrew.
“Aku tidak menyembunyikan apapun darimu. Aku mengatakan yang sebenernya, aku hanya memikirkan tentang pekerjaan.” Andrew berdeak.
“Kau pembohong.” Andrew hendak menarik lingerie yang digunakan Chacha agar menghukum wanita itu, namun Chacha dengan cepat menahan tangan Andrew.
“Aku hanya merindukan kedua saudaraku yang ada di Jakarta, hanya itu saja.” Jawab Chacha akhirnya dengan jujur. Andrew menarik tangannya lalu menatap Chacha dengan lekat.
“Benarkah? Bukankah kau sedang memikirkan pria itu?” Kini Chacha mengernyitkan keningnya.
“Siapa maksudmu?” Tanya Chacha tidak suka, Andrew selalu saja menuduhnya memikirkan pria lain. Andrew selalu saja tak suka kalau Chacha sudah memikirkan pria lain selain dirinya. Bahkan melihatnya berdekatan dengan pria lain saja, Andrew akan marah padanya.
“Siapapun yang kau pikirkan di dalam kepalamu. Bukankah banyak pria yang ada di dalam hidupmu?” Sindir Andrew dengan sarkas. “Apakah kau merindukan mereka semua? Siapa yang paling kau rindukan? Apakah mantan suamimu itu? Apakah kau mau kembali padanya? Kau menyesal telah berpisah dengannya? Apakah aku perlu mempertemukanmu dengannya?” Chacha menghela napasnya kasar dan hendak berjalan ke kamar mandi, namun lagi dan lagi Andrew kembali mencekal tangannya. Kali ini lebih kuat dari pada sebelumnya membuat Chacha merintih kesakitan.
“Kau menyakitiku Andrew, bisa lepaskan aku? Tanganku sakit.” Chacha menarik tangannya dan Andrew akhirnya menarik tangannya.
“Maafkan aku, kau membuatku kesal.”
“Kita akan bertengkar kalau membahas ini. Kau tidak pernah bisa percaya padaku. Sampai berapa kali dan sampai kapan aku harus mengatakan kalau aku tidak pernah memikirkan mereka semua. Aku juga sudah berpisah dengan Elang, aku sudah memilihmu. Bisakah kau hanya percaya padaku? Aku rasa tidak bisa bukan? Kalau aku menginginkan Elang, aku tidak ada di sini bersamamu. Aku sudah memilihmu, seharusnya kau percaya padaku. Sudahlah, aku malas bertengkar. Kalau kau memang masih tak percaya, terserahmu saja. Aku mau mandi jangan menghalangiku lagi.” Chacha segera meninggalkan Andrew begitu saja.
Setelah selesai Andrew tidak keluar dari kamar, ia menunggu Chacha sampai keluar dari kamar mandi. Ia memainkan I-Pad miliknya sambil menunggu wanita itu. Begitu selesai, Andrew kembali memperhatikan Chacha yang baru keluar dari kamar mandi dengan memakai kimono dan handuk kecil di kepalanya.
Pandangan keduanya bertemu, hanya saja Chacha memilih diam seolah tak ada Andrew di sana. Wanita itu memilih mengeringkan rambutnya terlebih dahulu sebelum memakai baju. Setelah menata rambutnya, barulah wanita itu memakai bajunya dan kali ini di depan Andrew. Ia tak peduli dengan keberadaan pria itu yang dari tadi melihatnya.
Andrew tidak mengalihkan pandangan matanya sedikitpun dari Chacha. Wanita itu membelakanginya, sehingga Andrew bisa melihat lekuk tubuh wanita itu dari belakang. Pria itu sangat hapal dengan tubuh indah milik Chacha. Tidak hanya hapal dia bahkan sudah tahu bagaimana rasanya. Jujur saja melihat Chacha, Andrew tidak bisa menahan diri. Namun kali ini ia berusaha menahan diri agar tidak kembali menerkam wanita itu.
Pria itu tahu kalau Chacha sedang marah padanya. Tidak hanya itu saja, lagipula Chacha membutuhkan istirahat setelah di serang berkali-kali tadi. Apalagi mereka akan pergi untuk makan malam keluar, maka itu Andrew tidak akan menyerang kembali wanita itu. Mungkin ia akan melakukannya setelah mereka selesai makan malam.
“Pakailah pakaian yang indah, kita akan makan malam keluar malam ini.” Kata Andrew sambil jalan mendekat. Pria itu meletakkan tangannya di pinggang Chacha dan mencium aroma memabukkan di rambut wanita yang dicintainya itu.
“Ada acara apa malam ini?” Tanya Chacha yang paham kalau Andrew mengajaknya makan malam keluar pasti karena ada sesuatu.
“Ada hal yang harus kita bicarakan, lagi pula aku sudah buat janji untuk makan malam dengan anak-anak.”
“Baiklah.” Andrew mengecup pundak terbuka Chacha. “Bisakah kau meninggalkanku? Kau mau kita terlambat dan membiarkan mereka menunggu lama? Aku harus bersiap dan kau mengganggku jika seperti ini.” Andrew menggigit bahu Chacha setelah itu barulah ia menarik diri dari sana. Andrew memilih keluar dari kamar dan menunggu Chacha di luar. Wanita itu menghela napas setelah Andrew keluar.
*****
“Jangan menunjukkan pada anak-anak kalau kau sedang marah denganku.” Pinta Andrew ketika mereka sudah sampai di parkiran.
“Ya.” Jawab Chacha cuek. Supir membukakan pintu untuk Andrew, pria itu turun lalu Andrew membukakan pintu untuk Chacha. Wanita itu menggandeng lengan Andrew ketika berjalan masuk ke dalam restaurant tempat mereka bertemu dengan anak-anak Andrew.
“Hallo kids, how are you?” Sapa Andrew kepada kedua anaknya ketika mereka sudah sampai.
“I’m good Dad, bagaimana denganmu Dad?” Tanya Agrata balik. Agrata adalah anak sulung dari Andrew yang sudah berumur tiga belas tahun.
“Yeaah I’m good. Hello Sweety girl, are you okay?” Tanya Andrew pada anak bungsunya yang berumur lima tahun.
“Yahh, aku ingin ke kamar mandi.” Kata Adelicia. Pengasuh dari Adel langsung saja bangkit berdiri dan mendekati gadis kecil tersebut.
“Biar aku saja yang menemani. Kalian boleh menunggu di luar? Ini makan malam keluarga.” Pinta Chacha pada pengasuh Adelicia. Kedua anak Andrew tersebut memang difasilitasi penjagaan yang ketat oleh pria itu. Tidak hanya diberikan pengasuh tetapi pengawal juga.
“Ayo Sweety, Bibi akan menemanimu.” Gadis kecil tersebut langsung saja menggandeng tangan Chacha dan mereka berjalan bersama. Chacha memang menyukai anak-anak, hanya saja ia tidak mau mempunyai anak sendiri. Saat sudah memutuskan memilih berhubungan dengan Andrew dan tinggal bersama dengan pria itu Andrew membawanya bertemu dengan kedua anaknya.
Andrew memang mempunyai dua orang anak namun dengan Ibu yang berbeda. Andrew belum pernah menikah, ia mempunyai anak dari hubungannya dengan para kekasihnya di masa lalu. Walaupun Andrew tidak menikahi perempuan di masa lalunya, pria itu tetap bertanggungjawab kepada kedua anaknya. Semenjak Andrew memperkenalkan kedua anaknya, Chacha bisa menerima dan ia tidak mempermasalahkan hal itu.
Chacha menyukai kedua anak Andrew, syukurnya kedua anak Andrew juga bisa menerima kekasih dari Daddynya itu. Maka mudah bagi Chacha untuk dekat dengan kedua anak Andrew. Namun Chacha lebih dekat dengan anak perempuan Andrew di bandingkan yang pria. Mungkin karena sudah beranjak remaja dan ia tinggal dengan Mommynya dan masih merasa aneh untuk dekat dengannya. Walaupun begitu mereka mempunyai hubungan yang baik.
Berbeda dengan Adelicia yang memang sudah di tinggal dari kecil oleh Mommynya dan di asuh oleh pengasuh. Sehingga ia mudah dekat dengan Chacha dan menginginkan Chacha sebagai Mommynya. Bahkan Adelicia memanggil Chacha dengan sebutan Mommy. Karena semenjak Andrew mengakhiri hubungannya dengan Mommy kandung dari gadis tersebut, pria itu tidak pernah dekat dengan wanita lain. Maka Adelicia membutuhkan kasih sayang dari seorang Ibu.
Setelah itu Andrew hanya membayar perempuan untuk menghabiskan malam yang menggilakan. Namun kini ia tak butuh wanita seperti itu lagi karena sudah ada Chacha yang bersamanya. Semenjak menjalin hubungan dengan Chacha semua kehidupan Andrew berubah tidak sama seperti dulu. Pria itu lebih overprotektif padanya dan sangat posesif. Hal itu Chacha tahu dari Mommy dari Agrata yang memang sering ia temui.
Banyak hal yang Andrew tidak lakukan dulu pada pasangannya sebelumnya namun pria itu lakukan pada Chacha. Kalau dari orang-orang terdekat Andrew mengatakan semenjak berhubungan dengan Chacha, pria itu banyak berubah. Andrew sangat mencintainya sehingga terkadang bersikap berlebihan. Jujur saja Chacha merasa senang, karena Andrew mampu membuatnya merasa nyaman dan ada hal-hal yang ia tak dapatkan dari pria manapun termasuk itu Elang mantan suaminya.
“Mommy aku sudah selesai.” Adelicia membuat lamunan Chacha berakhir.
“Baiklah, ayo kita kembali.” Chacha kembali menggandeng tangan Adelicia dan berjalan bersama kembali ke meja makan yang sudah banyak makanan di sana saat mereka datang. Karena tadi saat mereka pergi ke kamar mandi, belum ada makanan yang tersaji.
“Apakah kau bisa makan sendiri Sweety?” Tanya Chacha saat mereka hendak memulai makan.
“Bisa Mom, aku ingin makanan itu.” Adelicia menunjuk makanan yang ada di dekatnya dan meletakkannya ke dalam piring gadis kecil itu.
“Apakah kau mau Agra?” Tanya Chacha pada Agrata, anak laki-laki Andrew.
“Boleh.” Agrata mengangkat piringnya dan mendekatkannya pada kekasih dari Daddynya itu. “Terima kasih Bibi.” Ucap Agrata tulus, Chacha membalasnya dengan senyuman khas miliknya. “Apa Bibi tidak makan?” Tanya Agrata.
“Tidak, aku sedang menjaga makan. Aku ada pemotretan dua hari lagi.” Chacha memutuskan untuk minum saja tidak dengan makan. Apa lagi makanan yang tersaji tak ada yang bisa di makannya. Semuanya terlalu berlemak dan tidak baik untuknya yang sedang menjaga bentuk tubuhnya.
“Makanlah, kita sedang makan malam bersama. Besok kau bisa ke dokter kalau memang berat badanmu naik.” Ucap Andrew yang ada di sampingnya. Malas berdebat dengan Andrew, akhirnya Chacha menuangkan sedikit spaghetti ke piringnya. Lagi pula ia sudah mendapat lampu hijau untuk pergi ke dokter melakukan perawatan kalau memang berat badannya naik.
“Bagaimana dengan sekolah kalian? Apakah semuanya berjalan dengan baik?” Tanya Chacha kepada kedua anak Andrew tersebut. Chacha memang cocok seperti Ibu sambung bagi kedua anak Andrew itu. Hanya saja ia tidak mau memaksa kedua anak Andrew untuk menghormatinya selayaknya orangtua.
Kalau mereka menganggap sebagai teman itu sudah lebih dari cukup. Chacha cukup tahu diri untuk itu, walaupun ia sudah melakukan banyak hal seperti layaknya seorang Mommy kepada kedua anak Andrew itu. Semua itu ia lakukan karena menghargai Andrew dan juga menyayangi kedua anak Andrew tersebut.
“Baik, bulan depan aku akan libur. Apakah kita jadi pergi liburan?” Tanya Agrata memastikan. Chacha langsung saja menganggukkan kepalanya dengan cepat.
“Jadi, aku sudah menyiapkan semuanya sesuai dengan permintaan kalian. Aku jamin kalian akan menyukainya, apakah kau sudah memberitahu Mommymu?” Agrata menganggukkan kepalanya.
“Sebelum kita pergi, nanti kita akan berbelanja untuk keperluan liburan. Apakah kau punya waktu di akhir pekan ini? Kita akan membelinya bersama dengan Adel.” Agrata kembali menganggukkan kepalanya.
“Aku akan datang untuk menginap.” Jawab Agrata.
“Oke, kalau kau butuh sesuatu tentang sekolahmu beritahu aku saja. Siapa tahu Mommymu tidak bisa menemanimu atau kau membutuhkan bantuanku untuk mengatakannya pada Daddymu?” Kata Chacha sambil mengulum bibirnya dan mengedipkan matanya pada Agrata.
“Hal seperti apa yang kau maksud Honey?” Tanya Andrew sambil menatap sang kekasih dengan lekat. Chacha tertawa lalu melirik kearah Agrata dan anak laki-laki dari Andrew itu tertawa.
“Jangan beritahu Daddy, Bibi sudah berjanji padaku bukan?” Chacha tertawa.
“Baiklah-baiklah. Tenang saja, rahasiamu aman denganku. Kau harus meminta bantuanku lain kali, aku akan membantumu lagi nanti.”
“Oke.” Jawab Agrata dengan semangat. Hubungan Chacha dengan Agrata emang baik, sesekali keduanya mau pergi jalan berdua.
Kalau ada hal yang diinginkan Agrata namun ia tidak bisa minta pada Mommynya ia akan meminta pada Chacha tanpa sepengetahuan Andrew. Pria itu membiarkan keduanya mempunyai hubungan yang seperti itu, lagi pula Andrew jelas tahu apa yang dilakukan keduanya dan apa yang dirahasiakan mereka. Hanya saja Andrew berpura-pura tidak tahu agar hubungan mereka tetap sama seperti itu. Andrew senang karena anak-anaknya benar-benar bisa menerima Chacha dan bisa dekat.
“Ternyata kalian punya rahasia di belakangku ya, aku akan menghukummu Honey.” Goda Andrew pada Chacha membuat Agrata tertawa.
“Tenang saja, Daddymu tidak akan berani padaku.” Ucap Chacha dengan bangga. “Bagaimana dengan sekolahmu Sweety? Apakah ada yang menggannggumu di sekolah?” Tanya Chacha kali ini perhatiannya berpindah pada gadis kecil yang sangat mirip dengan Andrew itu.
“Seperti biasa Dave terus saja menggangguku. Padahal aku sudah bilang tidak suka padanya, tapi dia tetap saja menggangguku.” Chacha, Andrew dan Agrata tertawa. Mereka sangat tahu siapa yang sedang di bicarakan oleh Adelicia.
Dave adalah teman satu sekolah Adelicia yang suka mengganggunya karena memang suka dengan gadis kecil itu. Dave mengatakannya langsung pada Chacha saat menjemput Adelicia. Dave benar-benar mengira kalau Chacha adalah Mommy dari Adelicia karena gadis kecil itu memanggilnya Mommy. Maka itu Dave memberikan alasan kenapa ia suka mengganggu Adelicia karena menyukainya.
Saat ini mereka seperti keluarga yang sangat bahagia, keluarga lengkap dan suasana makan malam mereka tidak pernah kaku. Karena Chacha bisa mencairkan suasana dengan bisa dekat dengan kedua anak Andrew. Tidak hanya itu saja, Chacha bisa membuat suasana lebih ramai dan kedua anak Andrew tersebut juga merasakan nyaman. Sebelum Andrew menjalin hubungan dengan Chacha, mereka jarang bisa makan malam seperti ini.
Chacha yang mengusulka untuk mereka sering makan malam bersama. Bahkan dulu kalaupun mereka makan malam hanya sekedar tidak ada pembahasan yang berarti. Andrew tidak bisa mencairkan suasana dan ia tidak bisa dekat dengan kedua anaknya. Semenjak dengan Chacha saja ia bisa mendekatkan diri dengan kedua anaknya karena di ajari oleh wanita itu. Andrew benar-benar banyak berubah semenjak menjalin hubungan dengan Chacha.
Maka itu kedua anaknya Andrew suka padanya, karena adanya Chacha mereka sering bertemu seperti ini. Bahkan kedua anak Andrew akan menginap di rumah Andrew. Hal yang tak pernah mereka lakukan sebelumnya. Biasanya mereka bertemu hanya ketika kedua anaknya membutuhkan sesuatu atau sekedar makan malam biasa lalu berpisah. Tapi kali ini mereka melakukan lebih dari itu.
Kedua anaknya sering menghabiskan waktu dengan Andrew sekarang, bahkan mereka berempat sering libur bersama kalau keduanya libur sekolah. Maka itu Chacha selalu meminta waktu Andrew untuk dipakaikan untuk kedua anaknya. Tidak hanya itu saja kedua anaknya juga jadi sering menghubungi Andrew begitupun sebaliknya. Mereka juga sering menghubungi Chacha dan pergi bersama. Maka itu untuk hal sepele sekarang mereka akan pergi bersama, terutama Agrata.
Anak laki-laki Andrew itu tidak pernah dekat sebelumnya dengan Andrew. Namun sekarang keduanya dekat dan terkadang pergi bermain golf atau naik kuda bersama. Untuk kebutuhan hal lainnya ia juga akan meminta Chacha menemaninya agar bisa bersama dengan Andrew. Agrata juga menyayangi Adelicia walaupun ia tahu kalau Adelicia bukan lahir dari Mommynya. Tapi ia tahu kalau Adelicia adalah adiknya, karena itu anak dari Daddynya. Agrata bisa memahami bagaimana keadaan keluarganya.
“Oh iya, aku mau beli sepatu baru untuk di pakai sekolah.” Kata Agrata setelah mereka selesai makan malam.
“Aku mau tas baru Mommy, aku sudah bosan dengan tas yang sekarang.” Chacha tertawa.
“Baiklah, kita akan membelinya di akhir pekan ini.”
“Apakah Daddy ikut?” Tanya Agrata pada Andrew, Chacha langsung saja melihat kearah Andrew. Ia juga penasaran dengan jawaban pria itu.
“Daddy usahakan, nanti Daddy lihat jadwal.”
“Aku akan pastikan Daddy kalian ikut, tenang aja.” Kata Chacha sambil mengedipkan matanya pada Agrata, Andrew memicingkan matanya menatap Chacha. Namun wanita itu cuek saja tidak menanggapi tatapan Andrew padanya.
“Oh iya Honey, ada yang mau aku katakan.” Chacha langsung saja menatap Andrew dengan lekat.
“Di depan anak-anak?” Tanya Chacha memastikan, Andrew menganggukkan kepalanya.
“Ini tentang Adelicia. Agra tinggal dengan Mommynya, sedangkan Adelicia tinggal dengan pengasuh. Jelas berbeda dengan Agra, jadi aku memutuskan untuk Adel tinggal bersama kita. Apakah kau keberatan? Adel tidak akan mengganggumu, lagipula dia punya pengasuh. Kau tidak akan direpotkan, kau masih bisa seperti sekarang. Tidak masalahkan?”
“Ya jelas tak masalah. Aku senang kalau Adel mau tinggal sama kita, aku akan ada temannya kalau kau pergi bekerja bukan? Apa lagi kau mengurangi jadwal pemotretanku. Lagi pula kau Daddynya, wajar dia tinggal sama Daddynya. Aku udah lama mau minta ini sebenernya, syukurlah kalau yang mengusulkan hal ini. Jadi kapan Adel akan tinggal bersama kita?” Tanya Chacha excited.
“Di akhir pekan ini.”
“Oke aku setuju. Kau tak mau ikut tinggal bersama kami juga Agra?” Tanya Chacha pada anak sulung Andrew itu. Agrata menggelengkan kepalanya.
“Kalau aku tinggal bersama kalian Mommy akan sendirian. Setiap di akhir pekan aku akan menginap, sepertinya itu jauh lebih baik bukan?” Chacha menganggukkan kepalanya.
“Pilihan yang tepat. Tapi kalau kau emang mau tinggal bersama kami silahkan, kapanpun kau mau jelas bisa. Jadi jangan pernah takut untuk mengatakannya atau jangan takut untuk datang. Aku akan menerimamu dan pastinya Adel senang karena saudaranya ikut tinggal dengannya.” Agrata menganggukkan kepalanya.
“Thank’s Honey.” Ucap Andrew tulus sambil menggenggam tangan Chacha. Wanita itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Chacha akhirnya mendudukkan bokongnya di kursi empuk miliknya. Ia baru saja menyelesaikan satu sesi pemotretannya. Setelah ini akan lanjut di sesi selanjutnya, karena ruangan sedang di persiapkan untuk sesi berikutnya. Chacha tidak bisa meninggalkan dunia pekerjaanya tersebut walaupun hidupnya sudah enak bersama dengan Andrew. Bagi Chacha model adalah bagian dari hidupnya. Maka itu ia meminta pada Andrew tetap memperkerjakannya.“Mau pesan makan apa, biar aku pesankan.” Kata asisten yang diberikan Andrew padanya.“Seperti biasa saja, jangan lupa buahnya. Tolong pendingin ruangannya di naikkan, aku akan beristirahat sebentar.” Chacha mengambil handphonenya setelah asistennya itu pergi.Ia melihat handphone utamanya siapa tahu ada pesan ternyata tidak ada. Kemudian Chacha mengambil handphone keduanya dan melihat apakah ada pesan ternyata ada. Handphone keduanya adalah handphone dari masa lalunya. Salah satunya dengan Elang, ia sudah mengganti nomer telepon tersebut dan sempat memberitah
“Udah lama pulangnya?” Tanya Chacha saat melihat Andrew sudah berada di kamar seolah menunggunya.“Sudah, kenapa lama? Apa kau pergi lagi dan tidak memberitahuku?” Chacha menghela napasnya kasar.“Kau bisa tanya pada orang kepercayaanmu itu, apa yang terjadi. Aku tidak pergi, kalau aku pergi kau juga pasti akan dapat beritanya dari asistenmu bukan?” Andrew mendekati Chacha lalu membuka reseleting dress wanita itu dari belakang. “Thank’s.” Chacha memang mau mandi, ia memang ingin meminta bantuan Andrew untuk membukakannya. Hanya saja pria itu langsung saja peka dan langsung melakukannya sebelum di minta. Andrew mengadahkan tangannya pada Chacha, membuat wanita itu mengernyitkan keningnya bingung.“Berikan padaku Baby.” Chacha berdecak.“Lagi? Kau tak percaya?” Tanya Chacha tak habis pikir.“Berikan saja, jangan membuatku jadi marah.” Jawab Andrew tak mau di salahkan. “Bukankah memang selalu seperti ini kalau kau tidak pergi denganku?” Chacha menggelengkan kepalanya melihat Andrew.Namu
“Ada lagi yang kalian butuhkan?” Tanya Chacha pada kedua anak Andrew, keduanya kompak menggelengkan kepala.Dari tadi tangan Andrew tidak pernah lepas dari pinggang wanita itu. Andrew sangat posesif dengan Chacha kalau mereka sedang berada di luar terutama di tempat ramai. Andrew ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa wanita yang ada di sampingnya itu adalah miliknya. Andrew tidak mau bahwa wanita yang dicintainya itu di inginkan oleh pria lain.Banyak pasang mata yang mencoba melirik kearah Chacha dan itu membuat Andrew tidak suka. Maka itu dari tadi Andrew langsung saja menatap tajam pada orang-orang yang melirik sang kekasih. Andrew selalu tidak suka apabila Chacha memakai pakaian yang terlalu terbuka dan menunjukkan hal-hal yang tak seharusnya kalau di tempat umum.Tetapi Chacha tidak suka di larang seperti itu. Makanya Andrew hanya bisa pasrah dan ia hanya bisa menjaga Chacha agar tidak di ganggu oleh pria lain yang menginginkannya. Itulah salah satu alasan membuat Andrew tid
“Apa yang sebenarnya bisa kau lakukan?” Teriak Andrew yang baru saja datang itu. Pria tersebut masuk ke dalam rumahnya dengan nada tinggi. Hal itu membuat Chacha serta kedua anak Andrew kaget. Pasalnya mereka sedang main bersama di belakang dan bisa mendengar suara Andrew yang sedang marah itu. “Mom, ada apa dengan Daddy?” Tanya Adelicia takut. Bahkan anak kecil itu mendekati Chacha dan memeluk wanita itu. “Tenanglah, mungkin Daddy lagi ada masalah pekerjaan.” Ucap Chacha dengan lembut sambil menenangkan Adelicia. Andrew lewat dari mereka dan menatap Chacha sekilas. Wanita itu melihat raut wajah Andrew yang mengeras, ia tahu bahwa ada sesuatu yang tak beres dengan sang kekasih. Jangan sampai liburan mereka nanti menjadi terhambat karena hal itu. “Jika ada masalah, apakah liburan kita jadi? Biasanya saat Daddy ada masalah, liburan kita akan dibatalkan. Apakah kali ini juga seperti itu?” Tanya Agrata. “Mommy, kita tidak jadi pergi?” Tanya Adelicia juga saat paham dengan perkataan Agr
Chacha bisa merasakan lidah kekasihnya itu menari-nari dengan lincah dimiliknya. Rasa geli dan sekaligus nikmat yang luar biasa menjalar hebat di sekujur tubuh miliknya.Sedotan dan tusukan lidah Andrew membuat Chacha mendongakkan kepalanya menahan rasa nikmat yang menyerang miliknya. Lidah Andrew terus menari-nari dan menusuk-nusuk lubang kenikmatannya. “Ahhhh, ohhhhh.” Desah Chacha.Suara decakan terdengar dari dalam, menandakan daerah milik tersebut mulai basah. Andrew mendongakkan kepalanya menatap wajah kekasihnya itu. Andrew tersenyum melihat wajah wanita yang sedang menikmati permainannya itu.Andrew kembali merasakan milik Chacha dan aroma wangi cairan Chacha membuat birahinya semakin membara. Andrew semakin liar melahap lubang kenikmatan beserta dengan cairan cinta yang membasahinya. Bulu-bulu lembut yang menutupi area itu tidak menjadi suatu penghalang bagi Andrew mala menjadi sensai yang berbeda baginya.Chacha segera menarik pria itu keatas, ia tersenyum menggoda sambil me
“Bibi, kau baik-baik saja?” Tanya Agrata pada Chacha yang terlihat kesakitan saat duduk.“Aku baik, semua barangmu tidak ada yang ketinggalan?” Chacha sengaja mengalihkan Agrata agar tak bertanya lagi padanya.“Tidak ada. Apa Daddy menyakitimu lagi?” Tanya Agrata lagi, ia tak bisa dengan mudah dialihkan seperti itu.Anak sulung dari Andrew itu tahu jika Chacha sering merasakan sakit, awalnya baik-baik saja. Namun setelah bertemu dengan Andrew, Chacha tidak baik-baik saja. Pria itu sangat memperhatikan, Chacha tahu bahwa anak sulung dari Andrew itu peduli padanya. Namun Chacha sudah terbiasa akan hal itu, Andrew tak pernah memukulnya asal terutama jika mereka bertengkar. Andrew hanya bersikap kasar ketika mereka sedang bercinta saja.“Tidak Agrata, jangan berpikir seperti itu. Daddymu tak pernah menyakitiku.” Kata Chacha berusaha menenangkan Agrata, wanita itu tersenyum.“Mommy, aku ingin di pangku.” Kata Adelicia dengan manja.“Duduklah di kursi, kau sudah besar Adel.” Ucap Agrata den
“Kau benar-benar gila Andrew! Kenapa kau harus ikut? Kau bisa menyusul nanti, biarkan aku pergi sendiri. Apa yang kau takutkan? Kenapa kau tak bisa membiarkanku pulang sendirian? Apa? Rasa cemburumu itu? Kau takut aku akan bersama dengan pria lain? Kau jelas tahu aku sudah memilihmu dan mengabdi padamu selama ini bukan? Lalu apa yang kau takutkan?”“Aku tetap tak bisa membiarkanmu pergi.” Kata Andrew dengan tegas. Wanita itu berlutut dan menangis, Chacha memegang kaki Andrew.“Aku mohon.” Pinta Chacha.“Apa yang kau lakukan? Berdirilah!” Chacha menggelengkan kepalanya.“Aku mohon izinkan aku pulang, aku tak tahu apa yang terjadi ke depannya. Bagaimana jika aku tak punya kesempatan untuk melihat Kak Bryan lagi? Kau jelas tahu Andrew bagaimana peran mereka atas hidupku. Aku hanya punya mereka, tolong biarkan aku di sana bersama dengan mereka. Aku belum siap jika aku harus kehilangan orang yang kucintai. Kali ini biarkan aku pulang, aku sudah lama tidak bertemu mereka. Kak Bryan sedang b
“Hai Lang, belum balik?” Tanya Andre yang juga sadar.“Belum Kak, ini hidung Chacha kenapa?” Tanya Elang saat sadar.“Biasa kalau kecapekan suka begini.” Jawab Andre.“Ayo ke ruanganku aja, kamu bisa baring di sana sebentar.” Chacha menggelengkan kepalanya.“Nggak usah, kayak gini aja pasti nanti bisa baikan.” Elang menghela napasnya kasar.“Jangan bandel Cha, tolong dengerin aku kali ini. Ayo ikut ke ruangan aku, ayo Kak bawa Chacha.” Kata Elang lagi sambil membawa koper milik Chacha. Sedangkan Andre merangkul adiknya itu dengan masih menyeka hidung adiknya itu. “Ayo naik, kamu baring dulu.” Elang membantu Chacha agar wanita itu berbaring di bangkar yang tersedia di dalam ruangannya. Bangkar tersebut disediakan saat ia sedang memeriksa pasiennya.“Aku ambil air sebentar.” Elang mengambil minum untuk Chacha dan memberikannya pada wanita itu. Chacha meminumnya sampai habis, Elang membersihkan hidung wanita itu. Lalu mencoba memeriksa Chacha. “Perut kamu kosong banget, ini juga denyut k