Mama Ika dan juga Bela kini memilih diam, dan tidak lagi membahas tentang bagaimana sejak awal pernikahan Zian dan juga Lili. Mama Ika terus memberikan obat pencegah kehamilan pada Lili tanpa sepengetahuan siapapun. Dan kini mama Ika meminta Bela untuk menyambut Zian yang baru pulang."Sambut suamimu sana." pintanya."Baik Ma," Bela kini beranjak dari duduknya dan menghampiri Zian yang baru pulang. Senyum manis terukir dari kedua sudut bibir Bela untuk menyambut kedatangan sang suami. "Selamat malam sayang." Sapanya sambil memberi ciuman hangat di bibir Zian.Namun, tidak seperti biasa. Zian akan balik menyambut dengan hangat, karena wajah Zian kini tidak seperti biasanya."Sayang, kenapa?" tanya Bela sambil membelai pipi Zian."Lihat." Zian memberikan map yang ia bawa pada Bela.Tentu saja Bela langsung mengambil map tersebut, dan membacanya dengan seksama. Dimana di dalam map tersebut berisi akta cerai Zian dan juga Lili."Jadi akhirnya pengadilan memutuskan kalian bercerai?" Tany
Bukan hanya Lio yang begitu bahagia mendapati jika Lili hamil, tapi juga mama Feli. Perempuan paruh baya itu juga begitu amat sangat bahagia, karena ternyata Lili yang ia pikir mandul ternyata bisa hamil, dan itu adalah cucunya. Meskipun mama Feli tahu, Lili masih menyandang status sebagai seorang istri dari Zian.Pelukan, kecupan di pipi, hingga elusan lembut di perut Lili terus mama Feli berikan, sesaat setelah ia masuk ke dalam ruang perawatan dimana Lili berada."Mama tidak mengharapkan kebahagian ini. Tapi mama berterima kasih padamu," ucap mama Feli yang masih memeluk tubuh Lili, dengan rasa haru.Lili hanya menganggukkan kepalanya, sambil balik memeluk mama Feli.Sedangkan Lio yang selalu berada di samping Lili, menemaninya di rumah sakit. Kini mendekati ranjang perawatan dimana kedua perempuan yang begitu berharga dalam hidupnya masih saling berpelukan.Lalu Lio coba untuk melepas pelukan sang mama. "Sudah dong peluknya Ma, Lili hanya milikku. Bukan milik mama," Protes Lio, ka
Lili kini sudah dipindahkan ke ruang perawatan untuk menjalani rawat inap, sesuai dengan saran dokter kandungan yang memeriksanya belum lama. Di atas ranjang rumah sakit yang empuk, Lili duduk dengan punggung bersandar pada bantal tinggi, wajahnya tampak letih, sambil menatap kedua orang tuanya.Di sisi ranjang, berdiri dua sosok yang sangat ia kenal. Papa Renan dan Mama Rina. Keduanya tampak diam, saling bertukar pandang sejenak sebelum kembali menatap putri semata wayang mereka dengan raut wajah sulit ditebak. Di satu sisi ada kekhawatiran, di sisi lain ada kekecewaan yang belum sempat mereka ucapkan.Lili menundukkan kepalanya, tidak sanggup menatap mata kedua orangtuanya. Dalam diamnya, ia mendengar suara napas mereka yang berat. Ia tahu, mereka pasti kecewa. Setelah Devi sang sahabat yang berada di ruangan tersebut telah lebih dulu memberi tahu Papa Renan dan juga Mama Rina tentang kondisi Lili yang kini tengah mengandung. Kabar yang seharusnya membahagiakan itu justru membuat s
Entah ini kabar baik atau tidak bagi Lili, ketika dokter kandungan yang baru saja memeriksanya, memberikan pernyataan mengejutkan, jika ia sedang hamil, dan usia kandungannya telah memasuki usia empat minggu.Seketika tubuh Lili terasa lemas, namun bukan karena keterkejutan semata. Ada perasaan campur aduk dalam dadanya. Di dalam lubuk hati Lili yang terdalam, ia senang. Karena dirinya ternyata tidak mandul. Tapi disisi lain, ayah bayi yang sedang dikandungnya adalah Lio, pria yang bu lkan menjadi suaminya, setelah beberapa kali ia berhubungan badan dengan pria itu."Dok, bagaimana bisa? Sahabatku ini katanya mandul, tapi sekarang bisa hamil?" tanya Devi dengan wajah penuh tanda tanya. Ia masih berdiri di sisi ranjang rumah sakit tepatnya di ruang UGD, mendampingi Lili yang masih terbaring lemah.Dokter wanita paruh baya itu tersenyum lembut. "Masalah kesuburan pada perempuan bisa sangat kompleks. Hormon bisa berubah seiring waktu, stres, pola makan, gaya hidup. Semuanya bisa berpeng
Meskipun tenaga Lili benar-benar habis, ia tidak bisa berhenti berlari sekuat tenaga, sebelum anak buah Luna berhasil mendekatinya.Sampai akhirnya setelah sampai di jalan umum yang begitu jauh dari kompleks apartemen Luna.Lili jatuh tersungkur di trotoar, dengan nafas tersengal. "Tolong." ucapnya benar-benar seperti bisikan, meskipun jalanan tersebut sepi dari pejalan kaki.Kemudian Lili coba untuk bangkit dari tempatnya, tapi tenaga yang benar-benar sudah terkuras habis, membuatnya hanya bisa tergeletak kembali di trotoar. "Tolong aku." pintanya kembali, pandangannya kabur dan kini Lili tidak sadarkan diri.Sampai akhirnya ada pengemudi ojek online yang menghentikan laju motornya dan mendekati Lili."Ya ampun, Mbak." ucap Pengemudi ojek online tersebut yang mengenal Lili, karena beberapa kali pernah mendapatkan orderan dari Lili.Pengemudi ojek online tersebut coba untuk membangunkan Lili yang sudah tidak sadarkan diri, dengan menepuk pipinya. "Mbak bangun." ucapnya. Namun, Lili t
"Maaf Nona, sepertinya Tuan Mark akan datang malam nanti. Maaf aku baru memberi tahu anda sekarang." anak buah Luna memberi tahu."Loh, kenapa? Dia sangat menginginkan perempuan tidak tahu diri itu sejak lama.""Masih dalam perjalanan dari luar kota.""Sejak kapan, dia pergi keluar kota. Kenapa dia tidak memberitahu aku?" tanya Luna dan kini langsung menghubungi Tuan Mark."Halo sayang, aku dengar kamu berhasil membawa perempuan itu untukku, terima kasih sebelumnya sayang. Dan ya, sebutkan kamu mau apa dariku?" tanya Tuan Mark dari balik sambungan telepon.Namun, Luna tidak ingin menjawab pertanyaannya yang ada malah bertanya balik. "Kenapa keluar kota tidak memberitahu?" "Dadakan sayang, ini lagi dalam perjalanan pulang." jelas Tuan Mark. "Oh ya, paksa dia menggunakan pakaian sexy, seperti yang sering kamu gunakan saat kita ingin bermain sayang." pinta Tuan Mark pada Luna."Siap sesuai perintah darimu, tapi ingat. Ini semua tidak gratis!""Aku tahu sayang, ya sudah ya. Ketemu nanti