Share

bab 6

Penulis: Addarayuli
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-03 20:03:40

Kringgg..

Kringgg...

Nozela meraba nakas dengan mata yang masih terpejam, setelah menemukan alarm yang dia cari dia segera mematikannya. Perlahan Nozela mengerjabkan matanya, meregangkan ototnya lalu bangkit. Dia menyibak selimut lalu pergi ke kamar mandi.

Dua puluh menit kemudian, Nozela selesai membersihkan diri. Dia masuk ke walk-in closet lalu mengganti bajunya, Nozela memilih baggy jeans dipadukan dengan  tanktop dan dilapisi kardigan.

"Leon masih marah deh kayanya." Gumam Nozela.

Nozela mematut dirinya didepan cermin, mulai mecatok rambut sebahunya lalu memoles wajahnya dengan make up tipis.

"Selesai." Ucapnya setelah menyemprotkan parfum ke tubuhnya.

Tok

Tok

"Non, di tunggu temennya dibawah."

"Iya bik. Sebentar." Teriak Nozela.

"Temen? Siapa?" Gumamnya.

Nozela segera membereskan tasnya, memakai sneakersnya lalu keluar dari kamar.

Tap

Tap

Nozela menuruni anak tangga dengan terburu-buru, sampai di ruang tamu dia terkejut melihat Leon tengah duduk sambil memainkan ponselnya.

"Leon." Panggilnya sambil berjalan mendekat.

Leon menoleh, hanya menoleh saja. Tak ada senyum sama sekali, namun Nozela tetap mendekat dan duduk disampingnya.

"Udah siap? Yuk berangkat." Ajaknya dengan nada datar.

Nozela menelan ludahnya, Leon yang biasanya penuh senyum dan perhatian kini berubah datar. Membuat Nozela sedikit takut.

"Non, sarapannya sudah siap. Tadi tuan sama nyonya berpesan katanya non boleh nggak tidur di rumah asalkan ngabarin tuan." Ucap asisten rumah tangga.

"Bawain bekal aja bik, nanti Ojel makan di kampus."

"Baik non, sebentar."

Nozela menundukkan kepalanya, dia merasa serba salah sekarang.

"Ini non bekalnya, jangan telat makan ya non nanti asam lambungnya naik."

"Makasih bik. Oh iya, nanti jangan lupa kasih obat smooky ya bik."

"Siap atuh non."

Nozela memasukkan bekalnya ke dalam tas, dia menoleh pada Leon sebentar sebelum berjalan lebih dulu. Nozela merasa beruntung memiliki Leon, meski tak diminta dia inisiatif menjemputnya untuk berangkat bersama.

Saat hendak membuka pintu mobil, tangan Leon sudah lebih dulu menarik handle mobil.

"Masuk."

Nozela mengangguk lalu masuk ke dalam, menyamankan duduknya lalu memasang sabuk pengaman. Leon mulai menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Nozela.

Sepanjang perjalanan menuju kampus, hanya ada keheningan di mobil mewah itu. Nozela memeilih menatap ke luar jendela, dia terlalu takut untuk memulai obrolan terlebih dulu.

Drrtt

Drrtt

Getaran ponsel dipangkuannya mengejutkan Nozela dari lamunannya. Dia tersenyum saat melihat nama papahnya di layar ponsel.

"Halo pah."

"Halo sayang, sudah berangkat ke kampus?"

"Udah pah, Ojel dijemput sama.." Nozela memelankan suaranya sambil sedikit melirik Leon dari ujung matanya.

"Ojel sama pacar Ojel, yang kemarin itu."

"Maafin papah sama mamah yang nggak pamit ke kamu tadi pagi."

"Nggak papa kok pah."

"Emm, Pah?"

"Ada apa? Mau minta tambahan uang jajan?"

"Tck, bukan itu. Tapi kalo mau ngasih tambahan nggak papa, rekening Ojel selalu terbuka buat di transfer."

"Itu sih maunya kamu. Mau ngomong apa, hem?"

"Kayanya Ojel mau nginep di kost Thalia aja deh pah, boleh ya?"

"Boleh aja, tapi apa nggak Thalia aja yang kamu ajak nginep di rumah?"

"Coba deh nanti Ojel ajak."

"Ya sudah, kalo gitu papah tutup teleponnya. Belajar yang rajin ya anak papah."

"Siap pah. Jangan lupa, pulang dari luar kota bawain Ojel adek ya." Ucapnya lalu tertawa.

"Gampang itu. Ya udah, papah tutup."

"Bay papah."

Tut.

Leon memperhatikan wajah kekasihnya yang terlihat lebih hidup setelah berbicara dengan papahnya, dia bisa melihat senyum Nozela yang masih terpatri di wajah cantiknya.

Tak lama, mobil Leon memasuki parkiran fakultas. Dia memarkirkan mobilnya, namun dengan sengaja tak membuka kunci pintu mobil.

"K-kita nggak keluar?" Tanya Nozela pelan.

"Nginep di apartemen aku."

Nozela membelakan matanya, dia memutar tubuhnya hingga sepenuhnya menghadap ke arah kekasihnya.

"Apa? Aku nggak salah denger kan?"

Leon menatap Nozela datar lalu mengangguk. "Iya, di apart aku ada dua kamar dan kamu bisa pakai salah satu."

"What? Yang bener aja, masa gue satu ruangan sama Leon. Ya meskipun dia cowok gue, tapi gue takut anjir." Batin Nozela.

Leon menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Nggak mau?"

Nozela menggaruk keningnya. "Bukan gitu Le, tapi..gimana ya jelasinnya."

"Kamu aja bisa nginep di tempat William, masa di tempat aku nggak bisa?"

"Astaga Leon, kamu masih bahas itu?"

Leon hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Kamu jangan salah paham Le, meskipun aku pernah nginep di rumah Liam tapi disana ada Luna sama art juga. Nggak cuma berduaan sama Liam aja, lagian aku juga niatnya nemenin Luna tidur sama dia."

"Jadi kamu nolak aku?"

Nozela mengerjabkan matanya beberapa kali. "Le."

Klik.

Terdengar suara kunci terbuka, Leon segera melepaskan seatbeltnya. Saat hendak meraih handle pintu, sebuah tangan mencekal tangannya.

"Oke fine, aku nginep di apartemen kamu."

Leon tersenyum penuh kemenangan.

"Tapi ada satu syarat."

"Apa?"

"Kita...kita anu.." Nozela menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia malu hendak mengatakannya.

Cup.

Tubuh Nozela membeku saat sebuah bibir hangat mencium bibirnya dengan cepat. Perlahan tangannya metaba bibirnya sendiri.

"First kiss gue." Batinnya.

Leon kembali mendekatkan wajahnya membuat Nozela sesikit memundurkan duduknya.

"First kiss kamu, hem?"

Tanpa sadar Nozela mengangguk, matanya terpaku pada manik hitam Leon. Terlihat senyum manis terukir dibibir Leon, dia merasa beruntung karena menjadi yang pertama untuk Nozela.

Leon semakin mendekatkan wajahny membuat Nozela sepontan memejamkan matanya, bibir mereka kembali bertemu namun hanya menempel saja. Leon memperhatikan mata Nozela yang memejam erat, dalam hati dia tersenyum geli.

Tok

Tok

Nozela segera mendorong tubuh Leon menjauh saat mendengar kaca mobil bagian kemudi di ketuk dari luar.

"A-ayo k-keluar." Ajak Nozela gugup.

Leon mengangguk lalu membuka pintu mobil, dia melihat William dan Clarissa berdiri di samping pintu mobilnya. Leon sebenarnya muak melihat wajah William, dia akui jika William sangat tampan dengan wajah blasteran seperti itu. Itu sebabnya dia takut jika Nozela mencintai sahabatnya sendiri.

"Kunci mobil lo." Ucap William.

"Makasih William." Ucap Nozela lalu menerima kunci mobilnya.

"Kami duluan ya Zel." Ucap Clarissa sambil tersenyum. Kali ini senyumannya terlihat tulus.

Nozela mengangguk, dia juga tak membalas Clarissa. "Tumben tuh orang ceria banget." Gumam Nozela.

"Mau sarapan di kelas atau di kantin?"

Pertanyaan Leon barusan membuyarkan lamunan Nozela. Dia menoleh ke Leon yang wajahnya sudah tak sedatar tadi.

"Kelas aja, takut nggak keburu."

Leon mengangguk, dia segera meraih jemari Nozela lalu menjaknya ke kelas. Seperti biasa, Leon selalu menjadi pusat perhatian. Beberapa mahasiswa memfoto mereka lalu mempostingnya ke base kampus.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Sahabatku   bab 47

    "Kalo gue punya sodara enak kali ya, rame nih rumah." Gumam Nozela sambil menuruni anak tangga. Rumahnya yang besar terasa sunyi saat penghuni rumah sedang bepergian. Nozela menuju kandang smooky lalu membawanya keluar. "Tapi kalo gue punya sodara, kekayaan papa bakal dibagi dong." Gumanya lalu tertawa sendiri. "Non, ngapain ketawa sendiri?" Tanya pak Ujang, satpam kediaman Andito. Nozela meringis kecil. "Nggak papa pak. Emm, bukain gerbangnya pak, Ojel mau keluar dulu." "Baik non." Pak Ujang segera berlari menuju gerbang lalu membuka kuncinya. Nozela masuk ke mobilnya lalu mengendarai mobilnya keluar rumah. Nozela hanya berkeliling untuk mengusir rasa bosannya. "Kita mau kemana ya smooky?" Tanyanya pada anjing di sebelahnya. "Jam segini Aluna udah pulang belum ya?" Sebuah ide muncul, Nozela segera mencari jalan untuk memutar arah. Dia tersenyum samb

  • Gairah Sahabatku   bab 46

    Mobil Nozela berhenti di samping mobil kekasihnya yang terparkir di halaman rumahnya. Segera Nozela san Thalia turun lalu masuk ke dalam rumah. "Sayang." Sapa Leon saat melihat Nozela berjalan bersama dengan Thalia. Wajah Nozela memanas saat Leon memanggilnya sayang dihadapan mama dan sahabatnya. "Udah lama?" Tanya Nozela sambil duduk si samping kekasihnya. "Belum kok." "Ganti baju sana, nanti telat loh." Ucap Tiara menghampiri Nozela. "Mamah nggak ke kantor?" Tanya Nozela. "Tadi mamah pulang ngambil berkas ketinggalan, nggak sengaja papasan sama Leon yang katanya mau jemput kamu." Nozela mengangguk mendengar jawaban mamanya. "Mama balik ke kantor dulu, duluan ya Leon Thalia." "Iya tan." "Hati-hati tan." Jawab Leon. "Kalo gitu aku ke atas bentar." Pamit Nozela pada Leon. Leon tersenyum lalu

  • Gairah Sahabatku   bab 45

    Nozela mengendarai mobilnya menuju kost Thalia, mulutnya terus mengunyah permen karet yang sudah tak terasa manis itu. Nozela mehentikan mobil Nozela tepat di depan gerbang kost khusus putri. "Masuk Tha." Ucap Nozela. Thalia segera masuk ke mobil Nozela, setelah memasang seat beltnya, Nozela segera melajukan mobilnya menuju toko buku. Karena jadwal kuliah mereka siang, Thalia mengajaknya pergi ke toko buku. "Lo nanti mau beli buku apa Jel?" "Gue pengen caro novel aja sih Tha." Thalia mengangguk. Setelah kejadian beberapa hari lalu hubungan mereka sudah kembali seperti biasanya. Lebih tepatnya Nozela yang tak ingin hubungan persahabatan mereka retak. Bahkan Thalia pun sekarang masih merasa canggung pada Nozela. Beberapa menit kemudian, mobil Nozela berhenti di parkiran toko buku. Meski bukan hari libur, namun toko itu selalu ramai. Mereka segera turun lalu masuk ke dalam. Nozela m

  • Gairah Sahabatku   bab 44

    Nozela berkali-kali mengecek ponselnya, pesan yang dia kirim ke William masih centang dua abu-abu yang artinya belum dibuka sama sekali. Sudah hampir setengah jam dia menunggu namun William tak datang-datang ke rumahnya. Nozela mengusap perutnya yang nyeri sekaligus lapar, dia menghela nafas panjang. Entah berapa lama lagi dia harus menunggu sahabatnya itu. Nozela bangkit dari tidurannya, dia menyandarkan tubuhnya ke headboard sambil berkirim pesan dengan Leon. "Tck, Liam lama banget sih." Gumam Nozela kesal. Brum. Brum. Terdengar suara mobil memasuki halaman rumahnya, Nozela segera turun dari ranjang lalu pergi ke jendela kamarnya. Saat dia menyibak gorden, dia tersenyum saat melihat William turun dari mobil sambil membawa beberapa kantong plastik. Nozela langsung kembali ke ranjang lalu memakai selimutnya, tak lama pintu kamarnya di ketuk dari luar. William kemudian masuk lalu berjalan menuju

  • Gairah Sahabatku   bab 43

    "Lepasin Cla." Clarissa mengangguk, perlahan jari lentiknya itu melepaskan gasper serta kancing celana William. Srit. Clarissa berhasil menurunkan resleting celana itu, dan sesuatu mulai terlihat di balik boxer William. Semangatnya semakin membara, dengan gerakan cepat dia menurunkan celana yang dipakai William, merasakan detak jantungnya yang semakin cepat dan kehangatan yang menyelimuti dirinya. Suasana menjadi semakin intens, namun Clarissa tetap mencoba menahan perasaannya, menikmati momen itu dengan penuh kehalusan dan kehangatan yang mendalam. "Wow." Ucapnya setelah itu menjilat bibirnya. William menatap miliknya yang sudah berdiri tegak, tanganya mulai menurunkan boxernya. Seketika benda panjang dan keras itu mencuat keluar. William mendekati Clarissa dan mulai mencium bibirnya dengan penuh gairah. Sentuhan hangatnya terasa begitu intens, membuat Clarissa merasakan gelombang perasaan yan

  • Gairah Sahabatku   bab 42

    Drrtt. Drrtt. Leon mengambil ponselnya yang berada di dasbor mobilnya, dia mengerutkan keningnya saat melihat nama Nozela yang menghubunginya. "Nozela? Apa ada yang ketinggalan?" Gumamnya. Leon segera menggeser ikon hijau pada layarnya. "Halo sayang." "Leon." Terdengar rengekan dari sebrang telepon membuat kerutan dahi Leon semakin dalam. "Ada apa Zel? Ada yang ketinggalan?" Leon segera menepikan mobilnya ke bahu jalan. "E-enggak. Tapi...." "Tapi apa? Aku balik ya, mumpung belum jauh." "JANGAN!!." Leon menjauhkan ponselnya dari telinga, pekikan kekasihnya membuat telinganya sakit. "A-aku minta maaf." "Buat?" "Mobil kamu." Leon menoleh ke kanan dan ke kiri, meneliti mobilnya takut ada apa-apa. Namun tak ada yang aneh sama sekali. "Mo

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status