LOGIN"Gue seneng banget Tha. Akhirnya Leon nembak gue."
Nozela sedang bergulung-gulung di atas ranjang queen size miliknya, dia sedang berteleponan dengan Thalia sahabatnya. Nozela ingin berbagi kabar baik ini pada sahabatnya juga. "Selamat ya Jel, gue ikut seneng. Akhirnya lo nggak digantungin lagi sama singa." "Tck, jangan panggil dia singa lah. Masa ganteng gitu disamain sama singa sih." Terdengar suara tawa disebrang telepon membuat Nozela mengerucutkan bibirnya. "Tapi ada kabar sedih juga tau Tha." "Ha? Kabar apa Jel?" "Smooky sakit, tadi sore gue bawa dia ke dokter." "Terus gimana sekarang keadaannya. Ish, gue jadi pengen main ke rumah lo deh." "Udah baikan sih, udah mau makan juga meski sedikit." "Ehh tunggu Jel, bukannya mobil lo masih dibawa temennya William ya. Terus lo ke klinik dianterin siapa? Kalo Leon kayanya nggak mungkin deh, dia kan takut anjing." Nozela mengerutkan keningnya. Dia merasa heran bagaimana bisa sahabatnya tau jika Leon takut anjing? Pikiran Nozela melayang pada kejadian sore tadi, saat dia mengelus smooky justru Leon tampak diam saja dan langsung pulang. "Jadi, itu karena Leon takut anjing?" Batin Nozela. "Lo tau dari mana cowok gue takut anjing?" Tanya Nozela. Hening. Beberapa detik dia sama sekali tak mendengar suara Thalia sama sekali. Nozela memeriksa ponselnya, telepon mereka masih terhubung. Namun Thalia hanya diam. "Halo Tha. Lo masih disana kan?" "M-masih Jel. Itu, gue tau Leon nggak suka anjing karena pernah denger aja sih." Nozela menangkap sesuatu yang aneh, dia rasa sahabatnya menyembunyikan sesuatu darinya. "Lo tau kan seterkenal apa Leon, mereka yang ngefans sama Leon pasti bakal cari tau kan kesukaannya apa. Nah drai situ gue tau kalo dia nggak suka anjing. Ada salah satu fansnya yang ngomongin dan gue kebetulan denger." Mencoba percaya saja, Nozela hanya mengangguk seolah Thalia melihatnya. "Gue malah baru tau." "Gimana sih lo, sebagai pacar yang baik itu harus tau apa yang disuka sama nggak disukai. Biar nggak terulang kejadian yang sama." "Oke bestie, bakal gue catet kali ini." "Terus, lo udah kerjain tugasnya belum? Dikumpul besok pagi lo." Nozela menepuk keningnya. "Aduh, gue lupa." "Kerjain gih sekarang. Jangan nonton petir biru mulu lo." "Sembarangan lo, gue nggak pernah ya nonton begituan." "Hahah iya, ya udah kerjain sana. Gue tutup telponnya." "Bay Tha." "Bay Ojel." Tut. Setelah sambungan telepon terputus, Nozela bangkit dari ranjang lalu pergi ke meja belajarnya. Mulai membuka laptopnya lalu melanjutkan tugasnya yang belum selesai. Drrt Drrtt Ponsel di sampingnya kembali bergetar, kini nama Leon terpampang di layar ponselnya. Dia tersenyum lalu mengangkat panggilan video dari kekasihnya. "Malem cantik, lagi apa?" "Malem Le, gue lagi kerjain tugas nih. Tadi kelupaan." Ucap Nozel yang pandangannya ke arah laptop. "Berarti gue ganggu dong?" "Enggak kok. Nggak sama sekali, masa pacar sendiri ganggu sih." "Coba madep sini bentar." Nozela menghentikan ketikan pada laptopnya, dia menghadap ke arah ponselnya. Menatap Leon dengan senyum manisnya. "Kenapa pacar? Kangen sama gue yang cantik ini?" Tanya Nozela sambil mengedip-ngedipkan matanya. "Kamu lucu banget sih Zel." Nozela mendekatkan wajahnya pada ponsel lalu mengerutkan keningnya. "Kamu?" Leon terlihat mengangguk. "Iya, aku-kamu. Kita kan udah pacaran, masa panggilannya masih lo-gue." Nozela menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya, dia merasakan wajahnya memanas. "Kok wajah cantiknya ditutupin sih Zel." "Ihhh Leon, jangan bikin gue bullshing." "Aku suka deh kalo kamu malu-malu gitu." Nozela melepaskan tanganya lalu menatap Leon dengan tajam. "Tahan dulu kalo mau godain aku. Aku lanjutin dulu nugasnya." "Iya ya, maaf. Aku temenin deh sampai selesai." "Awas kalo godain lagi." Nozela kembali fokus pada laptopnya, sembari mengetik dia juga bersenandung kecil. Selang beberapa menit, pintu kamarnya terbuka. "Ojel, besok mamah mau nemenin papah ke Bekasi. Berangkatnya pagi-pagi banget dan pulangnya lusa, nggak papa kan dirumah sendiri?" Nozela menoleh ke arah mamahnya. "Tck, mamah ngikut mulu perasaan. Masa Ojel sendirian lagi sih." "Kamu bisa nginep di tempat William, mamah udah bilang sama jeng Mona." Nozela membelakan matanya, dia lupa jika sedang video call dengan kekasihnya. Habis sudah riwayatnya jika Leon mendengar percakapan mereka. "Udah, gampang itu mah. Sekarang mamah keluar sana, Ojel mau lanjut nugas." "Iya, jangan tidur malem-malem." "Oke mah." Setelah pintu tertutup, Nozela melihat ponselnya. Leon terlihat jelas sedang kesal. "Kamu sering nginep di rumah William?" Nozela menggaruk alisnya lalu mengangguk pelan. "Tapi nggak sering juga kok. Kamu tau kan kalo aku sama dia sahabatan, udah dari kecil malah. Papah aku sama papah dia sahabat juga waktu sekolah sampai sekarang." "Kamu jangan cemburu ya Le, keluarga kita udah deket dari lama." "Tapi aku tetep cemburu lihat kamu deket sama William Zel." Nozela menggigit bibir bawahnya. "Tapi kan, Liam juga udah punya cewek." Hening sejenak, Nozela menatap Leon yang nampak bad mood. "Jangan marah." Cicit Nozela. "Kita bahas besok, aku capek mau tidur." Tut. Nozela melongo melihat panggilan yang dimatikan sepihak, dia bahkan belum sempat menganggapi perkataan Leon tadi. "Ini yakin gue diginiin?" Ucap Nozela tak percaya. Dia menggelengkan kepalanya pelan lalu kembali mengerjakan tugasnya. "Belum juga dua puluh empat jam pacaran anjir, udah ngambekan aja." "Liam Liam, kayanya kita nggak cocok sahabatan deh. Semuanya aja cemburu." Sambil mengetik, Nozela terus menggerutu. Dia juga tak menyangka persahabatannya membuat semua orang tak suka. "Nasib, jadi cewek cantik.""Gue seneng banget Tha. Akhirnya Leon nembak gue." Nozela sedang bergulung-gulung di atas ranjang queen size miliknya, dia sedang berteleponan dengan Thalia sahabatnya. Nozela ingin berbagi kabar baik ini pada sahabatnya juga. "Selamat ya Jel, gue ikut seneng. Akhirnya lo nggak digantungin lagi sama singa." "Tck, jangan panggil dia singa lah. Masa ganteng gitu disamain sama singa sih." Terdengar suara tawa disebrang telepon membuat Nozela mengerucutkan bibirnya. "Tapi ada kabar sedih juga tau Tha." "Ha? Kabar apa Jel?" "Smooky sakit, tadi sore gue bawa dia ke dokter." "Terus gimana sekarang keadaannya. Ish, gue jadi pengen main ke rumah lo deh." "Udah baikan sih, udah mau makan juga meski sedikit." "Ehh tunggu Jel, bukannya mobil lo masih dibawa temennya William ya. Terus lo ke klinik dianterin siapa? Kalo Leon kayanya nggak mungkin deh, dia kan takut anjing." Nozela mengerutkan keningnya. Dia merasa heran bagaimana bisa sahabatnya tau jika Leon takut anjing? Pi
Clarissa tersenyum miring saat memasuki kamar mandi, niatnya ingin menggoda William sepertinya berhasil. Dia menatap pantulan wajahnya di cermin besar washtafel memperhatikan setiap detail wajah serta tubuhnya yang berisi dibeberapa bagian tertentu. "Gue lebih cantik, lebih sexy dan lebih segalanya dari gadis centil itu. Nggak akan gue biarin William deket-deket sama dia meskipun mereka sahabatan sekalipun." Ucap Clarissa pada bayangannya sendiri. Setelah cukup lama memandangi wajahnya, dia mulai membuka bathrobe mininya. Clarissa tersenyum sambil memutar-mutar tubuhnya didepan cermin. Dengan bin4lnya, Clarissa bahkan menyentuh kedua bulatan besar miliknya sendiri. "William, sebentar lagi kamu bakal jadi milik aku seutuhnya." Tak ingin berlama-lama memandangi tubuhnya, dia mulai masuk ke dalam ruangan berbentuk kotak berbahan kaca yang buram. Clarissa mulai menyalakan shower, air dingin mulai mengucur membasahi kepala hingga seluruh tubuhnya. Sambil bersenandung kecil, senyu
Clarissa melirik sekilas ke arah Nozela yang duduk di kursi belakang bersama anjingnya. Mereka berada di mobil William, kekasih Clarissa, untuk mengantarkan Smooky ke dokter hewan. Meski suasana mobil terasa biasa saja, ada perasaan tidak nyaman yang terus menghantui pikiran Clarissa. Dia menatap wajah Nozela yang santai, sibuk mengelus Smooky yang tampak lemas."Emang anjing lo sakit apa, Zel?" tanya Clarissa, berusaha memasang nada basa-basi."Mana gue tau. Orang baru mau dibawa ke dokter," jawab Nozela tanpa sedikit pun melirik ke arahnya.Jawabannya yang asal-asalan membuat Clarissa kesal, padahal niatnya dia hanya mencari topik bicara agar suasana tak canggung. Sebenarnya, Clarissa memang tak nyaman berada dekat dengan Nozela, apalagi dia adalah sahabat William. Di belakang, dia bahkan terlalu akrab, hingga kadang Clarissa merasa tersisih dari hubungannya dengan kekasihnya."Dasar cewek gatel. Awas aja lo kalau sampai macam-macam sama William," batin Clarissa geram, sementara jem
"Ojel."Nozela yang tengah berjalan bersama Thalia dan Leon menoleh saat mendengar suara sahabatnya. Wiliam sedikit berlari sambil membawa sesuatu ditangannya."Buat lo." Ucapnya sambil memberikan paper bag kepada Nozela.Lego dan Archen hanya tersenyum jahil melihat sahabatnya rela jauh-jauh dari fakultas teknik menuju fakultas ekonomi hanya untuk memberikan buah untuk Nozela.Nozela tersenyum senang, dia menerimanya. "Makacih Liam."Nozela membuka paperbag itu, dia melihat banyak buah kelengkeng didalamnya. Dia merentangkan tangannya lalu memeluk tubuh William, Nozela senang karena William masih ingat buah kesukaannya."Habis ini gue pinjem PS5 punya lo, buat main di apart sama mereka." Tunjuk William pada kedua temannya.Nozela melepaskan pelukannya, dia mencebikkan bibirnya. "Pamrih banget."Leon menatap tak suka pada William yang menurutnya teralu bebas pada Nozela padahal dia sudah memiliki kekasih. Dia samping Nozela, Thalia memperhatikan perubahan wajah Leon saat William datan
"Emmhhh, ahhh."Suara menggema di sebuah kamar di apartemen. Clarissa merebahkan tubuhnya diranjang. Di depannya, William tengah memainkan pucuknya secara bergantian."Enak?" Tanya William sambil menyeringai.Clarissa tersenyum menggoda, dia sengaja menggigit bibir bawahnya sambil menggigit kuku jari telunjuknya. William tak tahan melihat wajah kekasihnya yang terlihat bergitu sexy dan menggoda.Kembali William menyerang sesuatu yang membuat Clarissa seperti hilang akal, sesekali dia menyesapnya hingga meninggalkan jejak kemerahan.Hubungan mereka sudah terjalin selama satu tahun lebih, namun sampai saat ini permainan mereka hanya sebatas itu saja. William masih waras untuk tidak menggagahi gadis yang belum sah menjadi istrinya itu."Aku nggak tahan Liam, gatel banget." Ucap Clarissa dengan suara dibuat seerotis mungkin.Cup.William melepaskan tautan bibirnya dari benda kenyal itu, dia sama tak tahannya dengan sang kekasih. Bahkan bagian bawahnya juga sudah tegang minta dimanjakan.P







