Home / Romansa / Gairah Sang CEO Muda / Dualisme di Balik Kaca Buram

Share

Dualisme di Balik Kaca Buram

Author: Vianita
last update Last Updated: 2025-12-01 23:26:36

Setelah ciuman di malam pengkhianatan itu, hubungan Alya dan Daniel memasuki fase berbahaya.

Di siang hari, di mata karyawan dan direksi, Alya tetaplah Manajer Senior yang profesional, sedangkan Daniel adalah CEO yang menuntut.

Namun, begitu pintu kaca ruang eksekutif tertutup dan jam kerja berakhir, batas-batas itu runtuh total.

Ruangan kerja Alya, yang terpisah dari kantor Daniel hanya oleh dinding kaca buram, menjadi saksi bisu keintiman terlarang mereka.

Kopi hitam yang dulu disajikan sebagai tanda otoritas, kini menjadi pembuka diskusi pribadi yang hangat, sering kali diakhiri dengan sentuhan dan bisikan.

Daniel, di luar imej CEO-nya, adalah pria muda yang penuh gairah dan perhatian. Ia terobsesi pada Alya, dan obsesi itu menyenangkan sekaligus mencekik.

Ia tidak hanya menginginkan tubuh Alya, tetapi juga otaknya, dan yang paling penting, kendali penuh atas emosinya.

***

Suatu sore, setelah semua karyawan pulang, Alya dan Daniel duduk di sofa kantor Daniel, berhadapan langsung dengan pemandangan lampu kota yang mulai menyala.

"Strategi 'Revolusi' yang kita buat hari ini akan mengamankan posisi pasar kita setidaknya untuk tiga tahun ke depan," kata Alya, memegang tabletnya, mencoba tetap pada topik profesional.

Daniel perlahan mengambil tablet itu dari tangan Alya dan meletakkannya di meja. "Kau hebat, Alya. Kau tahu itu. Kau bisa mengimbangi kecepatan berpikirku," ucapnya, menyentuh pipi Alya. "Kau tidak perlu membicarakan strategi lagi sekarang."

"Tapi Daniel," Alya menarik diri sedikit, rasa bersalah kembali menyergapnya, "Aku merasa ini tidak benar. Hubungan ini. Etika kantor. Aku adalah manajermu, kau adalah CEO."

"Dan aku adalah pria yang kembali untuk mendapatkanmu, setelah delapan tahun," potong Daniel lembut. "Etika adalah aturan yang dibuat oleh orang biasa. Kita berbeda. Kita akan menulis aturan kita sendiri."

"Bagaimana jika ada yang tahu?" bisik Alya. "Karirku, Daniel. Aku membangunnya dengan darah dan keringat. Jika rumor ini keluar, semuanya hancur."

Daniel memajukan wajahnya, tatapannya tegas. "Jangan pernah berpikir tentang rumor, Alya. Pikirkan saja tentang aku. Dan tentang bagaimana rasanya saat kau berada di sini, bersamaku."

Ia mencium Alya, ciuman yang menghilangkan semua keraguan.

Namun, di balik gairah yang membakar itu, Alya tidak bisa sepenuhnya melepaskan rasa bersalahnya. Ia melanggar prinsip etika untuk Daniel, dan kini ia terperangkap dalam hubungan yang melanggar hierarki kantor.

Ia tahu, setiap tawa rahasia, setiap sentuhan terlarang di ruang eksekutif, adalah bom waktu yang siap meledak.

***

Keesokan harinya, dualisme itu mencapai puncaknya.

Dalam rapat direksi mingguan, Bapak Wijaya Direktur Operasional yang dekat dengan Alya mengajukan pertanyaan tajam tentang perubahan mendadak pada proyek "Zenith", mempertanyakan dasar data di balik strategi baru Daniel.

Daniel menanggapi dengan tenang, namun tatapan matanya tajam. Ia kemudian menoleh pada Alya.

"Manajer Alya, Anda yang memimpin tim inti. Tolong jelaskan pada Bapak Wijaya mengapa data pasar mendukung strategi baru ini, dan jelaskan mengapa strategi lamanya tidak berkelanjutan," perintah Daniel, suaranya mengandung ancaman terselubung.

Alya merasa tenggorokannya tercekat. Ia harus mempertahankan strategi yang didasarkan pada summary bocoran yang ia dapatkan secara tidak etis.

Lebih buruk lagi, ia harus menjatuhkan reputasi Direktur yang selalu mendukungnya.

Ia melihat Daniel, yang memberinya tatapan penuh arti. "Lakukan, atau kita berdua akan hancur."

Alya menarik napas dalam-dalam, mengambil topeng profesionalismenya yang paling dingin. Ia menatap Bapak Wijaya.

"Bapak Wijaya," mulai Alya, suaranya tegas. "Dengan segala hormat, data yang kami kumpulkan menunjukkan ada pergeseran demand masif yang Bapak Wijaya abaikan. Strategi lama tidak hanya tidak berkelanjutan, tetapi berbahaya bagi profitabilitas Arkana Corp dalam jangka panjang."

Saat Alya mengucapkan kata-kata itu, ia merasakan sengatan keberhasilan dan sekaligus rasa mual yang luar biasa. Ia berhasil melindungi Daniel, tetapi ia telah menusuk orang yang ia hormati.

Daniel tersenyum bangga, senyum yang terasa seperti belati yang tertancap di punggung Alya.

Malam itu, Daniel merayakan kemenangan kecil mereka dengan pelukan dan ciuman yang intens. Namun, Alya tidak bisa menikmati gairah itu sepenuhnya. Ia tahu harga dari gairah sang CEO muda ini,integritasnya sendiri.

"Ini semua salah Daniel." Alya menyalahkan atasnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Sang CEO Muda   Ujian di Depan Mata

    Pagi setelah malam yang membara di kantor dan kamar Daniel terasa surreal. Alya terbangun di apartemen mewah Daniel, yang kini menjadi "sarang" rahasia mereka. Ia menatap ke luar jendela, melihat matahari terbit di atas cakrawala Jakarta. Ia adalah wanita yang sama, Manajer Senior yang sama, tetapi ia membawa rahasia yang jauh lebih berat. Daniel sudah bangun, menyiapkan kopi dan sarapan ringan. Ia bertingkah seperti kekasih yang posesif dan lembut, bukan CEO yang menuntut. "Aku membiarkanmu tidur lebih lama. Kau pasti lelah," kata Daniel sambil tersenyum menggoda, menyinggung intensitas malam mereka. "Kita harus lebih berhati-hati, Daniel," ujar Alya, mencoba mencari celah untuk menyisipkan kembali rasionalitas ke dalam hubungan mereka. "Kita tidak boleh datang ke kantor bersamaan. Kita tidak boleh meninggalkan jejak." Daniel duduk di tepi tempat tidur, memegang tangan Alya. "Kau khawatir tentang apa yang akan dipikirkan orang-orang? Biarkan mereka berpikir. Selama kit

  • Gairah Sang CEO Muda   Apartemen

    "Ayo," Daniel berkata, sambil mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di meja marmer. "Kita akan pulang. Dan kau akan tidur di ranjangku malam ini."Perjalanan dari kantor Daniel ke apartemennya terasa seperti perjalanan ke hukuman mati. Daniel mengemudi dengan tenang, namun aura dominasi yang terpancar darinya membuat Alya kaku di kursinya.Ketika mereka memasuki penthouse Daniel yang megah tempat Alya telah tinggal selama dua bulan terakhir, di bawah dalih "mempermudah akses ke kantor" semua rasa bersalah Alya mendidih menjadi ketakutan.Ini adalah tempatnya. Ini adalah sangkarnya.Daniel mematikan lampu di ruang tamu, meninggalkan mereka dalam cahaya redup dari jendela kaca yang menampilkan pemandangan seluruh Jakarta. Alya berdiri mematung di tengah karpet bulu, sementara Daniel berjalan melewatinya."Pergi mandi," perintah Daniel tanpa menoleh, suaranya kembali dingin. Ia membuka lemari es, mengeluarkan sebotol air mineral dingin. "Aku akan menunggumu di kamar."Alya merasa terh

  • Gairah Sang CEO Muda   Setelah Badai

    Daniel tidak bergeming. Pelukannya semakin mengerat, membuat Alya kesulitan bernapas, bukan karena fisik, tapi karena beban emosional dari keintiman yang baru saja mereka bagi.Keheningan yang menggantung setelah puncak gairah itu jauh lebih memekakkan telinga daripada erangan atau bisikan mereka sebelumnya.Lampu-lampu kota yang semula tampak romantis kini terasa seperti mata-mata. Alya bisa melihat pantulan dirinya dan Daniel di jendela dua sosok yang saling berpelukan, telanjang, di dalam kantor CEO yang seharusnya menjadi simbol profesionalisme yang dingin.Ia mencoba bergerak, namun Daniel menahannya."Jangan bergerak," perintah Daniel, suaranya kini tenang, namun memancarkan otoritas yang jauh lebih menakutkan karena diselimuti oleh kepuasan. Ia mencium puncak kepala Alya, menghirup aroma sampo mahal yang bercampur dengan aroma keringat mereka sendiri. "Aku hanya ingin seperti ini sebentar."Alya memejamkan mata. Kata-kata Daniel, "Kamu sudah membuat aku gila, Alya Pranata," te

  • Gairah Sang CEO Muda   Keheningan yang Berapi-api

    Lampu kota Jakarta di luar jendela kantor Daniel adalah satu-satunya saksi.Setelah Alya membatalkan janji dengan Sarah, Daniel tidak membiarkan keraguan atau rasa bersalah Alya bertahan lama. Ia membalikkan Alya, menatap lurus ke dalam matanya, dan semua sisa profesionalisme menghilang dari tatapannya."Kau milikku di sini, Alya. Tidak ada ponsel, tidak ada laporan, tidak ada dunia luar," bisik Daniel, suaranya dalam dan serak, memancarkan otoritas yang jauh lebih menggairahkan daripada perintah rapat manapun.Ia mencium Alya dengan intensitas yang tak tertahankan. Ciuman itu adalah janji, sekaligus penaklukan. Daniel menciumnya seolah ia haus akan delapan tahun yang hilang, seolah Alya adalah warisan paling berharga yang harus ia klaim.Alya, meskipun jiwanya berteriak menolak kendali Daniel, tidak bisa menipu tubuhnya. Gairah Daniel adalah kekuatan alam yang ia coba lawan, namun selalu berakhir dengan penyerahan diri. Ia merangkul leher Daniel, membiarkan dirinya ditarik ke dalam

  • Gairah Sang CEO Muda   Tali Pengikat Emas

    Kemenangan Daniel di rapat direksi, yang didukung oleh "pengkhianatan" Alya terhadap Bapak Wijaya, terasa manis sekaligus pahit. Publik melihat Alya sebagai Manajer Senior yang brilian, yang dengan cepat beradaptasi dengan visi baru CEO. Mereka melihatnya sebagai tangan kanan Daniel, sosok kunci dalam revolusi Arkana Corp.Namun, di dalam diri Alya, rasa bersalah itu mulai berkarat.Setelah rapat itu, Bapak Wijaya mengirim email singkat kepada Alya. Semoga keputusan ini sepadan, Alya. Kalimat itu menusuk hati Alya lebih dalam daripada kemarahan atau teguran apapun. Ia tahu, ia telah kehilangan kepercayaan seorang mentor.Alya mencoba menyalurkan rasa bersalahnya menjadi kerja keras yang lebih intens. Ia fokus membuat strategi baru Daniel berhasil, berharap keberhasilan itu bisa membenarkan cara-cara kotor yang ia gunakan. ***Tiga minggu berlalu. Hubungan Alya dan Daniel semakin intim dan tersembunyi. Mereka bertemu di apartemen mewah Daniel yang kosong, jauh dari mata kantor. Di s

  • Gairah Sang CEO Muda   Dualisme di Balik Kaca Buram

    Setelah ciuman di malam pengkhianatan itu, hubungan Alya dan Daniel memasuki fase berbahaya. Di siang hari, di mata karyawan dan direksi, Alya tetaplah Manajer Senior yang profesional, sedangkan Daniel adalah CEO yang menuntut.Namun, begitu pintu kaca ruang eksekutif tertutup dan jam kerja berakhir, batas-batas itu runtuh total.Ruangan kerja Alya, yang terpisah dari kantor Daniel hanya oleh dinding kaca buram, menjadi saksi bisu keintiman terlarang mereka. Kopi hitam yang dulu disajikan sebagai tanda otoritas, kini menjadi pembuka diskusi pribadi yang hangat, sering kali diakhiri dengan sentuhan dan bisikan.Daniel, di luar imej CEO-nya, adalah pria muda yang penuh gairah dan perhatian. Ia terobsesi pada Alya, dan obsesi itu menyenangkan sekaligus mencekik. Ia tidak hanya menginginkan tubuh Alya, tetapi juga otaknya, dan yang paling penting, kendali penuh atas emosinya. ***Suatu sore, setelah semua karyawan pulang, Alya dan Daniel duduk di sofa kantor Daniel, berhadapan langsu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status