Share

Gairah Sang CEO
Gairah Sang CEO
Author: Kai Chang

Bab 1. Salah Terka

“A-apa yang terjadi?” gumam Clara ketika meihat dirinya dalam keadaan tertutup selimut tebal.

"I-ini bukan apartemenku," ia menyadari bahwa ruangan itu berbeda dengan kamar apartemen miliknya.

Dia mencoba menghilangkan kabut di pikirannya akibat efek alkohol yang masih tersisa. Kepalanya terasa sangat berat, dia memejamkan mata sejenak untuk mencoba mengingat apa yang terjadi semalam dengan air mata yang mengalir di pipinya. 

Semalam, Clara pergi ke bar untuk melampiaskan rasa frustasinya atas perselingkuhan Pedro. Dia minum terlalu banyak hingga bar tender memintanya untuk pulang dan tidak lagi memberikannya botol minuman. Dia berjalan sempoyongan menekan semua tombol yang berada di lift saat pandangannya kabur. Dia membuka pintu apartemen ini yang ternyata tidak terkunci. Hingga akhirnya pria misterius itu meraih tubuhnya dan memaksanya untuk melayani aksi bejatnya itu.

'Aku harus pergi sebelum pria ini bangun!’

Clara berusaha bangun dari tempat tidurnya, setelah melirik ke arah pria rupawan yang masih tertidur pulas dengan rambut hitamnya sedikit berantakan dan bibir tipisnya tertutup oleh lengan kekarnya. 

“Aww …" desis Clara merasakan kesakitan luar biasa, bagian sensitifnya sangat perih saat dia bergerak.

Dengan langkah lemahnya dia memakai kemeja putih saat menyadari semua pakaiannya robek, yang ia yakini kemeja itu milik pria yang saat ini sedang terlelap, perlahan-lahan dia meninggalkan penthouse mewah itu.

'Bagaimana bisa aku begitu ceroboh sampai salah masuk kamar apartemen?' Clara menggerutu dalam hati, sambil memandangi nomor C#A245 yang tertera di pintu apartemen tersebut. Tertulis juga nama Tn. Alexander E.M di sisi pintu tersebut. 

Sontak saja ia terkejut, karena kamar tersebut adalah milik CEO muda yang terkenal itu. Dengan pikiran yang berkecamuk, mengapa ia berakhir di kamar seorang CEO, Clara bergegas untuk keluar dari sana, dan pergi ke Apartemennya sendiri.

Sementara, didalam kamar Penthouse mewah itu, hangatnya sinar matahari pagi yang tajam menyapu wajah Alex yang masih ternyenyak. Pria itu membuka mata dengan perasaan yang aneh, merasa kepala berat dan tubuhnya terasa lemah. Dia meraba kepalanya yang terasa berat akibat efek kombinasi obat perangsang dan alkohol yang masih menyisir tubuhnya. 

Alex bangkit dari tempat tidurnya dengan perasaan tidak nyaman. Namun, sebuah fakta mengejutkannya saat dia menyadari bahwa dia tidak mengenakan sehelai benang pun. 

Dia meraba-raba ke sekeliling mencari pakaian, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. 

Dalam kebingungan, Alex melangkah menuju kamar mandi, untuk mencoba menghilangkan efek alkohol dan pengar. Ketika dia melangkah kembali kamar tidurnya, pandangannya tertuju pada sprei yang terdapat bercak darah.

Alex berbisik pada dirinya sendiri, "Apa yang terjadi tadi malam?"

Sementara mencoba mengingat kejadian tadi malam, dan Alex berusaha untuk mengingat wajah gadis yang tidur bersamanya.

Dalam kebingungan Alex berusaha menghubungkan potongan-potongan kenangan samar-samar semalam. Namun, wajah gadis itu masih terlihat samar dalam ingatannya.

Terdengar ketukan ringan di pintu apartemennya. Dengan langkah ragu, dia membuka pintu. Pengawalnya, dengan tatapan penuh hormat masuk ke dalam ruangannya.

Kebingungan terpancar dari wajahnya ketika melihat Alex yang tak seperti biasanya penuh dengan antusias kini terlihat melamun.

"Maaf Tuan, Apa yang terjadi padamu?" tanya sang pengawal itu kepada Alex yang duduk di tepi ranjang.

"Apakah ada yang bisa saya bantu?" lanjutnya.

Alexander menggeliat tak nyaman, menatap Pengawal dengan tatapan dingin yang menyiratkan ketidakpedulian. "Tidak," sahutnya tanpa ekspresi, "Saya hanya ingin sendiri sebentar."

Pengawal itu merasa cemas. "Tapi, Tuan, dalam satu jam Anda ada jadwal pertemuan pen..." 

"Jadwal saya tidak penting sekarang," potong Alexander dengan tajam, ekspresinya menjadi lebih tegas, "Saya butuh waktu untuk istirahat."

Pengawal itu terdiam sejenak, mengerti bahwa ini bukanlah saat yang tepat untuk melawan keinginan Alexander. Dia mengangguk patuh. "Tentu, Tuan Alexander. Saya akan mengatur ulang pertemuan Anda. Sekarang Anda bisa istirahat."

Alexander hanya mengangguk sekilas, pandangannya kembali kosong. Saat Pengawal sekaligus Sekretaris pribadi Alexander melangkah keluar dari ruangan, Alexander terdiam dalam kesendirian, dikelilingi oleh kegelisahan pikirannya sendiri yang tak berujung. 

Wajah gadis itu masih kabur dalam pikirannya, dan rasa menyesal semakin kuat. Dia bertanya-tanya apakah dia akan menemukan gadis itu.

Di saat dirinya tengah kalut, dia merasa hampir putus asa. Semua masalah yang menumpuk membuatnya merasa tercekik dan tak bisa bernafas dengan lega. Namun, tiba-tiba pandangannya tertuju pada sebuah benda bersinar yang berada di sisi bawah tempat tidurnya. Dengan perlahan ia mendekati benda tersebut dan menyadari bahwa itu adalah sebuah liontin.

"Liontin ini, pasti miliknya," gumamnya pelan sambil memperhatikan liontin permata merah maroon yang begitu memesona.

Dan tanpa disadarinya, senyum tipis mulai terukir di bibirnya ketika ia menyadari bahwa ada harapan bagi dirinya untuk menemukan wanita itu dan dia akan bertanggungjawab dengan apa yang sudah dia lakukan.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status