Beranda / Romansa / Gairah Terlarang Kakak Ipar / Kau Seharusnya Milikku ...

Share

Kau Seharusnya Milikku ...

Penulis: Chani yoh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-09 18:17:37

“Kita sudah di sini, sekarang kau bisa menjelaskan kenapa kau menghilang dari hidupku, lalu menikah dengan Zidane.”

Zach mengucapkan itu semua dengan nada dingin. Dia duduk dan menghadapkan pandangannya ke laut.

Dibirakannya angin menerpa wajah dan matahari menyengat kulitnya.

Sementara itu, di sampingnya Liora harus berusaha keras menahan hatinya untuk terus berdebar setiap ada Zach di dekatnya.

Tak bisa Liora pungkiri, rasa itu masih ada. Cinta itu sudah mengendap hingga ke dasar hatinya sehingga tak mungkin bisa lekang hanya dalam waktu tiga bulan.

Bahkan seumur hidup sekalipun, Liora yakin rasa hatinya untuk Zach akan terus terpatri di sana, tetap sama, tak berubah.

Jika sudah begitu, bagaimana dia bisa meneruskan pernikahannya bersama Zidane setelah ini?

“Tidak ada yang perlu dijelaskan, Zach. Semua itu sudah terjadi dan sangat tidak penting. Yang penting adalah fakta saat ini bahwa aku sudah menikah dengan adikmu.”

Dari sudut matanya dapat Liora lihat bahwa Zach menoleh dengan raut wajahnya yang terhenyak dalam sakit hatinya.

Pria itu terlihat amat emosional. Dengan napas yang terengah naik turun Zach berulang kali mengusap rambutnya hingga kusut.

“Mudah sekali kau bicara, Liora! Kau sungguh tidak memikirkan perasaanku. Bagaimana hancurnya aku saat kau tidak bisa kuhubungi sama sekali!”

Dalam kemarahan yang bergabung dengan sakit hatinya, Zach mengambil rokok untuk menyelipkannya di bibir. Jarinya terlihat sedikit bergetar.

Ingin rasanya Liora menarik rokok itu dari bibir Zach. Jika ini enam bulan lalu, dia akan melakukan itu tiap kali Zach hendak merokok. Ditariknya benda itu kemudian dibuangnya.

Zach akan mendeliknya tajam, tapi kemudian memasukkan kembali kotak rokoknya ke saku celana.

Pria itu mengerti jika Liora tidak menyukai asap rokok. Sehingga saat bersama Liora dia akan menjaga perilakunya agar Liora tidak merasa risih dengan asap rokoknya.

Tapi sekarang, Liora sadar dia tak lagi memiliki hak untuk mencabut rokok itu dari bibir Zach.

Kini giliran Liora yang menarik napas dalam-dalam.

Dan sebelum dia bangkit untuk pergi dari sana dia berkata, “Maafkan aku waktu itu sudah membuatmu khawatir. Maafkan aku juga karena ternyata aku malah baik-baik saja.”

Tidak ada lagi kata yang bisa dia ucapkan. Sama halnya dengan tidak ada lagi penjelasan yang bisa dia jelaskan.

Jika dia membuka rahasianya, dia akan malu dan menyakiti Zidane. Lalu juga menyakiti Zach.

Jadi, lebih baik seperti ini. Hanya Zach saja yang tersakiti. Sedangkan pernikahannya dengan Zidane yang telah terjadi bisa tetap terjaga dengan baik. Setidaknya dia telah menjadi wanita yang tahu diri, tahu balas budi terhadap Zidane yang telah menolongnya.

Namun Zach tidak bisa menerimanya. Tangan kokoh Zach menahan Liora yang berdiri dan hendak pergi dari sana. Dicengkeramnya tepat di pergelangan tangan Liora.

“Mau ke mana kau? Kita belum selesai!” hardiknya tajam.

Liora terhenti langkah kakinya kemudian menoleh meski hanya setengah wajah. “Apa lagi yang harus dibicarakan?”

Tanpa diduganya, Zach tiba-tiba bangkit dan bangun, menghadangnya tepat di depan wajah Liora.

“Kau belum menjelaskan apapun padaku!” teriaknya mencoba mengalahkan deru angin pantai.

Zach juga menggoncang-goncang tubuh Liora. Dikuncinya tatapan hampa Liora.

“Ke mana kau menghilang waktu itu? KE MANA, Lio? DAN KENAPA?”

“Aku tidak harus menjelaskan apapun padamu, Zach! Permisi ...” kata Liora lagi.

Dia beringsut ke kiri berusaha melewati Zach. Tapi pria yang sudah tersulut emosinya itu bukannya membiarkan Liora melewatinya, malahan menarik tangan Liora dengan kuat.

Tubuh Liora tersungkur dan jatuh ke pasir. Zach langsung menindihnya dan kembali menghujaninya dengan ciuman yang rakus dan begitu menuntut.

Kedua tangan Liora ditahan hingga nyaris terbenam ke dalam pasir.

“Jang- jangan, Zach. Jangan!” seru Liora saat akhirnya bisa terlepas dari terkaman bibir Zach.

Liora terus menghindar dari sapuan bibir Zach berikutnya. Tapi, pria itu terus mengejar hingga saat mendapatkannya, Zach kembali memagutnya dengan rakus.

Untuk sesaat lamanya, Liora sempat terbuai. Dia membalas lumatan Zach, membalas belitan lidah pria itu.

Hingga saat tangan Zach menyelinap ke balik baju kaosnya.

Liora terkesiap dan dia mendorong kuat dada kokoh milik Zach.

“Hentikan, Zach!” serunya dengan suara bergetar. “Kita tidak seperti dulu lagi. Statusku sekarang istri adikmu. Kumohon, kau berdamai dengan itu. Terimalah dengan lapang. Ini sudah takdir cinta kita, Zach.”

Mendengar betapa Liora memintanya untuk sepasrah itu pada nasib, amarah Zach pun memuncak.

“Takdir cinta kita, katamu?!” bentaknya dengan kedua tangan mengukung diri Liora di atas pasir.

“Kau itu seharusnya adalah istriku dan Zidane adalah adik iparmu! Itu yang seharusnya menjadi takdir cinta kita!”

Sorot mata Zach begitu kelam menyiratkan betapa perih hatinya saat ini.

Dengan emosi yang menggerogoti sekujur tubuhnya, pria itu lalu bangkit dengan cepat dan merogoh saku celana jinsnya. Dikeluarkannya sebuah kotak dengan berlapis kain beludru biru gelap. Dibukanya, diambilnya cincin itu dari dalam kotak, dan dihadapkan cincin itu ke arah wajah Liora.

“Kau lihat ini! Ini yang aku beli di malam sebelum kau menghilang tiba-tiba! Aku membeli ini, Liora! Aku sudah merencanakan untuk melamarmu! Lalu kau tiba-tiba menghilang bagai ditelan bumi!

Sekarang setelah aku berhasil menemukanmu lagi di saat hatiku sudah remuk dan hancur, kau masih menyuruhku untuk menerima semua ini?!

Omong kosong!” Zach menderu marah dalam teriakannya. Saking marahnya, dia melempar cincin itu ke wajah Liora.

Liora merasakan perih di pipinya yang terkena bagian tajam cincin, tapi dia menahan suara aduhannya.

Liora tak ingin membuat Zach kasihan padanya.

Zach yang marah dan sakit hati tidak memedulikan Liora yang terkena cincin. Dia melangkah pergi meninggalkan Liora.

Dulu Liora menghilang darinya, sekarang dia pun bisa menghilang dari sisi Liora. Hidup harus seadil itu bukan?

Baru selangkah, Zach berhenti untuk berkata lagi pada Liora.

“Kalau memang kau telah berselingkuh dengan Zidane dari sejak saat itu, atau memang kau lebih memilih Zidane daripadaku, katakan saja padaku. Tidak perlu menutupinya. Aku akan menghargai kejujuranmu! Itu jauh lebih baik daripada kau diam seribu bahasa seperti ini!”

Zach menunggu tapi Liora tetap diam tidak bicara sepatah katapun. Kekesalan Zach memuncak dan dia pun benar-benar pergi dari sana.

Seiring menghilangnya punggung Zach dari pandangan mata, air mata Liora sontak mengalir deras. Dadanya sesak diiringi isak tangis.

Liora duduk untuk memungut cincin yang dilemparkan Zach tadi.

Sayangnya, cincin itu terjatuh ke pasir.

Liora pun menggaruk-garuk pasir di daerah cincin terjatuh dengan kedua tangannya.

Gemetar menjalari jari jemarinya akibat emosi yang menggenangi dadanya. Air mata pun berderai menetes di pipinya saat Liora mencari-cari cincin itu.

Sekalipun Zach melempar benda itu ke wajahnya, sekalipun Zach memberinya dengan cara tidak hormat, Liora tetap ingin melihat benda yang dulu begitu dinanti-nantinya saat mereka masih bersama.

‘Ke mana cincin itu?’ batin hati Liora yang teriris perih. Jari jemarinya tak henti menggeruk pasir untuk mencari keberadaan cincin itu.

‘Ke mana, ayolaaah!’ tangis hatinya lagi diiringi deraian air mata yang kembali berjatuhan.

Kotak cincin ada tak jauh darinya, tapi cincin itu tak terlihat.

‘Come on!’ seru hati Liora lagi menuntut untuk menemukan cincin itu. Dia harus menemukan cincin itu. Dia harus!

Beberapa saat berlalu dengan Liora mengais-ngais pasir sambil menangis. Liora akhirnya menyerah. Dia terduduk dengan wajah menunduk dan air mata menetes, butir demi butir.

Perih hatinya membuat kedua tangannya merenggut pasir di bawah telapaknya dan mencengkeramnya erat. Ingin rasanya Liora berteriak. Ingin rasanya dia mengejar Zach dan memeluk pria itu agar jangan meninggalkannya.

Ingin rasanya dia menceritakan semua yang dia alami.

Tapi, dia tak boleh goyah. Takdir sudah menggoreskan tintanya bahwa dia, Liora, adalah istri Zidane. Bukan Zach!

Bersamaan dengan pemahaman itu, Liora hendak bangkit. Saat itulah sesuatu terasa menusuk di telapak tangannya.

Liora membuka telapaknya dan menemukan cincin yang dilempar Zach padanya tadi.

Cincin emas dengan batu permata berwarna pink muda, berbentuk hati bercokol di atasnya. Di sepanjang lingkar cincin emas itu terdapat permata pink kecil berderet rapi mengikuti alur lingkaran cincin.

Liora memandanginya dan tentu saja mengenali cincin itu.

Dia pernah menyatakan betapa indah cincin itu pada saat menghadiri pameran perhiasan bersama Zach.

Ternyata Zach mengingatnya dan membelikannya cincin itu untuk melamarnya.

Liora menggenggam erat cincin itu dan dengan bahu terguncang dia menangis pilu meratapi goresan pena sang takdir.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Terlarang Kakak Ipar   The End

    Wajahnya muram penuh dengan kesedihan.Zach yang melihatnya memintanya datang.“Clint. Terima kasih sudah hadir. Terima kasih juga sudah menemani Zidane selama pengobatannya.” Zach memeluknya, berusaha keras menahan lidahnya untuk tidak mengatakan pikirannya bahwa Clint seharusnya memberitahu keluarga besar mereka tentang penyakit Zidane sebelum semuanya terlambat.Tapi Zach juga tahu, tidak ada gunanya lagi mengatakan itu semua. Zidane telah pergi dan hanya Clint yang berjasa menemani setiap langkah Zidane sampai akhir hayatnya.“Maafkan aku, Zach. Aku seharusnya tidak menutupi kondisinya. Aku menyesal. Tapi ... Zidane patah arang.”Clint menatap Liora, merasa tak enak untuk menceritakannya.Saat itulah, ibu Zach datang dan meminta Clint menceritakan lebih lanjut.“Boss Zidane ... saat perceraian dia masih bisa tegar. Tapi beberapa bulan kemudian, dia kembali terinfeksi virus yang sama. Kondisinya ini membuat keadaan tubuhnya semakin memburuk.Saat itulah dia putus asa.”“Bagaimana b

  • Gairah Terlarang Kakak Ipar   Zidane's Last Wish (1)

    “Untukmu, Love.”Penuh rasa ingin tahu, mereka membukanya dan ternyata ...Itu adalah surat cerai baru yang sudah ditandatangani Zidane.Di balik sana ada selembar kertas kecil.Zidane menulis:[Kamu mengirim surat pembatalan menikah, aku sudah merobeknya. Tapi ini aku mengirimkan surat perceraian. Aku tidak rela jika pernikahan kita dianggap kesalahan. Pernikahan kita pernah terjadi dan itu atas kemauan ku dan kamu bersama-sama.Jadi, ini adalah perceraian yang kamu mau.Aku sudah merenung dan aku sadar tidak ada gunanya menjadi suamimu jika pada akhirnya tidak akan pernah mendapatkanmu seutuhnya.Jalani hidupmu sebahagia yang kamu bisa.Untuk Zach, aku titipkan cinta yang pernah bersemi dalam hatiku.Aku tidak marah lagi pada kalian, aku hanya marah pada takdir.Jika memang takdir hidupku seperti ini, kenapa takdir membiarkan cinta yang begitu besar tumbuh di hatiku ini teruntuk dirimu, Liora?Andai aku tidak mencintaimu, aku akan lebih mudah menjalani hidup dan sakitku ini.Selamat

  • Gairah Terlarang Kakak Ipar   For Liora ...

    “Apa? Kau dan Liora?” Ibunya Zach berteriak histeris ketika mendengar penjelasan Zach.“Apa-apaan ini?”Wanita itu bangun dan menatap garang pada Liora. Tangannya terangkat dan tanpa diduga ...Plak!“Kau keterlaluan! Tidak tahu diri!”“Mom! Jangan menamparnya!” Zach merangkul Liora dan menjauhkannya dari sang ibu. “Dia tidak salah!”“Apa yang tidak salah! Kalian sudah melakukan hal gila! Zidane itu adikmu, Zach! Bagaimana bisa kamu begitu tega padanya?”“Mom! Aku dan Liora sudah berpacaran dari sebelum dia menikah dengan Zidane. Hanya saja waktu itu ada situasi yang membuat Liora terpaksa menikahi Zidane-”“Terpaksa kau bilang?” Kedua mata ibunya semakin melotot. Ayah dan kakeknya pun ikut memelototinya.“Terpaksa atau hanya memanfaatkan Zidane? Kau memang sialan!” ujarnya marah sambil menunjuk ke arah Liora.Lalu dia menatap marah pada Zach. “Aku tidak akan pernah merestui kalian!”Ibunya langsung keluar sedangkan ayahnya tiba-tiba memegangi Grandpa Hank yang lagi-lagi terkena sera

  • Gairah Terlarang Kakak Ipar   Sooner or Later, It Will Happen

    “Aku sudah melihat semuanya. Lagipula kau masih istriku, Lio!”Zidane tertawa mengejek melihat tingkah Liora yang buru-buru memakai dalamannya. Bahkan di saat seperti itu Liora masih teramat manis.Wajah Zidane berubah masam mengejek dirinya sendiri.‘Cintamu tidak memiliki harga diri lagi, Zid!’Begitu yang dia pikirkan dalam benaknya.“Kau menaruh sesuatu di minumanku!” tuduh Liora setelah dia berusaha mengingat hal terakhir yang dia lakukan tadi. Tangannya spontan mengelus perutnya.“Kau tahu aku mengandung, tapi kau memberiku bius? Zid, kau bisa mencelakai janinku. Bayiku ini juga keponakanmu, Zid!”Zidane hanya tertawa. “Justru itu! Kalian keterlaluan! Apa yang aku lakukan ini hanya untuk membalas sedikit rasa sakit hatiku!”Seketika Liora jadi teringat alasan kenapa dia berada di sana.“Maafkan aku, Zid. Aku tahu aku sudah menyakiti hatimu. Tapi ... jika kita meneruskan ini, aku akan semakin melukaimu, Zid. Aku ... kau adalah temanku. Aku ...”Liora kehilangan kata-katanya. Dia

  • Gairah Terlarang Kakak Ipar   Aku Mencintainya Dengan Caraku!

    Di dalam kamar, Zidane menatap tubuh Liora dengan pandangan tergiur.Sungguh tubuh istrinya ini sangatlah menggiurkan.Walau tidak sebahenol Janet, tapi Liora memiliki tubuh idealnya sendiri. Tubuh yang seharusnya menjadi miliknya.Zidane mulai mengelus bagian-bagian yang menggiurkan. Dia memulainya dari pinggul.Sungguh halus dan mulus pinggul Liora. Berbeda dengan kulit Janet yang kasar dengan sedikit bersisik.Di benaknya dia berpikir bahwa Liora masih sah istrinya. Dia bisa dan berhak atas tubuh Liora.Zidane semakin menggila dan mulai mengendus leher Liora.Dia mengecup lembut seraya merayapkan bibirnya menuruni leher hingga ke bahu terbuka Liora.Aroma Liora sangat menggiurkan baginya.Tangannya pun tak tinggal diam, meremas dada Liora dan mulai berusaha melepaskan tali bra.Klik!Kaitan bra terlepas, kini saatnya mulai melepas bra dan menikmati hidangan utama tubuh Liora.Tepat saat itu,Teriakan Zach membahana dari balik pintu yang telah dikunci Zidane.Dia memang membiarkan k

  • Gairah Terlarang Kakak Ipar   Lioraaa!

    “Duduk dulu, Honey,” kata Zidane dengan suara lembut yang di telinga Liora seperti dibuat-buat.Sedikit bingung Liora mendengarnya. Setelah lama Zidane memanggilnya dengan nama, kenapa sekarang tiba-tiba Zidane memanggilnya honey lagi.Liora pun duduk sementara Zidane ke dapur dan membuatkannya minum.Mendengar bunyi gelas dan air, Liora pun gegas menyusul. “Tidak perlu, Zid. Tidak perlu repot-repot padaku.”“Tidak apa-apa.”Zidane selesai membuatkan minum untuk Liora segelas teh chamomile kesukaan Liora.“Diminum,” kata Zidane lagi saat melihat Liora hanya memegangi gelas itu.Tak enak pada Zidane, Liora pun meminumnya dua teguk. Lalu meletakkan di meja dapur.“Enak?”“Enak. Terima kasih, Zid.”“Kau mau sekalian mengambil baju-bajumu? Masih banyak bajumu di sini.”Berpikir ada Zach di tempat parkir yang menungguinya, Liora pun setuju. Setidaknya dia bisa mengambil setengah pakaiannya saja sudah sangat bagus.“Silakan,” kata Zidane seraya mengulurkan tangannya ke arah kamar.Liora mel

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status