"Tapi cari dimana mas?" Akhirnya Sandra membuka suara.
"Cari di toko retail kan ada banyak! Pakai otak kamulah! Kamu sudah dewasa! Masa nggak bisa mikir!" Rayhan melontarkan kata kata yang cukup kasar."Ini karena kamu egois! Kamu tidak patuh kepada suami! Kamu malah sibuk meladeni kemarahan Wulan!" Rayhan mengomel dengan ketus."Iya mas! Aku tahu! Aku salah! Hanya aku yang salah! Tak perlu kamu ulangi percakapan itu lagi! Mungkin benar kata Wulan! Kue ku rasanya tidak enak! Layak untuk dibuang ke tempat sampah! Apa kamu sudah puas menghinaku?" Sandra kesal.Sandra pergi meninggalkan rumah, ia berjalan di pinggir trotoar sambil menangis."Hanya perkara air galon. Kenapa sampai seperti ini kamu menghinaku?" gumam Sandra dalam hati.Sandra memutuskan untuk menghubungi Arya dan meminta pertolongan darinya."Tut! Tut!""Ya sayang. Tumben menelepon. Ada apa?" tanya Arya dari sebrang telepon."Aku butuh airRayhan berjalan ke arah kamar yang pintunya tak tertutup rapat. Ia mendengar suara orang yang sedang bersenda gurau. Perlahan lahan ia mengintip dari balik pintu. Rayhan melihat Arya dan juga Sandra sedang menonton TV di dalam kamar sembari berpelukan, sesekali mereka juga bergurau manja. Pemandangan di depannya membuat Rayhan merasa cemburu dan sakit hati. Ia jadi sangat ingin mem*kuli wajah sahabatnya. "Dia milikku. Hanya milikku. Aku yang terlalu bodoh karena telah membiarkan dia pergi begitu saja dari diriku," gumam Rayhan. Saat film memutar adegan romantis, Sandra dan Arya saling menempel dekat sekali. Kedua bibir mereka saling bertaut, kemudian Arya terlihat sedang menggelitik bagian sensitif Sandra. Membuat Sandra terbuai dalam kenikmat4n surga dunia. "Ah... emmhhh lakukan lagi." Sandra mendesah di telinga Arya. Rayhan makin emosi melihat adegan mesra Sandra dan Arya. Ia menjadi lebih g
Pria berbadan tegap yang sejak tadi berdiri menghadap dinding, membalikkan badan ketika mendengar suara polisi."Waktu bicara hanya sekitar sepuluh menit.""Saya hanya butuh waktu 3 menit saja." Si pria menjawab sembari tersenyum pada Novi.Mulut Novi sedikit terbuka. Karena ia mengenali wajah lelaki tersebut."Kau, dokter yang ada di rumah sakit waktu itu kan." Novi memperhatikan wajah si pria dengan seksama."Ya! Ini aku.""Untuk apa kau datang ke sini?" Novi mengerutkan keningnya. "Menawarkan kerja sama.""Kerja sama? Apa maksudmu?" Novi makin tidak mengerti. "Aku bisa mengeluarkanmu dari tempat ini. Lebih cepat daripada yang kau inginkan.""Apa kau yakin?" Mata Novi berbinar ketika mendengar Chandra akan membantunya."Tentu saja! Aku hanya perlu waktu 7 hari untuk membebaskanmu. Tapi aku punya syarat." "Syarat? Syarat apa yang kau mau? Aku akan lakukan apapun yang kau minta." Novi sangat tertarik."Kau harus masuk ke dalam keluarga Dani. Pastikan saja kau dan Dani menikah. Tuga
"Buka pagarnya dan suruh Rayhan masuk," ucap Arya.Satpam rumah berlari kecil untuk melaksanakan tugas. Sementara Sandra merasa heran, mendengar ucapan suaminya."Kau tak cemburu jika dia datang ke sini untuk menemuiku?" tanya Sandra."Sangat cemburu. Tapi aku juga tidak tega mengusirnya dari sini," sahut Arya sembari membersihkan noda makanan dari bibirnya."Untuk apa dia ingin menemuiku?" Sandra bicara pelan."Kita akan tahu sebentar lagi. Sayang, kau tenang saja aku tak akan membiarkan dia menyakitimu lagi." Arya memegang jemari Sandra dengan lembut. Rayhan segera masuk, ketika pagar rumah dibuka oleh satpam yang berjaga. Ia berjalan lurus ke arah Sandra tanpa mempedulikan Arya yang berdiri tepat di samping Sandra.Sandra merasa takut ketika melihat Rayhan dengan mata yang tak berkedip, memandang ke arahnya. Ia memegang erat lengan Arya."Sandra... aku ingin bicara," ucap Rayhan."Bicara apa?"
Ayunda mengeluarkan amplop tebal dari tasnya. "Ini uang untukmu. Tante tahu, hidup di penjara tidak gratis. Kau bisa gunakan uang itu, untuk hidup lebih nyaman di dalam sana."Amplop yang tebalnya hampir 1 cm itu membuat Novi merasa senang. "Terima kasih.""Bagaimana kabarmu?" tanya Rayhan."Aku tidak baik baik saja Ray. Aku ingin keluar dari sini. Ray, aku harap kau tak membatalkan acara pernikahan kita." Novi memegang tangan Rayhan. Wajahnya terlihat penuh harap."Aku akan membatalkannya. Jika anak itu sudah lahir, kau antar saja ke rumahku. Aku akan merawatnya sendiri," ucap Rayhan."Apa?! Kau tak bisa seenaknya membatalkan acara pernikahan kita!" Novi berteriak sambil melotot. Ia benar benar geram mendengar kata kata Rayhan."Aku tidak mungkin menikah dengan wanita kejam seperti dirimu!" Rayhan membalas teriakan Novi."Aku tidak terima dengan keputusan ini! Aku akan balas kalian semua!" pekik Novi dengan jari telunjuknya yang menunjuk ke wajah Ayunda dan juga Rayhan."Apa maksudmu
"Aku datang ke sini untuk membayar hutangku." Ayu menyodorkan amplop ke arah Arya."Letakkan saja amplopnya di meja." Arya tak mau menerima."Oiya selamat atas pernikahan kalian." Ayu berbasa basi."Kami akan pergi sebentar lagi. Lebih baik kau pulang." Arya mengusir. Ia tak memberikan waktu sedikitpun untuk Ayu berbasa basi."Oh begitu rupanya." "Pak Man, tolong simpan uang saya di kamar." Arya meminta Pak Man untuk mengambil amplop coklat yang dibawa oleh Ayu."Kau sudah selesai kan? Jangan ke sini lagi untuk berhutang atau untuk alasan apapun. Aku tidak ingin rumah tanggaku terusik karena kedatanganmu." Arya meraih tangan Sandra. Mereka berdua meninggalkan ruang tamu begitu saja. Membiarkan Ayu berdiri sendirian seperti orang linglung.Merasa tak dihargai bahkan tak dianggap, Ayu pergi dari rumah Arya. Ia benar benar merasa kesal dengan sikap Arya yang ketus. ****Siang ini, Ayunda berencana untuk bertemu dengan pengacaranya.Ayunda pergi ke rumah Pak Adi, pengacara yang akan ia
"Ma! Tunggu Ma! Papa mau bicara!" Dani bergegas mengikuti Ayunda ke kamar.Saat ini, Ayunda yang penasaran langsung memasukkan kaset yang ia terima ke DVD player.Suara lenguhan terdengar saling beradu, sesaat ketika video pada kaset diputar. Ayunda melongo kaget. Keningnya mengerut, matanya menatap lurus ke arah layar TV.Tak ada gambar yang mencolok. Hanya ada suara lenguhan yang saling bersahut sahutan. Seperti sedang mengisahkan 2 pasangan yang dimabuk asmara."Terus Om." Suara perempuan di dalam video terdengar mendesah. Saat ini, Dani sedang berdiri di depan pintu kamar yang terbuka. Jantung dag dig dug, mendengar suara perempuan yang sedang ada di puncak gairah."Video apa ini sebenarnya? Kenapa tidak ada gambarnya? Layarnya hitam semua!" Ayunda menggerutu. Dani dengan langkah kaki seribu, langsung mematikan DVD player. Lalu mengambil kaset tersebut."Mana paket yang lainnya?" Dani bertanya dengan tegas. Ia terlihat kesal."Tunggu dulu! Mama belum lihat apa isinya! Lagian ini