Share

Bab 5 Menduga-duga

Sepanjang perjalanan pulang, Jaka terus memikirkan permintaan ayah, dari kekasihnya tersebut. Entah apa yang harus Jaka katakan, pada orang tuanya nanti, memikirkan itu semua, membuat kepalanya, berdenyut nyeri.

Sedangkan di tempat yang berbeda, terlihat Ayuna dan Juragan Wildan, baru saja sampai di depan sebuah rumah yang cukup besar. Namun sekali lagi, tak ada di perkampungan tersebut, yang mampu menandingi, besarnya rumah milik sang juragan kampung. Siapa lagi kalau bukan Juragan Wildan.

"Ini rumahnya, Yah?" tanya gadis itu

"Iya. Ini rumah Pak Bandi," jawab Juragan Wildan

"Kenapa melamun? Ayo cepetan, turun!" Juragan Wildan menepuk pelan, pundak anak gadisnya, sebelum akhirnya, membuka pintu mobil Jeep miliknya.

" I-iya, Yah," jawab Ayuna tergagap, lalu kembali menatap rumah yang ada di depannya, saat ini

" Semoga saja dugaanku salah," gumam Ayuna dengan suara lirih.

Kini keduanya, sudah berada di depan pintu rumah tersebut, saat hendak mengetuk pintu, tiba-tiba pintu tersebut sudah terbuka lebih dahulu, seolah tahu, jika ada tamu yang sedang berdiri di balik daun pintu tersebut.

"Eh, Juragan, sudah datang? Silahkan masuk Juragan, silahkan Neng, sudah ditunggu oleh Bapak dan Ibu," ucap seorang wanita paruh baya, yang bekerja di rumah keluarga Pak Bandi. Wanita tersebut juga mengenal Juragan Wildan, karena memang dirinya juga termasuk warga kampung tersebut.

Juragan Wildan, dan putrinya hanya menganggukkan kepala, lalu ikut melangkahkan kakinya memasuki rumah tersebut.

Deg

Jantung Ayuna seketika berdetak kencang, saat melihat seorang pria muda yang sedang melangkah menuju ke arahnya, sambil tersenyum.

"Tuh, kan, benar dugaanku," gumamnya lirih

"Hai Ayuna, selamat datang di rumahku," ucap pria tersebut, dengan senyum yang sangat manis di bibirnya, namun sama sekali tidak terlihat manis sedikitpun, di mata gadis itu. Dan pria itu, tidak lain dan tidak bukan, adalah Ciko, sepupu dari sahabatnya Lola. Lelaki yang selama ini menaruh hati padanya.

"Nak kok bengong?Jabat dong, tangannya!" Juragan Wildan mengintrupsi

Ayuna hanya tersenyum, dengan perasaan malas, gadis itu pun terpaksa menyambut uluran tangan pemuda tersebut.

"Mari-mari Juragan, silahkan duduk," ucap Pak Bandi.

"Iya Juragan. Jangan sungkan," sambung istrinya, yang bernama Lela.

Lalu tatapan wanita paruh baya tersebut, beralih ke arah Ayuna. "Mari Nak Ayuna, silahkan," sambungnya.

Ayuna merasa sedikit heran, bukankah ini adalah pertemuan pertama mereka, lagi pula gadis itu merasa belum memperkenalkan dirinya, sama sekali, tapi kenapa wanita paruh baya itu bisa tahu namanya, begitulah isi kepala gadis cantik tersebut. Namun meskipun begitu, tetap saja Ayuna mengikuti langkah wanita tersebut.

Satu jam kemudian, setelah selesai dengan acara makan malam, mereka memutuskan untuk pergi ke ruang tamu. Tentunya untuk kembali melanjutkan pembicaraan, yang sempat tertunda sebelumnya.

Sementara Ayuna sendiri, lebih memilih untuk duduk di teras rumah, ditemani oleh Ciko. Lebih tepatnya, Ciko lah yang selalu ingin berada didekat gadis itu.

"Kamu kenapa terus mengikuti, aku?" ucap Ayuna, sambil menatap jengah, ke arah pemuda tampan tersebut.

Ciko memang termasuk pria yang cukup tampan, namun sayangnya, modal tampan saja tidak cukup bagi Ayuna, sebab pria itu memiliki sifat yang sangat Ayuna benci.

"Aku mengikuti kamu, ya karena aku suka," jawab Ciko santai.

Ayuna yang mendengar ucapan lelaki tersebut, memutar bola matanya malas.

"Sebenarnya apa sih, tujuan kalian, mengundang aku dan Ayahku, untuk makan malam bersama?" tanya Ayuna, yang akhirnya mengutarakan isi pikirannya.

"Tujuan? Maksud kamu tujuan apa? Aku tidak mengerti deh," jawab Ciko

"Jangan pura- pura tidak mengerti, aku tahu kamu tidak bodoh," ucap Ayuna sarkas

Ciko menggaruk tengkuknya, yang tidak gatal, lalu tersenyum. Senyum yang menurut Ayuna sangat dipaksakan.

"Kenapa diam? Jawab dong pertanyaanku," desak Ayuna lagi.

"Jangan berpikiran buruk, mana mungkin keluargaku merencanakan sesuatu. Ayah dan Ibuku mengundang kalian, hanya untuk makan malam saja, dan sekalian membahas ...."

"Membahas, apa?" potong Ayuna tidak sabaran. Sedangkan Ciko, terlihat menarik sudut bibirnya, karena telah berhasil membuat gadis itu penasaran.

"Tentu saja membahas perkebunan, apa lagi," sambungnya.

Sedangkan Ayuna hanya mendengus. Sepertinya, gadis itu sama sekali tidak percaya, dengan apa yang baru saja Ciko katakan padanya.

Tiba-tiba Ayuna berdiri dari duduknya, membuat Ciko juga langsung ikut berdiri.

"Kamu mau ke mana?" tanya Ciko

"Aku mau menemui Ayah, dan mengajaknya pulang," jelas Ayuna

"Jangan pulang dulu Ay, aku masih ingin bersamamu, aku masih kangen," ucapnya lirih

Ciko memberanikan diri untuk menyentuh tangan Ayuna, setelah lelaki itu meraihnya, Ciko langsung mengecup punggung tangan gadis itu, membuat darah Ayuna seketika berdesir, saat bibir basah milik Ciko, berhasil mendarat di kulit tangannya.

"Kamu apa-apaan sih Cik? Seenaknya mencium tanganku," ucap Ayuna sambil menepis kasar tangan Ciko.

" M-maaf, aku khilaf," cicitnya

Ayuna mendengus, mendengar jawaban lelaki yang sudah kurang ajar, mencium tangannya itu.

Namun tidak dipungkiri, saat ini, Ayuna masih merasakan debaran di jantungnya. Bukan karena sudah jatuh cinta kepada Ciko, namun karena perlakuan pria itu, yang sudah berani mencium tangannya. Jujur saja, walaupun pernah tinggal lama di kota, namun Ayuna sama sekali belum pernah disentuh oleh pria manapun, selain ayahnya. Dan semua perlakukan Ciko barusan membuat sesuatu di dalam dirinya bergejolak.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang sejak tadi terus memperhatikan keduanya. Dari kejauhan, terlihat seseorang sedang berdiri di samping motornya, sambil melihat keduanya dengan tatapan datar. Setelahnya, orang tersebut mendorong kembali motor miliknya, menyusuri jalan perkampungan tersebut.

"Apa yang kamu, lihat?" tanya Ciko saat melihat Ayuna, sedang memperhatikan jalan yang tak jauh dari rumahnya.

"Entahlah, sepertinya tadi aku melihat seseorang, tapi mungkin aku yang salah melihat," Jawabnya, lalu kembali ingin beranjak dari tempatnya.

"Kamu mau ke mana lagi?" tanya Ciko

"Menemui Ayah, memangnya apa lagi," ucapnya ketus, setelah mengatakan itu, Ayuna segera melangkahkan kakinya memasuki rumah tersebut, untuk menemui Juragan Wildan, yang berada di dalam rumah Ciko, bersama kedua orang tuanya.

Sedangkan Ciko sendiri, mengikuti langkah gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Dan keduanya pun melangkah beriringan menuju ruang tamu, di mana saat ini ayah dan kedua orang tua Ciko berada.

"Eh, ini mereka sudah datang," ucap Bu Lela, sambil menatap ke arah Ciko dan Ayuna, yang baru memasuki rumah.

"Memangnya ada apa, Bu?" tanya Ayuna penasaran

"Duduklah dulu, setelah itu baru bicara," sambung Juragan Wildan

'Ada apa ya? Kok perasaanku tiba-tiba merasa tidak enak,' batin Ayuna.

"Neng Ayuna, boleh ibu bertanya sesuatu sama, Neng?" ucap Bu Lela, yang seketika membuyarkan lamunan Ayuna.

"Memangnya mau tanya apa, Bu?" jawab Ayuna.

"Begini, apa sebelumnya Neng Ayuna sudah memiliki, kekasih?" tanya wanita paruh baya tersebut, langsung to the point.

Mendapat pertanyaan seperti itu, membuat Ayuna mengerenyitkan alisnya bingung.

"Maksud Ibu sebenarnya, apa ya?" tanya Ayuna lagi. Karena ibu dari Ciko tersebut, tiba-tiba bertanya perihal masalah pribadinya

"Kalau misalkan Neng Ayuna, memang belum memiliki kekasih, ibu dan Ayahnya Ciko, ingin melamar Neng Ayuna, sebagai menantu kami," ucapnya.

"What ...?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status