Share

Bab 4 Penasaran

Ayuna yang tadinya duduk, seketika bangkit. Gadis itu ingin memastikan, apakah penglihatannya, salah atau tidak. Sedangkan ketiga orang dewasa, yang terlihat sedang asik tersebut, tidak terlalu menghiraukan, apa yang dilakukan oleh Ayuna. Hingga ucapan gadis itu, yang seketika membuat ketiganya, langsung menoleh ke arah gadis itu.

"Ini poto siapa?" tanya Ayuna, sambil memegang bingkai tersebut.

"Nak, apa yang kamu lakukan? Jangan sentuh barang orang lain, sembarangan!" ucap Juragan Wildan memperingati.

"Tidak apa-apa kok, Juragan," jawab Bu Romlah, istri Pak Agus. Sedangkan Juragan Wildan, tak lagi menjawab.

Ayuna yang masih belum mendapatkan jawaban, atas pertanyaannya, kembali bersuara.

"Apa ini putra kalian?" tanya Ayuna, yang kembali bersuara. Sejujurnya, Ayuna merasa sangat penasaran, dengan sosok pemuda, yang ada dalam bingkai poto tersebut.

"Iya Neng, itu memang poto anak Ibu dan Bapak, namanya Jaka," jawab Bu Romlah. Matanya terus melihat ke arah gadis cantik itu, yang terlihat masih betah, menatap poto anak perjakanya.

'Apa ini benar dia? Laki-laki yang telah menolongku, malam itu? Walaupun kemarin malam dia memakai topi, tapi sepertinya ini memang benar dia,' batin Ayuna.

"Neng, kenapa terus melihat poto anak Ibu? Apa neng cantik mengenal, Jaka?" sambung Bu Romlah.

Ucapan Bu Romlah, seketika membuat Ayuna tersentak, bukan hanya Ayuna, bahkan Juragan Wildan pun, langsung menatap putrinya itu, untuk meminta penjelasan.

"Oh, t-tidak kok, saya hanya bertanya saja, karena wajahnya mirip dengan seseorang, yang saya kenal," jawab gadis itu berkilah.

"Oh, begitu, saya pikir neng cantik mengenal anak saya," sambung Bu Romlah

"Ayuna, Bu. Nama saya, Ayuna," jelas gadis cantik, yang sepertinya memang harus memperkenalkan dirinya tersebut.

"Oh, iya, Neng Ayuna. Nama yang cantik ya, seperti orangnya," puji Bu Romlah

Sedangkan Ayuna, hanya tersenyum, mendengar ucapan wanita paruh baya tersebut, karena memang gadis itu sudah terbiasa, mendapatkan pujian seperti itu. Bukan bermaksud sombong, tapi kenyataannya, memang Ayuna Baskoro, anak dari Juragan Wildan, memanglah gadis yang sangat cantik.

DI TEMPAT LAIN

Saat ini, terlihat sepasang kekasih sedang duduk di atas sepeda motor, saat ini keduanya sedang berada di pinggir jalan.

"Bang, maafkan Bapak ya? Indah harap, Abang tidak memasukan kata-kata Bapak dalam hati," ucap seorang gadis cantik, yang mencoba memberi pengertian, pada kekasihnya.

Lelaki tersebut tersenyum lembut, ke arah gadis itu, lalu mengganggukan kepalanya.

"Tidak masalah, kamu jangan merasa tidak enak, bukankah ini sudah biasa terjadi? Dan abang, juga tidak masalah, jika Bapakmu, bersikap seperti itu, yang terpenting, asalkan abang masih bisa bertemu denganmu, itu saja sudah cukup," jelas lelaki tersebut, yang tidak lain adalah Jaka, dan kekasihnya, Indah.

Jaka yang memang sangat mencintai Indah, tidak merasa keberatan, jika orang tua kekasihnya itu, bersikap buruk dengannya. Bagi Jaka, yang terpenting dirinya masih bisa bertemu dengan Indah saja, itu sudah cukup untuknya.

"Sudah jangan sedih. Sebaiknya kita pergi sekarang, hari juga sudah mulai siang ini. Takutnya Ibumu, menunggu lama di sana," ucap Jaka.

Walaupun bapaknya Indah tidak menyukainya, namun ibu dari gadis itu, sama sekali tidak keberatan, dengan hubungan mereka, asalkan putrinya bahagia, tidak masalah baginya.

"Baiklah, ayo Bang," ajak gadis itu

Jaka mengangguk, lalu segera menghidupkan mesin kendaraan jadul, milik bapaknya, yaitu Pak Agus, yang selama ini selalu Jaka pakai, saat pergi bekerja. Sedangkan Pak Agus sendiri, lebih memilih untuk berjalan kaki, jika pergi ke perkebunan, karena kebetulan memang jarak rumah mereka, dan tempatnya bekerja, tidaklah jauh, hanya membutuhkan waktu selama 15 menit untuk berjalan kaki.

***

Tok ... tok ... tok ....

"Ayuna cepatlah Nak! Jangan terlalu lama,"ucap Juragan Wildan, dari balik pintu kamar gadis itu.

Tak lama terdengar pintu terbuka, lalu terlihatlah Ayuna dengan penampilannya, yang sudah rapi. Namun sangat berbeda dengan wajahnya, yang terlihat kusut.

"Loh kok mukanya ditekuk begitu, sih?" tanya sang ayah. Sedangkan gadis itu, hanya bisa menghela nafas berat

"Yah, apa aku harus banget ya, ikut? Ini kan acaranya Ayah, dan juga Pak Bandi," ucap Ayuna mencoba bernegosiasi

"Harus dong Sayang, Pak Bandi itukan, sudah mengundang kita, lagi pula kamu itukan tahu, jika Ayah, hanya punya kamu sekarang, sedangkan Ibumu sudah lama meninggal. Apa kamu tega sama ayah?" ucap Juragan Wildan, dengan wajah sedihnya.

Sedangkan Ayuna, yang melihat ayahnya bersedih, hanya bisa menghela nafas berat, selalu itu yang ayahnya katakan. Jika gadis itu menolak permintaan sang ayah. Dan jika sudah seperti ini, bagai mana bisa gadis itu menolaknya.

" Iya, baiklah. Aku akan ikut," jawabnya pasrah.

" Nah, begitu dong. Itu baru putri ayah," ucap Juragan Wildan, sambil tersenyum

Sedangkan di tempat lain, terlihat sepasang kekasih, yang baru saja sampai, di depan sebuah rumah, yang cukup besar, namun tidak sebesar milik Juragan Wildan, yang berkali-kali lipat.

"Baru pulang, kalian?" ucap seorang pria paruh baya, dengan tatapan tajamnya.

"Ayah," ucap seorang gadis dengan suara lirih.

"Maaf Pak, kami pulang terlambat. Sebab tadi, motor saya sempat mogok di jalan," sambung kekasih dari gadis itu, yang tak lain adalah Jaka.

Mendengar alasan pemuda di depannya, membuat pria paruh baya itu, tersenyum sinis, senyuman remeh, yang selalu ia tunjukan kepada kekasih, dari putrinya tersebut.

"Sampai kapan kamu ingin terus menjalin hubungan dengan putri saya, hah? Lihatlah dirimu, hanya memiliki motor butut. Seharusnya kamu itu sadar, jika kamu itu tidak pantas bersanding dengan putri saya," ucapnya merendahkan.

"Ayah kenapa berkata seperti itu? Bukankah Ayah, sudah berjanji, untuk memberikan kesempatan, pada Bang Jaka," ucap Indah. Mencoba untuk membela kekasihnya.

"Ayah memang pernah berjanji, untuk memberikan kesempatan, pada kekasihmu itu, tapi lihatlah, sampai sekarang, lelaki itu sama sekali tidak ada perubahan. Dia masih sama seperti dulu, Jaka yang hanya seorang buruh pabrik, dengan penghasilan rendah. Mau makan apa kamu nantinya, jika hidup bersama dengan pria, ini?" ucap ayah dari gadis itu. Dan jangan lupakan senyum remeh, yang selalu ia tunjukan kepada Jaka.

Indah menoleh ke arah kekasihnya, yang terlihat hanya diam, sambil menundukkan wajahnya.

'Kasihan Bang Jaka. Ayah benar-benar keterlaluan' batin gadis itu.

"Dengar Jaka! Jika kamu masih belum bisa merubah nasibmu itu, maka jangan salahkan saya, jika Indah nantinya, akan saya jodohkan dengan lelaki lain," ancam lelaki paruh baya tersebut.

Matanya menatap Jaka, dengan sorot mata tajam, dan selalu merendahkan.

"Saya tidak akan membiarkan itu terjadi, dan saya akan melakukan apapun, untuk kebahagian Indah," ucap Jaka dengan emosi tertahan.

"Benarkah? Kalau begitu, lakukan yang saya perintahkan!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status