Share

Bab 4 Penasaran

Penulis: LibraRahutia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-22 15:32:30

Ayuna yang tadinya duduk, seketika bangkit. Gadis itu ingin memastikan, apakah penglihatannya, salah atau tidak. Sedangkan ketiga orang dewasa, yang terlihat sedang asik tersebut, tidak terlalu menghiraukan, apa yang dilakukan oleh Ayuna. Hingga ucapan gadis itu, yang seketika membuat ketiganya, langsung menoleh ke arah gadis itu.

"Ini poto siapa?" tanya Ayuna, sambil memegang bingkai tersebut.

"Nak, apa yang kamu lakukan? Jangan sentuh barang orang lain, sembarangan!" ucap Juragan Wildan memperingati.

"Tidak apa-apa kok, Juragan," jawab Bu Romlah, istri Pak Agus. Sedangkan Juragan Wildan, tak lagi menjawab.

Ayuna yang masih belum mendapatkan jawaban, atas pertanyaannya, kembali bersuara.

"Apa ini putra kalian?" tanya Ayuna, yang kembali bersuara. Sejujurnya, Ayuna merasa sangat penasaran, dengan sosok pemuda, yang ada dalam bingkai poto tersebut.

"Iya Neng, itu memang poto anak Ibu dan Bapak, namanya Jaka," jawab Bu Romlah. Matanya terus melihat ke arah gadis cantik itu, yang terlihat masih betah, menatap poto anak perjakanya.

'Apa ini benar dia? Laki-laki yang telah menolongku, malam itu? Walaupun kemarin malam dia memakai topi, tapi sepertinya ini memang benar dia,' batin Ayuna.

"Neng, kenapa terus melihat poto anak Ibu? Apa neng cantik mengenal, Jaka?" sambung Bu Romlah.

Ucapan Bu Romlah, seketika membuat Ayuna tersentak, bukan hanya Ayuna, bahkan Juragan Wildan pun, langsung menatap putrinya itu, untuk meminta penjelasan.

"Oh, t-tidak kok, saya hanya bertanya saja, karena wajahnya mirip dengan seseorang, yang saya kenal," jawab gadis itu berkilah.

"Oh, begitu, saya pikir neng cantik mengenal anak saya," sambung Bu Romlah

"Ayuna, Bu. Nama saya, Ayuna," jelas gadis cantik, yang sepertinya memang harus memperkenalkan dirinya tersebut.

"Oh, iya, Neng Ayuna. Nama yang cantik ya, seperti orangnya," puji Bu Romlah

Sedangkan Ayuna, hanya tersenyum, mendengar ucapan wanita paruh baya tersebut, karena memang gadis itu sudah terbiasa, mendapatkan pujian seperti itu. Bukan bermaksud sombong, tapi kenyataannya, memang Ayuna Baskoro, anak dari Juragan Wildan, memanglah gadis yang sangat cantik.

DI TEMPAT LAIN

Saat ini, terlihat sepasang kekasih sedang duduk di atas sepeda motor, saat ini keduanya sedang berada di pinggir jalan.

"Bang, maafkan Bapak ya? Indah harap, Abang tidak memasukan kata-kata Bapak dalam hati," ucap seorang gadis cantik, yang mencoba memberi pengertian, pada kekasihnya.

Lelaki tersebut tersenyum lembut, ke arah gadis itu, lalu mengganggukan kepalanya.

"Tidak masalah, kamu jangan merasa tidak enak, bukankah ini sudah biasa terjadi? Dan abang, juga tidak masalah, jika Bapakmu, bersikap seperti itu, yang terpenting, asalkan abang masih bisa bertemu denganmu, itu saja sudah cukup," jelas lelaki tersebut, yang tidak lain adalah Jaka, dan kekasihnya, Indah.

Jaka yang memang sangat mencintai Indah, tidak merasa keberatan, jika orang tua kekasihnya itu, bersikap buruk dengannya. Bagi Jaka, yang terpenting dirinya masih bisa bertemu dengan Indah saja, itu sudah cukup untuknya.

"Sudah jangan sedih. Sebaiknya kita pergi sekarang, hari juga sudah mulai siang ini. Takutnya Ibumu, menunggu lama di sana," ucap Jaka.

Walaupun bapaknya Indah tidak menyukainya, namun ibu dari gadis itu, sama sekali tidak keberatan, dengan hubungan mereka, asalkan putrinya bahagia, tidak masalah baginya.

"Baiklah, ayo Bang," ajak gadis itu

Jaka mengangguk, lalu segera menghidupkan mesin kendaraan jadul, milik bapaknya, yaitu Pak Agus, yang selama ini selalu Jaka pakai, saat pergi bekerja. Sedangkan Pak Agus sendiri, lebih memilih untuk berjalan kaki, jika pergi ke perkebunan, karena kebetulan memang jarak rumah mereka, dan tempatnya bekerja, tidaklah jauh, hanya membutuhkan waktu selama 15 menit untuk berjalan kaki.

***

Tok ... tok ... tok ....

"Ayuna cepatlah Nak! Jangan terlalu lama,"ucap Juragan Wildan, dari balik pintu kamar gadis itu.

Tak lama terdengar pintu terbuka, lalu terlihatlah Ayuna dengan penampilannya, yang sudah rapi. Namun sangat berbeda dengan wajahnya, yang terlihat kusut.

"Loh kok mukanya ditekuk begitu, sih?" tanya sang ayah. Sedangkan gadis itu, hanya bisa menghela nafas berat

"Yah, apa aku harus banget ya, ikut? Ini kan acaranya Ayah, dan juga Pak Bandi," ucap Ayuna mencoba bernegosiasi

"Harus dong Sayang, Pak Bandi itukan, sudah mengundang kita, lagi pula kamu itukan tahu, jika Ayah, hanya punya kamu sekarang, sedangkan Ibumu sudah lama meninggal. Apa kamu tega sama ayah?" ucap Juragan Wildan, dengan wajah sedihnya.

Sedangkan Ayuna, yang melihat ayahnya bersedih, hanya bisa menghela nafas berat, selalu itu yang ayahnya katakan. Jika gadis itu menolak permintaan sang ayah. Dan jika sudah seperti ini, bagai mana bisa gadis itu menolaknya.

" Iya, baiklah. Aku akan ikut," jawabnya pasrah.

" Nah, begitu dong. Itu baru putri ayah," ucap Juragan Wildan, sambil tersenyum

Sedangkan di tempat lain, terlihat sepasang kekasih, yang baru saja sampai, di depan sebuah rumah, yang cukup besar, namun tidak sebesar milik Juragan Wildan, yang berkali-kali lipat.

"Baru pulang, kalian?" ucap seorang pria paruh baya, dengan tatapan tajamnya.

"Ayah," ucap seorang gadis dengan suara lirih.

"Maaf Pak, kami pulang terlambat. Sebab tadi, motor saya sempat mogok di jalan," sambung kekasih dari gadis itu, yang tak lain adalah Jaka.

Mendengar alasan pemuda di depannya, membuat pria paruh baya itu, tersenyum sinis, senyuman remeh, yang selalu ia tunjukan kepada kekasih, dari putrinya tersebut.

"Sampai kapan kamu ingin terus menjalin hubungan dengan putri saya, hah? Lihatlah dirimu, hanya memiliki motor butut. Seharusnya kamu itu sadar, jika kamu itu tidak pantas bersanding dengan putri saya," ucapnya merendahkan.

"Ayah kenapa berkata seperti itu? Bukankah Ayah, sudah berjanji, untuk memberikan kesempatan, pada Bang Jaka," ucap Indah. Mencoba untuk membela kekasihnya.

"Ayah memang pernah berjanji, untuk memberikan kesempatan, pada kekasihmu itu, tapi lihatlah, sampai sekarang, lelaki itu sama sekali tidak ada perubahan. Dia masih sama seperti dulu, Jaka yang hanya seorang buruh pabrik, dengan penghasilan rendah. Mau makan apa kamu nantinya, jika hidup bersama dengan pria, ini?" ucap ayah dari gadis itu. Dan jangan lupakan senyum remeh, yang selalu ia tunjukan kepada Jaka.

Indah menoleh ke arah kekasihnya, yang terlihat hanya diam, sambil menundukkan wajahnya.

'Kasihan Bang Jaka. Ayah benar-benar keterlaluan' batin gadis itu.

"Dengar Jaka! Jika kamu masih belum bisa merubah nasibmu itu, maka jangan salahkan saya, jika Indah nantinya, akan saya jodohkan dengan lelaki lain," ancam lelaki paruh baya tersebut.

Matanya menatap Jaka, dengan sorot mata tajam, dan selalu merendahkan.

"Saya tidak akan membiarkan itu terjadi, dan saya akan melakukan apapun, untuk kebahagian Indah," ucap Jaka dengan emosi tertahan.

"Benarkah? Kalau begitu, lakukan yang saya perintahkan!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Terpendam Anak Juragan Kampung   Bab 100 .

    Indah masih melamun memikirkan perasaan Jaka terhadapnya sekarang, apakah perasaan pemuda itu telah berubah terhadapnya? Atau yang lebih menyakitkan apakah mungkin sekarang pemuda yang sangat dicintainya tersebut sudah tidak perduli lagi dengannya, dan sudah jatuh cinta kepada istrinya? "Bang, apa kamu sudah tidak perduli lagi denganku?" Jaka menghela nafas panjang, lalu menatap wanita di depannya yang menunduk dengan wajah sedih karna perkataan Jaka barusan. "Justru karena aku perduli padamu Neng, sebaiknya kamu turuti saja permintaan Bapakmu, dan cobalah, walaupun kamu belum mencintai Ciko, tetapi cinta itu bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu," "Bang! Kenapa Bang Jaka berubah? Kenapa kamu tega memintaku untuk menerima lelaki lain di hidupku? Aku tidak mau Bang, aku cinta kamu, dan aku maunya hanya sama kamu Bang Jaka," pekik Indah dengan suara lantang, membuat dada seseorang bergemuruh karena ucapan tersebut. "Mengapa kau berteriak kepada suamiku?" Deg Indah k

  • Gairah Terpendam Anak Juragan Kampung   Bab 99 . Perasaan yang memudar

    Jaka masih membeku, merasa bingung tidak tahu harus menjawab apa, sedangkan Ayuna yang melihat keterdiaman suaminya, kembali memeluk Jaka. Namun kali ini Jaka pasrah, tidak mungkin dirinya kembali menolak, bisa-bisa Ayuna akan semakin bertingkah dan kembali mengomel padanya. "Uh, nyaman sekali memeluk suami," gumam Ayuna sambil mencari kenyamanan dari tubuh sang suami. Ayuna mendongak untuk melihat Jaka, lelaki itu sedikit gelisah, dan merasa kurang nyaman dengan pelukan sang istri, namun Jaka tidak bisa melakukan apapun, matanya mencoba fokus menatap layar televisi yang ada di depannya. "Kenapa sih Mas, kok sepertinya gelisah banget?" Jaka menunduk, untuk melihat Ayuna yang ternyata juga sedang menatap kearahnya. Deg Tatapan keduanya bertemu, jarak wajah mereka hanya satu jengkal, bahkan hembusan nafas dari keduanya dapat mereka rasakan, Ayuna tersenyum manis, lalu tanpa aba-aba gadis itu langsung menempelkan bibirnya di atas bibir Jaka. Glek Jaka menelan ludah saat mer

  • Gairah Terpendam Anak Juragan Kampung   Bab 98 . Janji Jaka

    Ayuna masih menunggu jawaban yang akan diberikan oleh Jaka, Ayuna berharap jika suaminya itu akan mengatakan tidak. Namun jika pemuda itu memang ingin berpisah darinya, mungkin gadis itu akan mempertimbangkan permintaan suaminya tersebut. 'Ya Tuhan, begini kah rasanya mencintai tanpa dicintai? Padahal belum ada satu bulan kami menikah, namun rasanya hati ini sudah tidak kuat. Kenapa sangat sulit bagiku untuk mendapatkan cinta suamiku Tuhan? Apa karena aku tidak pantas untuknya? Atau karena aku telah menyakiti hati Indah, makanya Engkau menghukum ku dengan cara ini? Agar aku juga merasakan sakit hati, seperti apa yang Indah rasakan karena aku telah merebut Jaka darinya? Jika memang dengan cara ini Engkau mau mengampuniku, aku ikhlas Tuhan. Aku rela sakit hati, asalkan Engkau mau bermurah hati untuk membuat suamiku mencintaiku,' batin Ayuna penuh permohonan kepada yang Maha Kuasa. Jaka sendiri masih membeku, bingung. Itulah yang Jaka rasakan saat ini, dalam hati pemuda itu merutuki

  • Gairah Terpendam Anak Juragan Kampung   Bab 97 . Saya bersedia melepasmu

    Saat ini Ayuna dan Ciko sudah berada di depan rumah Indah, namun tidak begitu dekat dengan rumah tersebut, karena Ayuna tidak ingin dicurigai sebagai penguntit oleh para tetangga, saat ini keduanya berada di bawah pohon mangga yang cukup rindang, di pinggir jalan, keduanya duduk di atas motor masing-masing sambil memperhatikan rumah yang ada di depan mereka. "Bukankah itu motor milik Ayahmu? Jadi aku tidak berbohong kan, saat mengatakan jika suamimu sekarang ada di dalam rumah mantannya," ucap Ciko sambil menyeringai. Ayuna tidak menjawab, gadis itu hanya diam sambil terus memperhatikan rumah tersebut. Di dalam hatinya, Ayuna sangat penasaran dengan apa yang Jaka lakukan di dalam rumah mantan kekasihnya itu. Sedangkan di dalam rumah, terlihat Pak Wongso menatap Jaka dengan tajam, pemuda itu baru saja menyampaikan maksud dan kedatangannya ke rumah itu, seperti permintaan Indah. Yang meminta dirinya untuk bicara pada orang tua Indah, agar mereka mau membatalkan perjodohan tersebut

  • Gairah Terpendam Anak Juragan Kampung   Bab 96 . Menagih janji

    Saat ini Jaka sedang di sibukkan oleh pekerjaannya, memantau setiap pekerjaan karyawan perkebunan. Di sisi lain terlihat ada beberapa orang pemuda yang sedang bergosip sambil menatap kearah Jaka. "Enak ya jadi Jaka, sekarang kerjaannya sudah terjamin, tinggal suruh sana, suruh sini," "Kau benar, sudah gitu dapat istri cantik pula, anak tunggal, warisannya banyak pula," sambung yang lain. "Huus, kalian jangan bergosip terus, nanti kedengaran Juragan Wildan bisa kena marah, kalian jangan iri, itu namanya nasib Jaka yang mujur, jadi jangan sirik," sambung Wawan sahabat Jaka. "Hem, iya deh yang punya sahabat," "Sudah-sudah sebaiknya kita kerja lagi," sambung yang lain. Di saat Jaka sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ponsel miliknya berdering, membuat Jaka langsung mengangkat panggilan tersebut, yang ternyata berasal dari Indah, mantan kekasihnya.Meskipun malas, Jaka tetap mengangkat panggilan dari wanita itu. "Iya Indah, ada apa?" "Aku ada di depan Bang, Abang bisa ke s

  • Gairah Terpendam Anak Juragan Kampung   Bab 95 . Mencoba membuka hati

    Saat ini sepasang suami istri tersebut ada di sebuah gazebo, yang berada di belakang rumah orang tua Jaka. Di samping gazebo tersebut ada beberapa tanaman sayur dan juga beberapa pohon buah-buahan, seperti pepaya, jambu air, dan juga mangga. Ayuna tidak menyangka jika di belakang rumah mertuanya ada kebun, yang membuat matanya terasa di manjakan. Terlihat sejuk karena rindangnya pohon mangga yang ada di samping gazebo tersebut. "Maaf karena saya tidak memberitahumu tentang kondisi Bapak," jelas Jaka setelah dia beberapa saat. "Tidak masalah, toh aku tidak terlalu penting untuk mengetahuinya, benarkan?" Jaka yang tadinya menatap lurus ke depan, langsung menoleh pada sosok wanita cantik di sampingnya. "Kenapa berkata seperti itu?" "Lalu harus bagai mana? Toh kenyataannya memang seperti itu kan? Sekarang aku tanya sama kamu Mas, apa kamu ada memikirkan aku saat kamu memeluk wanita itu?" Jaka membeku, sejujurnya Jaka memang tidak memikirkan perasaan Ayuna saat memeluk Indah, s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status