Share

5 Urusan Keuangan Rumah Tangga

"Apa? Kok bisa kamu nunggak tiga bulan?" Kavita terbelalak kaget. "Aku kan rutin kirim uang sama kakak kamu ...."

"Nggak tahu tuh Kak Deryl, katanya buat modal toko dulu ... Bulan depannya kalau Kakak transfer, uang sekolah aku mau dibayar." Karin menjelaskan. "Tapi sudah tiga kali dia cuma janji terus sama aku, Kak ...."

Kavita sontak lemas. Mempercayakan urusan keuangan rumah tangga sepenuhnya kepada Deryl ternyata merupakan sebuah kesalahan besar yang pernah dia perbuat!

"Kamu minta Kak Deryl saja ya, suruh dia tanggung jawab." Kavita menyuruh, setelah itu dia sengaja langsung mematikan ponselnya untuk menghindari drama berkepanjangan.

Sudah cukup Kavita menjadi sosok malaikat tak bersayap yang selalu bisa menyelesaikan masalah keuangan mereka dengan mudah, kini mereka harus belajar bahwa uang itu tidak jatuh begitu saja dari langit.

Sebelum Ezra terlihat keluar dari ruangan, Kavita sudah lebih dulu meninggalkan kantor supaya dia tidak terlambat menyambut kepulangan suami kontraknya.

Kavita harus bisa membuat Ezra terkesan dengan tidak membuat kesalahan sekecil apa pun, supaya pengajuan kontraknya disetujui.

Apa pun risikonya, Kavita akan jalani demi bisa merebut kembali semua hal yang telah dia berikan kepada Deryl.

"Selamat datang, Pak."

Ezra mengangguk singkat ketika Kavita menyambutnya di depan pintu kamar. Setelah beberapa saat lamanya tidak ada percakapan sama sekali, Kavita baru bisa menyingkir ke tempat lain karena itu berarti tidak ada hal yang akan Ezra kritik terkait pelayanannya.

Malam hari usai makan malam, Kavita mendatangi ruang kerja Ezra dan menyerahkan berlembar-lembar surat kontrak kepadanya untuk diperiksa.

"Tolong Anda cek dulu, Pak." Kavita menyarankan. "Seandainya Anda ingin menambahkan syarat tertentu, kita bisa membicarakannya sekarang."

Ezra mengangguk, sementara Kavita berdiri menunggu dengan kedua tangan menyatu di depan.

"Duduk saja," suruh Ezra. "Tidak perlu terlalu formal kalau berada di rumah."

"Baik, Pak."

Begitu Kavita duduk, Ezra mulai membaca setiap pasal yang ditulis dalam surat kontrak terbaru.

Selama menunggu, Kavita tidak berani banyak bergerak karena takut mengusik konsentrasi atasannya yang sedang begitu serius membaca kontrak.

Hingga akhirnya ....

"Ini hampir tidak ada bedanya dengan surat kontrak yang lama," komentar Ezra. "Menurut kamu, apa yang bisa saya harapkan dari perpanjangan kontrak pernikahan ini?"

Kavita sudah menduga kalau tanggapan Ezra akan seperti itu.

"Saya pikir ada sedikit perbedaan di surat kontrak yang baru, Pak ...."

"Apa itu?"

"Pasal tambahan yang memuat risiko kontrak ini batal secara sah, misalnya ketika Anda bertemu jodoh dan memilih untuk menikah—tentu saja segala urusan kita bisa diselesaikan dengan lebih cepat."

"Jadi kewajiban nafkahmu bisa disesuaikan, begitu?"

"Tentu saja, Pak. Seperti prinsip Anda selama ini, tidak ada kerja sama jika di dalamnya tidak saling menguntungkan kedua belah pihak."

Ezra menatap Kavita dengan ekspresi terkesan. "Bagus, kamu sangat memahami saya ternyata."

Kavita menarik napas lega.

"Boleh saya ikut menambahkan poin di sini?" tanya Ezra dengan wajah serius.

"Tentu saja, Pak."

"Kalau begitu, kamu pergilah dulu. Besok pagi-pagi kamu bisa ambil surat ini lagi di kamar."

Meskipun bingung dan penasaran dengan apa yang akan Ezra tambahkan di dalam surat kontrak baru itu, Kavita tidak berani mendesaknya. Dia memilih pergi dari ruang kerja Ezra dengan pikiran semrawut.

***

"Toko ini bisa kamu kelola kan, Sayang?" ucap Deryl sambil tersenyum lembut kepada Yura. "Aku merintis usaha ini dari nol ...."

"Sama Vita juga?"

"Tidaklah, Vita lebih sering ada di luar ... seperti yang kamu lihat."

"Oh ya, pantas saja kamu tidak terurus dengan baik begini."

"Makanya itu aku butuh istri lagi yang bisa mengurusku, Sayang ...."

"Aku janji akan jadi istri yang baik dan setia buat kamu," ucap Yura sembari tersenyum menggoda, kepalanya dia labuhkan di atas bahu Deryl dengan manja. "Nanti kita akan memiliki banyak anak, masa depan kita cerah, hidup terjamin dengan bisnis toko ini ... Aku beruntung bisa jadi istri kamu, Deryl."

"Tentu saja, seharusnya Vita juga berpikir sama seperti kamu." Deryl mengangguk. "Aku adalah suami yang membiarkan istri berdikari, tidak banyak suami yang seperti aku kan?"

"Betul, rata-rata mereka melarang istri bekerja dan membatasi kegiatan mereka hanya sebatas dapur ...."

"Nah, kamu malah lebih paham daripada Vita!"

Yura perlahan mengubah ekspresi wajahnya.

"Tapi kelihatannya Vita tidak suka dengan pernikahan kita."

"Dia butuh waktu, tidak apa-apa. Yang namanya istri itu kan harus berbakti sama suami apa pun kondisinya, Vita harus dididik seperti itu."

Yura mengangguk saja, yang penting dia bisa membina rumah tangga dengan Deryl tanpa halangan yang berarti.

Sementara itu di kediaman keluarga Danadyaksa, Kavita baru saja selesai melipat baju-baju bersih Ezra dan memasukkannya ke dalam lemari pakaian. Sebagai istri, kewajibannya di dalam kontrak adalah melayani seluruh kebutuhan pribadi Ezra kecuali kebutuhan batin. Sedangkan untuk nenek Ezra sudah ditangani sendiri oleh pengasuh yang sudah lebih dulu tinggal di rumah sebelum Kavita.

"Oh iya!"

Baru istirahat sebentar, Kavita teringat bahwa dia harus memeriksa tempat tidur Ezra termasuk mengganti seprai dan sarung bantalnya.

Semua harus sudah siap ketika Ezra masuk untuk beristirahat.

"Anda mau minum sesuatu dulu sebelum tidur, Pak?" tanya Kavita sopan.

"Tidak, kamu boleh pergi."

"Baik, Pak. Permisi ..." Kavita melangkah meninggalkan kamar Ezra. "Oh ya, surat kontraknya, Pak ...?"

"Besok pagi, saya lupa."

Kavita mengangguk dan tidak bertanya lagi, dia percaya bahwa Ezra tidak akan terlalu lama menunda pekerjaan.

Malam itu meskipun sudah larut, Kavita memutuskan pulang ke rumah dengan diantar sopir keluarga Danadyaksa sesuai ketentuan kontrak.

"Vita, Sayangku! Akhirnya kamu pulang juga!" Deryl menyambut kepulangan Kavita dengan senyum terkembang di wajahnya. "Kamu habis kerja keras ya? Uangnya pasti banyak ini!"

Kavita hanya tersenyum kecut mendengarnya, tapi ekspresi wajahnya langsung berubah saat melihat keberadaan Yura di seberang ruangan.

"Aduh, capeknya!" Kavita mengeluh jujur sambil duduk di sofa. "Lapar, haus ...."

"Sebentar, aku suruh Yura untuk siapkan makan dulu buat kamu—Yura, pergi ke dapur sekarang!"

Yura terperanjat saat Deryl menyuruh tiba-tiba, tapi Kavita tidak peduli.

Saatnya dia menunjukkan siapa yang jadi ratu sesungguhnya di rumah ini.

"Capek ya, Sayang?" kata Deryl dengan suara semanis madu sembari membelai wajah Kavita yang halus. "Mau aku pijat?"

Kavita menggeleng. "Tidak usah, masa suami pijat istri?"

"Tidak apa-apa, aku ikhlas melakukannya untuk kamu!"

Kavita tersenyum samar, terlebih saat Yura muncul dan menghidangkan makanan ringan beserta secangkir teh hangat untuknya.

"Dimakan dulu," kata Yura mempersilakan.

Sekadar basa-basi, Kavita meminum teh itu sedikit.

"Aku mau langsung istirahat saja ...."

"Tapi uangnya, Vit?" Deryl terperanjat saat Kavita berdiri dari duduknya.

"Uang apa?"

"Uang sekolah Karin, listrik, air, kebutuhan dapur juga." Deryl mengingatkan.

Bersambung—

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status