“Bisa jadi penyebabnya karena belum bisa menerima kehadiran si kecil sepenuhnya ....” “Tidak, Dok. Kemarin-kemarin istri saya masih bersikap normal dan tetap memperlakukan putri kami dengan baik.” Dokter Amel berpikir sebentar. “Meskipun tidak semua ibu yang baru saja melahirkan mengalaminya, tapi kemungkinan baby blues bisa terjadi, Pak.” “Lalu bagaimana cara mengatasinya, Dok?” “Peran Bapak sangat penting untuk menjaga kestabilan mental Bu Kavita yang baru saja melahirkan, jangan biarkan istri Bapak merasa bersalah terkait dengan kondisi putrinya ....” Ezra mendengarkan penjelasan Dokter Amel dengan saksama. Kavita berubah menjadi pendiam sejak keributan yang terjadi di rumah sakit, Ezra sempat khawatir jika dia akan bersikap tak acuh terhadap putri mereka. Namun, ternyata dugaan buruk Ezra sama sekali tidak terbukti. Kavita tetap memperhatikan bayi mereka dengan penuh kasih sayang, sama sekali tidak terlihat mencurigakan. “Istirahatlah sebentar, kita gantian.” Ezra mengusap
Sebagai ayah pun dia sudah berusaha untuk tidak menghujat takdir yang menimpa putri mereka. “Divta sayang, kamu melamun?”Kavita menunduk dan mendaratkan kecupan di atas kening putrinya yang berbaring di sampingnya.Kepada Divtara sedikit miring ke kanan meskipun Kavita sudah sering membetulkannya dengan perlahan.Setiap kali melihat paras cantik putrinya itu, hati Kavita teriris perih. Dia memiliki kekhawatiran tersendiri tentang masa depan Divtara, terlebih jika sang anak tampil di depan umum.“Ibu sayang kamu, kita hadapi sama-sama ya?” bisik Kavita dengan penuh cinta. Tangan kecil Divtara bergerak-gerak, dan Kavita lantas menghujaninya dengan ciuman bertubi-tubi di pipinya yang menggemaskan.“Anaknya Siska sudah sebesar apa, ya?” gumam Kavita setelah dia selesai menyusui anaknya.“Sebenarnya kapan hari itu Pasha menelepon, dia bilang kalau Siska ingin datang berkunjung.” Ezra memberi tahu. “Tapi aku bilang kalau kamu masih baby blues, jadi belum bisa menerima kunjungan u
"Kontrak ini akan segera berakhir."Kavita menoleh ketika suara seorang pria mencapai kedua telinganya. "Segera siapkan surat pemutusan kontrak ini untuk memperjelas status kita."Kavita lekas berdiri dari duduknya dan mengangguk hormat kepada sang atasan, Ezra."Saya akan segera menyiapkannya, Pak. Perkiraan satu minggu sebelum kontrak itu berakhir, surat pemutusannya sudah ada di meja kerja Anda.""Bagus, jangan lupa sertakan biaya-biaya yang belum selesai ... Saya tidak mau ada sedikitpun yang ketinggalan setelah kontrak ini berakhir.""Baik, Pak."Ezra meraih dasinya karena dia harus segera berangkat ke kantor, Kavita dengan sigap membantunya supaya lebih cepat dan rapi.Sebagai sentuhan terakhir, Kavita memakaikan jas hitam legam kepada Ezra dan mengantarkan pria itu ke mobilnya yang sudah menunggu.Setelah sang bos berangkat ke kantor, Kavita kembali ke dalam rumah dan masuk ke kamar Ezra untuk bersih-bersih.Sudah hampir satu tahun ini dia terikat kontrak dengan atasannya di ka
Kavita menatap sinis Deryl.Enak sekali dia bicara!"Sudah lah, kontrak sama bos kamu kan sudah selesai. Sekarang saatnya kita mengelola toko, Yura akan bantu kamu nantinya. Aku jamin kehidupan pernikahan kita akan lancar kalau kalian bisa saling menerima."Kavita menoleh dan sadar kalau Yura melirik ke arahnya."Ngapain kamu lihat-lihat?" sentak Kavita. "Kamu tidak kepikiran untuk mengucapkan sepatah dua patah kata karena sudah jadi selingkuhan suami aku?"Yura langsung tersentak kaget."Vita, aku kan sudah bilang kalau Yura bukan selingkuhan—dia istri aku, yang sekarang jadi adik madu kamu."Kavita melipat kedua tangannya di dada, dia heran sekali kenapa Deryl bisa sepercaya diri itu mengira bahwa dirinya akan menerima pernikahan kedua suaminya dengan lapang dada."Vita, ini minumnya." Mertua muncul ketika suasana sudah lebih kondusif. "Tadi ibu cari-cari kamu, tapi tidak ada ....""Ibu tahu kalau Deryl menikah lagi?" tanya Kavita menyela.Ibu Deryl tidak menjawab, tapi dilihat dari
"Tumben ramai—Lho, Kak Vita? Kapan pulang?"Perhatian kedua wanita itu teralihkan saat adik perempuan Deryl muncul di tengah-tengah mereka."Ini mau kerja lagi," ucap Kavita sambil menyampaikan tasnya ke bahu dan melangkah pergi meninggalkan rumah.Dari cara adik ipar Deryl yang justru jauh lebih kaget saat melihat kehadirannya, Kavita yakin bahwa keberadaan Yura sudah diakui secara resmi."Kak Deryl! Kak, aku mau ngomong!"Deryl yang sedang makan roti di dapur, refleks menoleh ketika mendengar suara Karin."Ngapain teriak-teriak begitu?""Tadi aku bertemu Kak Vita, dia sudah pulang!""Memang, terus kenapa?""Kak Vita hadap-hadapan sama Kak Yura!""Biar saja, kan mereka berdua memang harus saling kenal biar akrab." Deryl menjawab santai, membuat kening Karin berkerut bingung."Ja—jadi ... Kak Vita sudah tahu kalau Kakak nikah lagi?""Tahu lah! Di mana Vita sekarang?""Kerja katanya ....""Biarlah, nanti juga pulang—kontraknya sama si bos kan sudah habis, dia tidak akan punya pilihan l
Malam itu Kavita menghadap laptop yang menyala dengan wajah serius, dia harus segera menyusun kontrak baru yang lebih menggiurkan untuk kedua belah pihak.Apa pun akan Kavita lakukan dalam kontrak itu kecuali melakukan hubungan suami istri, karena Ezra juga setuju untuk tidak memasukkannya dalam kewajiban. Karena pernikahan kontrak mereka harus dirahasiakan rapat-rapat dari publik, termasuk keluarga dan rekan kerja."Keuntungan baru apa yang harus aku berikan pada Pak Ezra?" gumam Kavita seraya memainkan rambutnya. Sekian lama berinteraksi dengannya membuat dia paham bahwa segala sesuatu terkadang harus dihitung untung ruginya.Termasuk dalam hubungan dalam rumah tangga, suami mampu mengayomi dan istri akan berbakti sepenuh hati."Aku tidak mungkin memberikan hak Pak Ezra sebagai suami, tidak ... kami sudah sepakat ..." Jari jemari Kavita berulang kali mengetik dan menghapus ulang tulisan sebelumnya, hingga dia merasa kepalanya akan meledak tidak lama lagi.Di tengah-tengah buntunya
"Apa? Kok bisa kamu nunggak tiga bulan?" Kavita terbelalak kaget. "Aku kan rutin kirim uang sama kakak kamu ....""Nggak tahu tuh Kak Deryl, katanya buat modal toko dulu ... Bulan depannya kalau Kakak transfer, uang sekolah aku mau dibayar." Karin menjelaskan. "Tapi sudah tiga kali dia cuma janji terus sama aku, Kak ...."Kavita sontak lemas. Mempercayakan urusan keuangan rumah tangga sepenuhnya kepada Deryl ternyata merupakan sebuah kesalahan besar yang pernah dia perbuat!"Kamu minta Kak Deryl saja ya, suruh dia tanggung jawab." Kavita menyuruh, setelah itu dia sengaja langsung mematikan ponselnya untuk menghindari drama berkepanjangan.Sudah cukup Kavita menjadi sosok malaikat tak bersayap yang selalu bisa menyelesaikan masalah keuangan mereka dengan mudah, kini mereka harus belajar bahwa uang itu tidak jatuh begitu saja dari langit.Sebelum Ezra terlihat keluar dari ruangan, Kavita sudah lebih dulu meninggalkan kantor supaya dia tidak terlambat menyambut kepulangan suami kontrakny
Kavita tertegun sebentar setelah mendengar ocehan Deryl. “Uang sekolah Karin, listrik, air, kebutuhan dapur juga ya ...” komentar Kavita sementara Yura hanya memeluk nampan dan tidak ikut berkomentar. “Iya, duh ... Jangan bilang kalau kamu lupa transfer!” “Bukan, aku sih tidak lupa—tapi ....” “Tapi apa, Vita? Cepat, jangan bikin aku menunggu!” “Menunggu apa?” “Menunggu ditagih lah! Kita bisa kena denda juga kalau telat bayar air dan listrik, Vit!” Kavita menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan supaya menimbulkan kesan bahwa dia sedang memikul beban yang jauh lebih besar dari seharusnya. “Vita, kamu kok diam saja?” desak Deryl lagi. “Mana uangnya?” “Aku capek sekali, Deryl.” “Kalau begitu habiskan dulu minumannya, ya?” sahut Deryl dengan nada semanis madu. “Biar capek kamu cepat hilang, Yura ini sangat pintar membuat teh!” Yura hanya melempar senyum paksa menanggapi ucapan suaminya. “Bukan itu, aku mau istirahat dulu. Kerja seharian itu berat, tahu.” Kavita melang