“Kamu darimana, Revel?” tanya Claire saat melihat putranya pulang dan wajahnya begitu kusut. Persis seperti baju yang belum disetrika.
“Nemenin Jessie ke mall, Ma.”“Dia bikin kamu kesal?”“Nggak kok, Ma. Mulai besok aku udah bilang Jessie kalau aku nggak bisa temenin dia lagi. Aku mau berangkat ke Melbourne secepatnya, Ma,” ucap Revel menjawab pertanyaan sang mama membuat Claire mengernyit bingung.“Ke Melbourne secepatnya? Ada apa, Revel?” tanya Claire semakin penasaran.Yakin ada alasan kuat yang mendasari keinginan putranya itu, padahal sebelumnya Revel begitu berat untuk meninggalkan Jakarta karena ingin tetap berdekatan dengan Jill, tapi kenapa sekarang malah sebaliknya?“Aku tidak ingin bertemu dengan Jill lagi, Ma,” desah Revel lirih.Jawaban Revel membuat Claire kaget.“Kenapa?”“Karena Jill sudah memiliki kekasih atau setidaknya sedang dekat dengan pria lain. Ternyata Jill memang tidak memiliki perasaan apapun padaku, Ma.”“Kenapa“Ada apa sih, Ma? Tolong jangan bikin aku penasaran!” cecar Revel saat melihat kode yang dilontarkan mamanya kepada sang papa. Revel tidak sadar tingkahnya persis seperti Claire yang tidak boleh dibuat penasaran atau akan terus mendesak tanpa henti. Yah, namanya juga keturunan! Akhirnya Claire menceritakan semuanya pada Revel, mengenai rencana para orangtua agar Keanu dapat memperbaiki sikapnya. Dan karena sepenglihatan Valerie, Keanu cukup menurut pada Claire, maka cara inilah yang tercipta dan untuk memudahkan rencana yang telah disusun, mau tidak mau Valerie hijrah dan tinggal disini sementara waktu. Jika Valerie serta Keanu ada di rumah Claire, maka Kezia pasti akan ikut serta. Tidak mungkin si bungsu itu ditelantarkan sendirian di rumah kan? “Jadi Mama akan membantu Aunty Valerie untuk ngajarin Keanu agar dapat memperbaiki sikapnya?” tanya Revel meminta penegasan. Siapa tau dirinya salah pengertian kan? “Begitulah ide kami. Awalnya Papa kamu mengusulkan agar
Kegalauan di hati Jill sempat teralihkan sementara saat ponselnya bergetar.“Jill?” panggil Gwen di seberang telepon.“Kenapa, Gwen?” “Gimana? Udah sempat ngobrol sama Revel?”“Belum! Gue takut!”“Takut?”“Iya, gue takut denger jawabannya. Takut ditolak. Takut kecewa,” aku Jill lirih.Gwen menghela nafas lelah saat mendengar jawaban sahabatnya di seberang sana. Kenapa sahabatnya ini susah banget dikasih taunya sih? Kebanyakan takutnya! Biasanya Jill berani menghadapi apapun, tapi kenapa sekarang jadi cemen alias pengecut begini sih?! Kemana keberanian Jill yang sebelumnya?“Terus kalau takut jadinya lo nggak mau tanya? Lo mau penasaran seumur hidup?”“Ya nggak gitu juga.”“Terus mau apa kalau lo nggak berbuat apapun?” cecar Gwen membuat Jill terdiam. Terpaksa harus mengakui kebenaran dari ucapan sahabatnya. Tapi mau bagaimana lagi? Jill juga tidak ingin jadi pengecut seperti ini, masalahnya cara menghalau rasa takut memang tidak semudah memba
Esok siang….Jantung Valerie berdebar kencang saat di layar ponselnya muncul nomor telepon sekolah Keanu, saat itu juga Valerie sadar kalau dirinya akan mendengar hal yang bisa membuatnya kembali sakit kepala! Jantung Valerie berdegup kencang saat mendengar ucapan kepala sekolah diseberang sana. Demi Tuhan, kenapa Keanu tidak berhenti membuat masalah?“Baik saya segera kesana, Pak. Terima kasih informasinya.”Valerie bergegas mencari Claire, memberi tau apa yang terjadi secara singkat.Claire mendesah pusing saat mendengar penjelasan Valerie. Serius, anak-anak Claire tidak pernah ada yang membuatnya sampai sepusing ini karena memang ketiga anaknya tidak ada yang nakal, hanya Revel saja dulu nekat memukul Edward, itupun wajar karena putranya diejek sebagai anak haram! Jadi Claire tidak memarahinya, malah Claire marah pada dirinya sendiri karena membuat putranya yang masih kecil mendapatkan ejekan seperti itu akibat keegoisannya! Tapi kali ini berbeda, karena
“Kenapa harus mengancam teman kamu, Keanu? Siapa yang mengajarkan kamu bersikap seperti preman begini?” tanya Claire saat Keanu, si biang masalah, sudah tiba di rumah dengan penampilan berantakan. Sedangkan Valerie masih sibuk menelepon Nick, melaporkan apa yang terjadi hari ini. Claire hanya bisa menggeleng saat melihat penampilan Keanu, bajunya kusut masai, entah apa saja yang dilakukannya di sekolah setengah harian tadi, padahal saat berangkat dari rumah Claire sudah memastikan kalau seragam Keanu dan Kezia tersetrika rapi, tapi kenapa pas pulang sekolah Keanu jadi seperti gembel jalanan begini?Kalau Kezia aman, tidak perlu dikhawatirkan.Keanu yang tidak menyangka sepulang sekolah akan langsung diinterogasi begini terlihat cemberut, tapi Claire tidak peduli. Menurut Claire, dirinya harus mengetahui dulu apa alasan yang melatarbelakangi tindakan nakal Keanu, jika tidak akan sulit untuk menanganinya, karena setiap masalah memiliki solusinya masing-masing kan?“Ki
Levin mengetuk pintu kamar Revel dan masuk perlahan, menatap sekeliling. Ada beberapa barang yang sudah tidak ada di tempatnya lagi karena akan dibawa oleh Revel ke Melbourne. Kamar putranya terlihat lebih rapi dan lapang membuat Levin sadar kalau kepergian putranya hanya tinggal menghitung jam.“Apa kamu yakin sudah tidak ada yang ketinggalan?”Pertanyaan sang papa membuat Revel terdiam.‘Ada, Pa. Jill.’Tentu saja itu hanya jawaban Revel di dalam hati.“Yakin, Pa. Semua yang penting sudah aku bawa, sisanya tinggal beli di Melbourne.”“Okay. Papa nggak nyangka akan kembali jauh dari kamu. Dan kenapa harus Melbourne lagi? Melbourne membuat Papa teringat dengan masa muda Papa dan Mama kamu, Revel,” desah Levin lirih.“Karena Melbourne adalah tempat yang berharga untukku, Pa. Melbourne adalah negara dimana aku pertama kali bertemu dengan Papa dan lagi Papa masih ingat kan sama ceritaku kalau aku juga pertama kali mengenal Jill di Melbourne? Jadi bisa dibila
“Jadi, gimana kesan pertama lo hadapin Keanu, Claire?” tanya Nick saat Valerie dan Claire sedang berbincang di ruang kerja Levin, melalui video call. Ruangan teraman agar pembicaraan mereka tidak diketahui oleh anak-anak. Bahaya kan jika Keanu sampai mengetahui rencana yang sedang mereka jalankan, bisa jadi anak itu semakin sulit diatur! Hmm… padahal Nick sedang di Singapura dan panggilan internasional pasti akan menghabiskan banyak pulsa, tapi Nick mana peduli? Pengusaha memang beda! “Well, harus gue akuin rasanya luar biasa. Kayak lagi naik roller coaster di trans studio! Sumpah, anak-anak gue nggak pernah ada yang bikin gue pusing kayak Keanu, Nick!” jawab Claire membuat Nick dan Valerie terkekeh. “Tapi belum kapok kan?”“Nggaklah. Tenang aja.”“Lalu menurut lo, bagaimana respon Keanu tadi?” selidik Nick, ingin tau apakah putranya memiliki respon yang sama jika sedang dinasehati oleh Claire, atau sama saja?“Ya begitulah. Gue udah nasehatin tapi perlu w
Levin memeluk tubuh istri dan juga kedua anaknya yang berada di sisi kiri dan kanan. Berusaha menjadi pilar di saat semuanya sedang merasa sedih seperti sekarang ini.“Jangan sedih, nanti kalau liburan Revel pasti kembali ke Jakarta,” hibur Levin dengan suara lirih. Tidak dapat dipungkiri kalau dirinya juga merasa sedih, karena ini pertama kalinya Levin melepas Revel untuk bepergian jauh. Beda halnya dengan dulu saat Levin belum mengetahui kehadiran Revel.“Kita pulang sekarang ya,” ajak Levin yang dituruti oleh istri dan kedua anaknya.Valerie menyambut Claire yang baru saja pulang dan tampak begitu sedih.“Jangan sedih, Claire. Revel kan hanya pergi sementara waktu,” hibur Valerie yang memang sengaja tidak ikut ke bandara, ingin memberi keleluasaan bagi keluarga kecil itu untuk bersama secara lengkap tanpa kehadiran orang lain. Tidak dapat dipungkiri, sedekat apapun hubungan mereka, Valerie bukanlah keluarga yang sebenarnya meski hubungan mereka seerat keluarg
“Jill? Are you okay?” panggil Gwen saat melihat sahabatnya masih terdiam meski Claire dan Levin sudah pergi sejak beberapa menit yang lalu. Tidak ada respon, apa sahabatnya itu masih shock karena perlakuan ketus sang tuan rumah?Jujur saja saat melihat kepergian sang tuan rumah, Gwen merasa lega, rasanya seperti baru terbebas dari kurungan penjara! Sikap tante Claire yang ketus membuat Gwen langsung mengkerut ketakutan! Jangankan membantu Jill, untuk mengucapkan satu kalimat saja Gwen tidak berani!Ternyata tante Claire jauh lebih menyeramkan daripada Jill. Hih, takut!‘Tidak heran kalau om Levin jadi suami yang penurut, ternyata istrinya galak!’ batin Gwen.Jill menggeleng, otaknya masih berpikir keras. Kindergarten School of Melbourne. Revel. Kalimat itu berputar berulang kali di pikirannya. Bergantian. Seolah sedang meminta Jill untuk mengingat-ingat masa kecilnya yang sudah berlalu belasan tahun.“Jill?” panggil Gwen dengan nada khawatir, apalagi Jill sama se